Sekarang pertengahan musim semi, tepatnya awal mulainya tahun ajaran baru. Tapi di bagian paling utara dari negara yang dahulu disebut Jepang itu—karena sekarang sudah terpecah menjadi lima bagian— seperti biasa pohon dan bunga-bunga khususnya sakura belum bermekaran. Mungkin bakal mekar akhir bulan April, atau awal Mei ketika suhu mulai beranjak naik.
Mudahnya, wilayah itu biasa disebut Kota Lima, dirunut dari paling selatan. Untuk seukuran kota tentu saja kurang tepat, tapi kelima bagian dari daratan Jepang yang terpecah itu belum memutuskan untuk menjadi sebuah negara masing-masing. Berkat OUA (Old Unity Asociation) yang menjaga tatanan dan perjanjian damai selama berpuluh-puluh tahun.
Perpecahan terjadi karena perang, perang dunia selama setengah abad.
Semua bermula karena peristiwa seabad yang lalu, saat kemunculan menara besar nan misterius di sepuluh titik bumi. Di menara tersebut bermunculan makhluk-makhluk aneh menyerupai binatang, yang memorak-porandakan seluruh dunia dengan beringas menggunakan kekuatan perusak serta magis.
Manusia melawan dengan senjata umum, dengan peluru dan misil serta rudal yang cukup ampuh untuk menyapu monster-monster kecil. Tapi makhluk itu terus bermunculan, dari segala penjuru bahkan lautan. Seolah bukan menara satu-satunya tempat tinggal mereka.
Manusia kalah ... sempat kalah hingga menurunkan populasi. Sebelum akhirnya ada beberapa manusia secara ajaib dan tiba-tiba bisa menggunakan sihir—di sebut sihir karena kurang masuk akal waktu itu. Ada orang yang bisa mengendalikan bebatuan, memunculkan api dan air dari kehampaan, mengompres udara jadi peluru nan mematikan, membentuk pedang cahaya transparan yang lebih tajam dari pedang sungguhan. Hanya segelintir orang yang bisa melakukan itu, hanya hitungan jari. Tapi menghebohkan karena sudah pasti jadi juru selamat, sudah pasti jadi tiang harapan manusia di tengah keterpurukan waktu itu.
Yang tercatat sejarah, hanya delapan nama yang paling pertama menggunakan sihir, yang muncul dari kemisteriusan. Mereka sendiri tidak tahu bagaimana mulanya, kenapa bisa melakukan sihir.
Dengan keanehan itu, orang-orang yang menyebut diri mereka ilmuwan melakukan analisis terhadap salah sorang yang bisa membuat sihir. Dan akhirnya berhasil memecahkan misteri kenapa itu bisa dilakukan. Ternyata orang yang akhirnya disebut penyihir itu, memiliki sebuah senjata yang memancarkan energi. Senjata itu berupa gelang, ada yang cincin atau kalung—tapi ketika pertama kali melakukan analisis mereka menggunakan penyihir yang menggunakan gelang.
Gelang tersebut secara ajaib bisa mengonversi energi spiritual tubuh dan menerjemahkan jadi tahapan-tahapan sihir. Para ilmuwan langsung melakukan duplikasi senjata tersebut, dengan kemajuan teknologi saat itu. Mereka berhasil, meski mengorbankan puluhan hingga ratusan nyawa untuk percobaan. Tentu pada saat kritis waktu itu, tidak ada orang yang mengolok-olok perbuatan tak manusiawi mereka. Mereka percaya bahwa ada kemungkinan manusia bisa menang melawan monster. Mereka tidak ingin hanya bergantung pada penyihir, yang jelas tidak diketahui berapa banyak saat itu. Barangkali hanya satu atau dua.
Jadi mereka ingin membantu, ingin berguna, ingin jadi penyihir yang sama. Mereka haus akan kekuatan tersebut, berdalih demi kelanjutan umat manusia.
Namun senjata replika tersebut hanya cangkang, hanya bisa menggapai kekuatan spiritual tanpa bisa mengonversi jadi daya serang fisik. Tentu saja para ilmuan tak patah arang, mereka adalah kumpulan dari orang-orang jenius dari seluruh dunia, berpikiran luas dan pantang menyerah—meski gila. Mereka menghalalkan segala cara supaya bisa merealisasi kekuatan sihir untuk digunakan khalayak.
Dan akhirnya, ternyata monster yang terbunuh kekuatan sihirnya bisa diekstrak, dengan ritual yang tentunya hanya bisa dilakukan penyihir. Dari yang sebelumnya hanya berupa onggokan daging busuk nan menjijikkan, tubuh monster bisa berubah jadi bebatuan magis. Mereka kira bisa mendapatkan batu magis berlimpah dari simpanan tubuh monster di laboratorium, tapi ternyata ada rentan waktu di mana batu magis bisa di ekstrak. Jadi mau tak mau mereka memperkerjakan penyihir dengan waktu gila-gilaan untuk membunuh dan memperoleh batu magis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESECRATE
FantasyNaruto bukan membenci sihir, cuma kurang minat saja dalam menekuni ilmu tersebut. Ia lahir di Kota Lima, yang kerap dipandang rendah oleh Kota lainnya. Lemah, kampungan, terbelakang soal sihir ... begitulah anggapan orang-orang dari wilayah lain. Ta...