Siang ini, kereta sangat penuh. Kelima anak remaja dengan seragam sekolah itu pun terpaksa duduk bergantian. "Bima, gantian aku yang duduk sekarang," ucap salah satu dari mereka.
Bima, pemuda berambut pirang itu memandang sinis Sulthan. "Ck, gitu aja udah capek." Jawabnya sambil beridri mempersilakan Sulthan untuk duduk.
"Kamu tau sendiri, aku semalam ga bisa tidur."
"Suruh siapa liat film horor."
"Ga ada sih."
"Yaudah, ga usah ngeluh. Tidur aja sono."
Mengabaikan ucapan Bima, Sulthan malah membuka tabled nya dan menancapkan earphone lalu memutar musik. Perlahan, namun pasti, Sulthan mulai memejamkan mata dan tertidur.
Suara mesin kereta perlahan mulai menghilang, Sulthan benar-benar sudah tertidur. Bima yang melihat itu tersenyum tipis. Bima tau, akhir-akhir ini insomnia Sulthan memang sedang berada di puncaknya.
Tapi, Bima tidak tau apa sebabnya. Untung saja, Sulthan masih bisa mengejar pelajaran, kalau tidak Bima tidak tau harus berbuat apa. Ya, gimana, Bima sendiri tidak pandai dalam bidang akademis. Satu-satunya yang bidang yang ia kuasai hanya musik.
"Bim."
Sebuah panggilan kecil membuat Bima menoleh. "Apa?" balas nya. Bima memandang ke arah Yonathan yang duduk diseberang Sulthan.
"Sulthan tidur?"
"Iya."
"Pakai earphone?"
"Iya," Bima kembali menjawab. "Kenapa emang?"
Yonathan menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan. "Jagain aja dia." Sebenarnya, Yonathan sedikit khawatir pada pendengaran Sulthan, akhir-akhir ini pemuda itu selalu memakai erphone untuk tertidur. Entah apa yang ia dengarkan, tapi lagu itu selalu berhasil membuat Sulthan tidur.
Dalam keadaan kereta yang penuh itu dan mereka berlima duduk secara bergantian, entah kenapa, saat giliran Sulthan, laki-laki ini langsung tertidur. Memang, ia tidur berkat bantuan musik itu. Tapi, setidaknya, tubuh Sulthan bisa beristirahat.
Dengan seiring nya menghilang deru suara kereta, Sulthan mulai memasuki alam mimpi. Tempat yang tenang, gelap, dan hening tanpa gangguan dunia luar. Tempat dimana Sulthan bisa mengistirahatkan tubuhnya.
Harus nya sih begitu.
Karena kali ini, di mimpi Sulthan, ia melihat dirinya. Yap, dirinya sendiri, tetapi, ada yang berbeda. Dirinya memiliki telinga yang runcing. Tubuh yang berawarna putih cerah dan pakaian layaknya peri.
Yang paling bikin Sulthan takut adalah laki-laki yang mirip dirinya ini mulai mendekat. Benar-benar mendekat, berjalan ke arah nya.
"Akhirnya kamu datang juga."
Sulthan terjatuh. Laki-laki yang di hadapan Sulthan sekarang benar-benar mirip seperti dirinya. "Kamu siapa?"
"Andreas."
"Andreas?"
Laki-laki itu mengangguk. "Nama ku Andreas, kalau kamu penasaran kenapa visual kita mirip, karena kia hidup di tubuh yang sama."
"Hah? Ga mungkin, ini kan cuma mimpi."
Laki-laki bernama Andreas itu tertawa pelan. "Kamu boleh bilang ini cuma mimpi. Tapi, aku harap kamu ga akan bilang bahwa aku berkata bohong."
Sulthan mengernyit, "kamu mau ngomong apa?"
"Kalau Yonathan menyuruh mu datang ke hutan rahasia – "
"Kenapa kamu tau ada hutan rahasia?" Sulthan menyela dengan kaget.
"Karena aku dari sana, bodoh."
Sulthan benar-benar tidak paham. Apa maksudnya orang ini datang dari sana? Di hutan itu tidak ada manusia tinggal. Hanya ada hewan-hewan ajaib. Dan lagi, hutan ini kan yang menemukan, kan Sulthan.
"Kamu yang pertama kali tinggal disana?"
"Hutan ajaib maksud mu? Tidak, bukan aku. Mikael yang pertama kali."
"Siapa Mikael?"
"Kamu tidak perlu tau. Yang harus kamu tau sekarang adalah kalau Yonathan membawa mu ke hutan rahasia, tolak. Kalau tidak bisa, jangan main api saat di hutan rahasia."
"Kamu aneh. Mana mungkin kita main api."
Lagi-lagi Andreas tertawa, kali ini laki-laki itu, lebih tertawa sinis. "Aku sudah bilang, jangan menganggap bohong atau remeh perkataan ku. Atau nanti kalian akan mati."
Sulthan membelalak kaget. "Mati? Mati katamu? Kita semua?"
"Iya. Waktu ku sudah tidak banyak lagi, ingat perkataan ku baik-baik Sulthan. Jangan main api."
Detik berikutnya, Sulthan terbangun dengan napas yang tersenggal-senggal. Laki-laki itu menatap lurus, tidak sengaja berpandangan dengan Yonathan, yang setelah itu ia langsung membuka hape nya.
Yonathan : ke hutan rahasia, gimana?
Sulthan : tiba-tiba banget
Bima : hmm, boleh
Tendri : gas deh, lagi penat juga
Sulthan : beneran nih?
Yonathan : iya
Harsa : oke kalau gue
Yonathan : hmm baiklah, rata-rata setuju
Sulthan : yaudah ayo
Yonathan : Sulthan, gapapa kan?
Sulthan : iya, udah gapapa
Yonathan : yaudah kuy, berdiri, bentar lagi nih
Seperti perintah Yonathan, ke empat anak laki-laki itu berdiri. Termasuk Sulthan, walau dirinya masih saja ragu dan kepikiran dengn perkataan di mimpi tadi. Kenapa, semua perkataan Andreas hampir benar? Apa kejadian selanjutnya akan sama? Tapi, siapa juga yang bawa api, kan habis dari sekolah. Ngapain juga bawa-bawa api.
Ke lima anak itu berdiri sejajar. Dan dengan sekejap, saat kereta mereka melewati terowongan, tubuh mereka mengenjang. Matanya terpejam, berusaha menahan beban tabrakan dimensi yang sedang terjadi. Dan dengan cepat, kelima anak itu sudah berpindah tempat di hutan rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD | END
Fantasy[ S E L E S A I ] Dia tidak mengetahui apapun, tetapi dia harus bisa menyelamatkan semua nya. Dia sudah hidup lebih dari 3 kali, tetapi dia tidak mengetahui nya. Dia memiliki kewajiban, tetapi dia tidak mengetahui nya. Lantas, bagaimana ia bisa meny...