Resahku 1

6 1 0
                                    


Ada sesuatu yang bergejolak dalam diriku. Aku tak tahu kenapa, tapi ada rasa yang ingin diluapkan tapi tak bisa. Melihat bahagia dari orang-orang dalam kesunyianku. Aku ingin seperti mereka. Menikmati kebersamaan, menikmati tawa, menikmati hidup yang sepertinya tak akan pernah terpisah. 

Sejauh apapun jarak membentang, seakan rasa, ikatan, dan hubungan mereka tetap sama. Tidak berubah. Aku ingin ada di tempat itu. Memiliki sahabat yang bisa menjadi tempat berbagi segala rasa dan cerita. Kata orang aku memilikinya. Tapi,..
Entah apa yang aku inginkan, semua tak sesuai harapan. Begitu banya orang yang selalu ada bagiku, tapi tak ada yang bisa menjadi seseorang yang benar-benar bisa memberi ikatan seperti yang aku harapkan. 

Tapi itulah yang aku inginkan. Aku ingin memiliki sahabat yang selalu ada. Entah itu terlalu egois tapi itu yang aku inginkan. Aku ingin ditemukan sebagai seseorang, aku ingin dirangkul dalam satu komunitas, aku ingin memiliki rekan yang bisa diandalkan. Tapi setelah aku dipertemukan dengan mereka semua. Aku tak bisa mendapatkan rasa yang selama ini aku cari. Seakan semua yang datang hanya sekedar persinggahan yang menghibur layaknya pertunjukan. Setelah pertunjukan selesai, ceritapun usai, seakan semua yang terjadi hanya formalitas kehidupan. 

Menyenangkan, tapi semakin membuatku kosong. Apa yang aku harapkan untuk tumbuh dan berbentuk, semuanya layu begitu saja. Mungkin waktunya saja yang terlalu singkat untuk menjadi sebuah cerita yang akan berlanjut. Mungkin. Tapi setelah kesempatan yang berbeda datang untuk kembali merajut cerita baru. Semuanya terlihat sama saja. Meskipun waktu yang diberikan lebih banyak dari sebelumnya, semua hasilnya hampir sama saja. Ceritanya saja yang lebih banyak, tapi perasaan yang kuharapkan tak kunjung kutemukan.

Entah apa yang diinginkan diri ini. Dia selalu berbisik untuk pergi jauh dan melihat apa yang belum pernah dilihat dan dirasakan. Menemukan sesuatu yang berbeda bersama seorang, dua orang, atau lebih. Menjadi sebuah keluarga yang bukan mencari kepuasan lewat kekayaan tapi melalui kebersamaan. 

Beberapa waktu belakangan ini, aku selalu menangisi perpisahan. Entah kenapa empati di dalam diri ini bertumbuh lebih cepat dan semakin membersar. Aku mudah sekali meneteskan air mata. Aku bahkan sudah lupa telah mengubur apa saja di dalam diri ini yang sepertinya sudah penuh dan mulai meluapkan apa yang dia rasakan. 

Aku ingin keluar tapi aku tak bisa . . . .

aku . .. . .

RUNE LUMERICKWhere stories live. Discover now