Kelas Sihir

410 28 0
                                    

Entah ia harus menganggap itu hal baik atau buruk, ketika dibiarkan pergi ke Kota Tiga sendirian. Naruto tergerak untuk kabur dan bersembunyi di suatu tempat terpencil, sekalipun susah tapi tidak mustahil tuk dilakukan. Tapi juga masalah waktu saja sebelum dia ditemukan lagi karena dianggap membelot. Sebab berkat regulasi, hampir semua area di seluruh wilayah memberlakukan pengecekan identitas dengan cukup ketat untuk mengetahui siapa saja yang layak terkena penjaringan, tidak peduli di bawah umur pun. Jadi Naruto menurut saja layaknya seorang warga yang wajib taat kepada aturan.

Dia berangkat pukul delapan pagi dari wilayah utara, menggunakan kereta. Naruto dibekali surat pengantar yang tak tanggung-tanggung, yakni berstempel militer. Sepertinya itu lebih banyak berguna untuk di serahkan ke lembaga-lembaga, contohnya Sekolah Sihir. Karena pemeriksaan di stasiun cenderung sama saja dengan jenis surat pengantar umum.

Naruto tidak memberitakan soal masuknya ia ke Sekolah Sihir ke siapa pun. Itu cukup membebani sebetulnya, tapi dia tak mau mendapat tatapan aneh dari teman-temannya. Karena jelas saja, untuk masuk ke Sekolah Sihir dibutuhkan biaya yang kelewat mahal bagi orang biasa sepertinya. Hanya keluarga-keluarga kaya yang umumnya menyekolahkan anak mereka ke tempat tersebut. Ditambah, di Kota Lima hampir tidak ada orang kaya bodoh yang dengan senang hati merogoh uang mereka untuk mengirim anaknya ke Sekolah Sihir. Di Kota Lima, para bangsawan lebih suka mendorong si anak untuk ikut belajar bisnis dan tumbuh besar jadi pewaris. Bahkan Naruto bisa yakin, tahun ini hanya dia sendiri yang masuk ke sana.

Dia masih tidak mengerti kenapa Gubernur menginginkan dirinya agar masuk Sekolah Sihir. Naruto sedikit mengira bahwa itu karena dahulu orang tuanya juga ke sana, tapi itu tidak cukup menjelaskan kenapa tidak ada penjelasan berarti dari Kaguya—dari siapa pun. Dia sungguh khawatir bila semata-mata karena dirinya diharapkan ... untuk membuat prestasi. Naruto tidak punya pengalaman belajar yang cukup baik dalam ilmu sihir, maksudnya ia percaya bahwa sekarang kemampuannya terbilang payah.

Memang, seperti anak-anak yang lain dalam panti asuhan ia dahulu pernah tertarik akan sihir, hampir menggebu kalau diingat-ingat. Ia mempelajari banyak sekali teori sihir sampai-sampai hafal sebagian besar hal mendasar. Mengenai praktik, ia juga bisa dikatakan terampil. Tapi itu tidak ada arti kalau pada akhirnya ia berhenti melakukannya lagi sejak tiga tahun yang lalu. Dia tidak yakin apakah saat ini kemampuannya masih sama seperti dulu—dia tak ingin seperti dulu. Memikirkan itu, Naruto merasa hatinya diselubungi aura kelam.

Ketika sampai di Kota Tiga, waktu menunjukkan pukul sebelas. Dari setasiun Naruto berjalan kaki menuju tempat sekolah, letaknya tidak begitu jauh menandakan memang sengaja dibangun strategis. OUA dan markas gabungan militer juga berjarak satu area dari sini, menara monster pula, mengantisipasi kalau-kalau makhluk berkekuatan tinggi keluar dari sarangnya dan menyerbu kota.

Sesampai di gerbang, Naruto benar-benar takjub ketika melihat bangunan dari Sekolah Sihir. Sekarang ia mengerti ke mana larinya uang-uang tersebut.

Tempat itu dibangun di tanah yang sangat luas. Lima gedung berjejer rapi dengan arsitektur kuno nan kokoh, bertembok putih dan kaca-kaca mengkilap. Gedung tengah bermenara jam yang sangat tinggi dan terlihat khas, merupakan gedung induk yang paling besar dibanding empat lainnya. Bangunan-bangunan kecil lain juga berdiri di sisi jalur masuk, memanjang dan dibentengi pohon-pohon menyejukkan. Kembang sakura sudah mekar di wilayah ini, makin mendukung pemandangan sekolah dari sembarang arah.

Pengawas di pos mengizinkan Naruto masuk setelah melihat surat pengantar. Ia berjalan menuju gedung tengah yang tampak paling ikonik—katanya tempat dewan dan kepala sekolah.

Sebetulnya, sekarang sudah lewat sehari sejak dimulainya waktu masuk sekolah, artinya Naruto terlambat. Bukan hanya melewatkan satu hari, dia kemari tanpa melalui pendaftaran dan tes. Sebagai satu-satunya sekolah sihir, standar penerimaan terbilang sangat ketat untuk menghindari terlalu banyaknya siswa—melewati kuota. Bukan hanya soal tes yang sulit, estimasi waktu pendaftaran sendiri juga sangat singkat. Jadi tidak pernah ada alasan bagi sekolah untuk menerima murid yang terlambat mendaftar, tidak pernah terjadi selama ini.

DESECRATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang