❲ Wanderlust BAB : V ❳

4.3K 661 19
                                    

Hazel itu terus saja memandangi objek yang tak jauh darinya. Wajahnya datar ketika objek itu terus berlari meskipun dengan langkah yang terseok–seok.

Dasar keras kepala.

Kedua tangannya terlipat didepan dada. Melihat seberapa jauh pemuda itu akan bertahan.

Tak ingin terlihat lemah tetapi malah menyakiti dirinya sendiri , cih!

"Kurasa kaki Suno terluka."

"Ya , kau benar. Tadi pagi pun aku melihatnya berjalan dengan sedikit terpincang."

"Dia terlalu memaksakan diri."

"Ya kau tahu sendiri kan , jika Suno itu keras kepala."

Jake mendengus mendengar obralan para gadis yang ada dibelakangnya. Pandangannya tak beralih dari Suno yang terus saja berlari mengitari lapangan.

Dalam hati Jake membenarkan ucapan para gadis itu. Jika Suno itu keras kepala— minta ampun.

Tapi Jake juga merasa bersalah— Suno terluka akibat dirinya. Masalah tadi malam , tapi mantan kekasihnya itu terus saja berlari tanpa memperdulikan jika dirinya akan semakin terluka.

Dalam hati Jake mengumpat—kenapa penilaianya harus dilakukan hari ini.

Ya , hari ini adalah pengembilan nilai untuk olahraga lari. Kelas Jake dan Suno mempunyai jam yang sama , dan disinilah mereka— di lapangan outdoor sekolahan.

Pandangan iba yang diberikan oleh guru dan siswa yang ada disana tak membuat Suno menghentikan langkahnya— tidak didepan Jake.

Peluh membanjiri wajahnya , kakinya terasa kebas dan perih.

Lima putaran lagi— dan semuanya akan selasai.

Suno menghentikan langkahnya—mengambil nafas sejenak. Ekor matanya melirik Jake yang memandangnya datar. Mengigit bibirnya ketika rasa sakit itu menghantam ulu hatinya.

Menghela nafas berat— lalu melangkahkan kakinya  bersiap untuk berlari.

Sialnya— ketika memasuki langkah ketiga. Tubuhnya ambruk diatas tanah.

Semua orang yang ada disana memekik melihatnya— kecuali Jake yang segera menghampiri Suno.

Jake berjongkok , mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Suno yang terduduk diatas tanah.

"Bangsat Kim. Apa kau terobsesi untuk menyakiti diri mu sendiri?"

Suara Jake meninggi— semuanya terdiam. Tak terkecuali Suno.

Onyxnya memandang Jake lekat— wajah tegas itu mengeras antara amarah dan— khawatir , mungkin.

"Berhenti mencampuri urusanku— kau bukan siapa–siapa ku."

Mulut bajingan— Suno merutuk. Bibirnya benar–benar bertolak belakang dengan hatinya.

Jake mendengus— hatinya tertohok. Begitu cepatkah Suno melupakan dirinya. Apa selama ini dia tak cukup berharga dikehidupan Suno— oh , mungkin tidak sama sekali. Dia berandalan sedangkan Suno seorang yang teladan.

"Kau benar— mungkin seorang teladan seperti mu malu mempunyai mantan sebajingan diriku."

Nada Jake mengejek—namun tersirat dengan kesedihan disana.

"Jadi ku mohon— berhenti berlari dan segeralah pergi ke UKS."

Jake memandang Suno dengan sedikit lembut. Agar pemuda keras kepala itu mau menuruti perintahnya.

"Memang kau siapa , berani memerintahku."

Nada sinis itu keluar dari bibir tipis Suno. Jake terperangah mendengarnya— namun tertutupi dengan apik menggunakan wajah datarnya.

Jake diam ketika Suno mencoba berdiri , hazel nya datar melihat betapa keras kepalanya seorang Kim Suno.

Tak tahukah jika dirinya luar biasa khawatir dengan keadaan pemuda manis itu. Jake mengerutkan keningnya mendapati wajah Suno yang meringis menahan sakit.

Pemuda itu berbalik— melanjutkan langkahnya. Tak menghentikan teriakan gurunya yang memintanya untuk berhenti.

Jake mendecih— mengangkat tubuhnya dan berjalan menyusul Suno.

Jake berjongkok tepat didepan Suno , menarik kedua tungkai kaki pemuda sehingga tubuh pemuda itu jatuh diatas bahunya.

Suno kaget setengah mati— jelas. Jantungnya berdegup kencang. Bahkan mulutnya sedikit terbuka—pun matanya yang masih tidak berkedip.

"Brengsek. Turunkan aku."

Itulah adalah kalimat yang Suno lontarkan ketika pikiran rasionalnya kembali.

Memukul kepala Jake sedikit keras , agar mantan kekasihnya ini mau menurunkannya.

"Nah Kim Suno si tuan keras kepala—"

Jake membenarkan posisi Suno yang sedikit merosot karena pemuda itu terus berontak.

"Kau mengatakan jika aku bukan siapa–siapa mu—"

Suno diam—berhenti memberontak.

Jake mengambil nafasnya dalam—bersiap untuk mengeluarkan suatu kalimat.

"—jadi sekarang, biarkan aku menjadi kedua kakimu untuk menyelesaikan semua ini."

Setelah itu Jake berlari— melanjutkan tugas Suno yang tertunda. Dengan senyum yang merekah pada bibir tebalnya— namun yang tak disadari oleh Kim Suno.

────────────────────
Don't forget for vote and comen !
────────────────────

Manis mbanget bang jake aw jadi iri
see next chapter !

─ nenglilis
~Adios !

WANDERLUST ៸៸ JAKENOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang