Ilana vs Wenda

24 4 0
                                    

We're just strangers with some memories
●Anonymous

To you,
When i first saw you i really thinking that i can't disclaim how beautifull you are, i've fallen for you and i kinda don't know what to do now, i wish i had the courage to say that i like you.
And i have a major crush on you,
Regards. Your secret admirer.

"Maniezz bangett." Ilana memutar bola mata jengah melihat reaksi Pelita setelah membaca surat yang Ilana bawa dari lokernya itu,

Ilana agak kaget begitu melihat tulisan pada surat itu bertambah dan anehnya setelah membaca surat itu Ilana menjadi sedikit salah tingkah dan gugup tiap kali membaca potongan kata pada surat itu.

Ilana akui cara menyampaikan perasaan lewat surat seperti ini walau agak jadul namun berhasil membuat Ilana merasakan sensasi yang berbeda, apakah begini juga perasaan ibu atau ayahnya dulu saat mendapatkan surat cinta?

"Ahhh, Ilana kamu harus cari tau siapa secret admirer kamu. Kalian bisa pendekatan dan-----

Ilana berdesis sebal mendengar suara Pelita yang cukup besar itu kemudian Pelita segera menutup mulut dan memukul bibirnya pelan, "Maaf, astaga aku terlalu excited sama kisah kamu."

Ingin marah pun Ilana tidak tega jadinya Ilana sudah menggeser kursinya ke Pelita dan berbisik,

"Menurut lo itu aneh gak sih?" Tanya Ilana yang sejak tadi memang sudah ingin bertanya namun Pelita terus heboh sampai Ilana tidak mendapat waktu untuk bertanya, "Nggak aneh kok, bukannya perasaan gak bisa di tahan? Aku rasa dia tipe cowok yang hebat, dari cara menulisnya juga kelihatan kalau dia itu tampan."

"Emang lo bisa ramal tulisan orang, gitu?" Tanya Ilana dengan kekehan di ujung kalimatnya dan Pelita sudah terkekeh kemudian menggeleng, "Pake feeling Lana, asal kamu tahu feeling aku ini kuat dan akurat,"

"Udah cocok jadi dukun lo." Cibir Ilana mendapat cubitan pelan pada lengannya dari Pelita kemudian kedua cewek itu terkikik pelan bersama.

"Terus kemarin kamu diapain sama Lingga?" Kali ini pertanyaan Pelita sukses membuat Ilana melotot karena hanya dengan menyebut nama Lingga saja kini beberapa mata sudah menatap kearah mereka berdua,

Entah mereka melihat karena penasaran atau terganggu sebab Ilana dan Pelita yang sedang berbincang di saat guru sedang menjelaskan.

Ilana makin mendekatkan dirinya kepada Pelita agar bisa bercerita dan sebelum bercerita Ilana berkata, "Fans musiman Lingga ada disini, kalau kita diserang kan ga asik."

Pelita sontak mengangguk takut-takut dan Ilana sudah mulai bercerita tak peduli dengan penjelasan guru di depan kelas karena dia juga sudah berapi-api menceritakan kisahnya pada Pelita yang tengah mendengar dengan sungguh-sungguh sampai cerita Ilana selesai dan bu Santi sudah menatap kedua anak itu,

"Ilana, Pelita."

Ilana dan Pelita menoleh ragu-ragu menatap bu Santi dan seisi kelas yang sudah menatap mereka berdua, rasanya sangat mendebarkan begitu tatapan tidak suka bu Santi seolah menghunus jantung Pelita dan Ilana yang sudah menelan ludah gugup di tempatnya,

"Apa yang kalian bicarakan itu lebih penting dari penjelasan saya?" Tanya Bu Santi sarkas kemudian wanita itu memperbaiki posisi kacamatanya dan menatap kedua murid yang sudah menunduk itu,

"Kemana suara kalian? Barusan kalian berdua kelihatan lebih senang saling bercerita dibanding mendengar penjelasan saya, apa materi saya kali ini seperti dongeng yang membosankan untuk kalian semua?!" Tanya bu Santi sudah melimpahkan ke seisi kelas dan sontak semua murid disitu menggeleng takut lalu bu Santi terlihat sedang berusaha bersabar sebelum dia kembali bersuara dan membuat Ilana maupun Pelita saling menatap dengan nanar satu sama lain,

LINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang