Terketuk

10 1 0
                                    

Hari ini begitu menyesakan. bukan. Bukan hari ini. Kemarin hari juga sama, kemarinnya juga sama. Semakin menumpuk saja beban ini. Setelah hari kemarin yang juga cukup mengesalkan aku lalui,  hari ini datang sebuah cerita baru. Bukan sesuatu yang mengesalkan. Hanya saja sangat menyengat di hati dan telingaku. Mendengar cerita dari teman-teman tentang hidup masing-masing, aku semakin ditekan dengan penyesalan yang aku tahu tak akan bisa diubah lagi. 

Hari yang awalnya kukira akan menyenangkan setelah bertemu dengan teman-teman, tiba-tiba menjadi hari yang mendung dengan semua renungan tentang kesalahan dan kebodohan diriku. Aku kembali menyalahkan keadaanku di masa itu yang membuatku terus merasa menyesal. "Kenapa dulu aku . . . ." kalimat yang kembali terungkit dari aku yang beberapa waktu lalu mengira telah berdamai dengan masa laluku dan memaafkan diriku yang dulu, menatap kedepan dengan harapan baru dan melangkah dengan semangat yang baru. 

Hari ini . . . .

Aku kembali dengan perenungan akan hal yang harusnya telah kuselesaikan. Apakah seperti ini manusia? Ataukah hanya diriku yang terlalu kekanak-kanakan menjatuhkan diri pada hal yang sama lagi?

Di tengah pembicaraan yang seru itu, aku tiba-tiba terdiam. Aku seperti masuk di dunia yang lain, dimana suara mereka terabaikan dan canda mereka menjadi sedihku. Ada apa? Pertanyaan yang harusnya sudah aku ketahui jawabannya, tapi kenapa malah aku mempertanyakannya? 

Tak punya fokus arah yang akan dituju. Begitu katanya. Aku selalu berjalan di banyak arah hingga tak pernah menyentuh bagian dalam sebuah perjalanan, aku kembali berbelok ke arah lain yang aku inginkan. Dan seperti itulah, hanya beberapa kilometer jarak yang aku lalui, aku memutar kembali arah menuju ke tujuan lain. Terus dan terus sepeti itu hingga aku tak pernah tiba ke tempat yang benar-benar aku butuhkan. 

Dan hari ini aku masih terperangkap dalam kebimbangan. 

30 Desember 2020

RUNE LUMERICKWhere stories live. Discover now