(Disarankan menyetel lagu Mahalini - Bawa Dia Kembali, sebagai pendukung suasana bagian Prolog di bawah ini.)
*****
RARE | PROLOG
*****
Petikan gitar mulai menggema di ruangan sunyi di ujung lorong. Seiring itu, kepingan kenangan yang mendadak hadir kembali, seolah mengobrak-abrik ruang hati seorang gadis yang hadir di sini.
Di tengah minimnya pencahayaan, gadis itu duduk seorang diri di sofa. Dengan tatapan menerawang entah kemana, ia pun mulai mengambil napas begitu selesai memetik intro lagu.
"Malam ini, aku menanti, kedatangan mu, mengisi sepiku~"
Seorang lelaki yang sedang sibuk mencuci piring terpaksa menghentikan aktivitasnya karena mendapat gangguan. "RELITAAA!!! KUCING LO BAWA PERGI! GELI BANGET KAKI GUE DI ELUS-ELUSNYA!!!"
Lelaki itu berulang kali menyerukan kalimat pengusiran kepada sang pengganggu kecil yang terlihat tidak tahu-tahu. Kucing berbulu abu-abu itu malah semakin menikmati elusan kepalanya di kaki kanan lelaki tersebut.
Perlahan lengkungan di bibir gadis yang bernama lengkap Relita Bulan---ini mulai tercipta.
"Lama terasa, waktu bergulir. Karena dirimu, tak bersama ku~"
Lelaki yang menggenakan jaket biru dongker mengambil tangan kanan Relita. Sorot matanya menelusuri lengan Relita yang kini dipenuhi luka dan goresan lecet sampai-sampai baju bagian lengannya sobek tak beraturan.
"Udah gue bilang, kalau ada agenda OSIS dadakan, lo langsung telepon gue! Kan, begini jadinya kalau lo buru-buru naik sepeda." Kemudian beralih mengecek bagian kaki Relita yang keadaannya kurang lebih seperti kondisi lengan kanannya.
Menyadari wajah Relita yang menunduk takut, lelaki itu menyentuh dagunya hingga kedua mata Relita kembali menatapnya.
"Maaf... Bukan maksud marahin lo. Gue emosi banget sama orang yang nyerempet lo tadi. Maaf, Relita...." Lantas lelaki itu segera merengkuh tubuh Relita yang menangis dalam diam karena tak sanggup menahan perih luka-lukanya.
Tanpa sadar, kini pelupuk mata Relita yang menghangat, perlahan mulai terasa penuh.
"Oh Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali bersamaku, di sini menjagaku selalu. Dengarlah, doaku, yang tak pernah meminta bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat~"
Relita menghela panjang napasnya yang mulai terasa berat. Bersamaan dengan menutupnya kedua kelopak mata, air hangat yang telah bersiap sejak seperkian detik yang lalu, akhirnya meluncur juga dengan bebas di pipi tirus Lita.
"Masih terasa hembus napasmu. Saat ku gundah, kau lipur laraku. Kini terasa semakin dalam, rasa rinduku pada dirimu~"
Semakin rapat Relita memejamkan kedua matanya, membayangkan sosok lelaki yang berhasil mengoyak hatinya.
"Oh Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali bersamaku di sini menjagaku selalu. Dengarlah, doaku, yang tak pernah meminta bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat~"
Relita yang sedang menyendiri di rooftop sekolah mendadak menoleh kaget, sebab merasakan ada sesuatu yang mendarat di punggungnya.
"Lo ngapain disini?" Relita menatap lelaki berkaos hitam polos yang dengan santainya meneguk kopi susu hangat di sampingnya. Jika melihat dari gelas plastiknya, Relita jelas tahu darimana lelaki itu mendapatkannya.
"Lo habis dari ruangan panitia?" Lelaki itu hanya mengangguk menjawab pertanyaan Relita.
"Ngapain pagi-pagi begini ke sekolah? Udah terlambat kalau mau ngajuin diri jadi panitia relawan."
"Ada yang ketinggalan." Lelaki itu melipat kedua lengannya yang bertumpu di atas tembok pembatas. Menatap Relita, menelusuri wajah lelah gadis itu.
"Hati gue. Disini, dirooftop ini."
Dengan kedua pipi yang mulai merona, Relita refleks memukul lelaki di hadapannya itu yang malah tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.
"Oh Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali bersamaku di sini menjagaku selalu. Dengarlah, doaku, yang tak pernah meminta bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat~"
"Oh Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali bersamaku di sini menjagaku selalu. Dengarlah, doaku, yang tak pernah meminta bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat~"
Melihat betapa banyaknya darah segar yang membanjiri seragam lelaki yang kini berada di pangkuannya, isakan tangis Relita semakin pecah hingga dadanya terasa sesak. Relita tak lagi menghiraukan betapa derasnya guyuran hujan yang membasahi tubuhnya.
"Walau hanya sesaat~"
Detik setelahnya, beberapa petugas ambulans yang datang terburu-buru segera mengambil alih tubuh lelaki tersebut dan mengangkatnya ke atas brankar.
Relita yang masih terduduk lemas dengan kondisi memperihatinkan, tak membiarkan pandangannya teralih sedikit pun dari tubuh lelaki yang kini telah terbaring tak berdaya di dalam mobil ambulans.
"Walau hanya sesaat~~"
Sebab terlalu tenggelam dalam dunianya, Relita sampai tak menyadari kehadiran seorang lelaki yang setia berdiri di ambang pintu. Dalam diamnya, lelaki itu memperhatikan Relita dari tempatnya. Hanya memandang dari kejauhan tanpa berniat mengganggu sedikit pun.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
RARE
Dla nastolatków#1 R UNIVERSE Ramanda Arkana, kalung dengan liontin peluru dan plat bertuliskan 'DREVANZA' selalu menggantung di lehernya. Kalung penanda bahwa dirinya lah sang pemimpin. Disuatu hari tak terduga, kalung kesayangannya itu raib disita oleh salah satu...