Sahabat

32 3 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, aku mulai melupakan beberapa memori di masa kecilku. Salah satunya tentang persahabatan dan kepolosannya di masa lalu. Menikmati semua kegembiraan tanpa beban, tanpa perlu memikirkan hal-hal tentang kehidupan dan apa yang akan terjadi di masa depan nanti, bermain adalah hal paling menyenangkan. Ketika saling berkejar-kejaran, bercanda dengan cerita-cerita fantasy dimana kami bisa mengeluarkan kekuatan super, dan itu hanya bisa dilihat oleh kami. Cahaya terang dengan kuda-kuda karate muncul dari antara kedua tangan dan meneriakan Kamehame layaknya Son Goku dalam anime Dragon Ball, menggerakan tangan dengan gerakan yang kami lihat dari film anak-anak dan berteriak, "BERUBAH!!" dengan lantang layaknya Power Rangers. Orang dewasa mana ada yang bisa menikmati semuanya seperti masa kanak-kanak? Kita semua merasakan serunya dan bahagiannya, tapi hanya di masa itu saja. Itu adalah gambaran masa kecil bagiku. 

Namun ada beberapa masa kecil yang tak seberuntung itu. Tapi, aku rasa semua setuju. Imajinasi masa itu tak bisa lagi dirasakan kala setiap manusia bertambah dewasa. Hal-hal yang dilakukan dan dipikirkan di masa itu menjadi sebuah hal bodoh dan aneh. Sebuah fantasy masa kanak-kanak saja.

Saat ini, aku tak bisa lagi menikmati hal-hal seperti itu. Aku tak menyangka akan kehilangan masa itu. Waktu tak bisa diulang. Dan tak mungkin menjadi anak-anak lagi. Semua terjadi begitu cepat. Aku tak menyangka hari ini aku telah menjadi lebih dewasa. Bukan lagi kanak-kanak atau juga remaja. Kali ini aku benar-benar masuk dalam kategori orang dewasa, meskipun aku belum menikah. 

Setelah aku kembali membuka buku harianku, aku menemukan hari-hariku pada kemarin, minggu lalau, bulan lalu, dan tahun-tahun yang telah aku lalui. Banyak hal yang membuatku sangat menyesal. Bisa disebut penyesalan dari rasa besalah. Hari ini. Aku menyadari aku selalu merasa sendiri. Entah itu tercipta dengan sendirinya atau pilihan yang aku buat sendiri, aku merasa kesepian.

Aku cemburu dengan persahabatan yang dimiliki oleh orang-orang yang selalu bersama. Entah apa yang aku pikirkan kali ini. Apakah aku memiliki sahabat? Jika iya, semua terasa fana. Mereka bukanlah orang-orang yang aku inginkan. Mereka mempunyai dunia mereka bersama orang-orang yang lebih baik. Bukan diriku. Dan itu membentuk kesendirian dalam diriku.

Aku selalu ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki sahabat. Kata orang aku memilikinya. Mungkin iya mungkin juga tidak seperti itu. Aku yang terlalu egois atau aku tidak mensyukurinya, aku selalu berharap akan selalu bersama dengan mereka, aku berharap selalu berada dalam sedih dan bahagia bersama, setiap momen dalam hidupku, aku harap akan selalu bersama. Sahabat bagiku, bukan sekedar tempat untuk membagi setiap rasa yang aku dan dia rasakan melainkan mereka yang setiap aku bangun, saat aku makan, saat aku bekerja, kemanapun aku pergi aku selalu berpikir tentang apa lagi hal yang akan aku lakukan bersama dengan orang-orang ini hari ini. 

Aku tahu ini bagaikan sebuah imajinasi belaka. Aku mungkin terlalu banyak menonton film. Dimana persahabatan yang tidak berakhir dimakan waktu. Aku telah melewati banyak lintasan waktu dan melaluinya dengan berbagai macam cerita. Di setiap musimnya aku tak menemukan satupun. Sahabat. Aku berharap menemukannya. Meski hanya satu. Orang yang membuatku tak perlu menahan diri untuk menunjukan siapa diriku yang sebenarnya, orang yang selalu ingin aku tuju ketika aku sendiri, orang yang selalu bersama melewati hari-hari, dan orang yang tau seberapa rapuhnya senyum yang kuhidupkan dari bibirku, dan dia selalu ada.

Di masa kecil aku memiliki seorang teman yang berkata, "Sampai kapanku kita akan selalu bersahabat. Dimanapun kita akan menuju kita akan selalu bersama melangkah kesana."

Kata-kata itu selalu kami bawa dalam perjalanan waktu. Sampai akhirnya itu hanya menjadi sebuah ungkapan semangat masa kecil yang fana. Semua berkahir pada akhirnya. Perpisahan tidak bisa di tahan lagi. Dan hari itu aku menghapusnya dari kata sahabat menjadi kenalan. Sebatas orang yang aku kenal. Mungkin rasanya terlalu jahat, Tapi itu benar. Setelah bertahun-tahun. Kami tak lagi saling membutuhkan satu sama lain. Tak saling menghubungi satu sama lain. Dan akhirnya kami dipertemukan dengan rasa canggung. Tidak lagi sebagai seorang sahabat. Tapi hanya sebatas kenalan. Yang pernah melewati waktu bersama di satu musim di masa yang telah berlalu. Terasa cukup menyenangkan bertemu dengannya. Tapi. Rasa yang kami miliki bukan lagi seperti masa lalu. Saat ini semua hanya sekedarnya saja.

Setelah musim berlalu. Aku kembali bertemu dengan orang baru. Mungkin benar, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Aku bertemu dengan sekelompok orang. Dan melewati waktu bersama dengan mereka. Kenangan demi kenangan kami mulai kami rangkai, perjuangan demi perjuangan kami lalui. Semua itu menjadi buku baru bagiku. Episode baru yang kutulis, dan pada akhirnya lembarnyapun habis. 

Aku mengambil kembali kotak persahabatanku yang kutaruh di sudut ruangan di atas lemari pakaianku. Aku menaruh buku itu kedalamnya. Kotak persahabatanku bertambah. Bertambah kenangannya, tapi tak bertambah wujudnya. Aku kembali melangkah dalam kesendirianku. Keramaian tak ada gunanya tanpa seorang sahabat. Ditengah riuh yang kutemui setiap hari, aku memberi senyumku bukan untuk riang yang mereka tawarkan, tapi untuk diriku yang duduk bersama sepi.

****

RUNE LUMERICKWhere stories live. Discover now