Siang itu---pada hari Minggu---Farhan dan Rengga berjalan menuju taman yang berada di dekat lapangan futsal. Ya, mereka baru selesai bermain futsal bersama teman sekolahnya dan mereka berdua memutuskan untuk bersantai dulu di taman. Wajah mereka tampak lelah dengan keringat yang bercucur. Di tangan mereka sudah ada kantong plastik yang berisi beberapa camilan dan juga minuman.
"Duduk sini aja, Ngga," ajak Farhan sembari menunjuk kursi yang ada di depan mereka. Rengga pun mengangguk.
Mereka pun duduk dengan nyaman lalu memakan camilan masing-masing. Tanpa ada yang membuka obrolan, mereka duduk dalam diam. Rengga terlalu fokus pada ponselnya, ia sedang bermain game yang sekarang sedang ramai dimainkan oleh kaum remaja. Sedangkan Farhan lebih memilih menikmati camilannya sembari menatap pepohonan yang ada di depannya.
Farhan memandang sekelilingnya. Siang ini taman cukup sepi, meskipun cuaca tak terlalu panas. Farhan mendengar suara helaan napas, tapi di sekelilingnya tidak ada orang. Hanya ada Rengga yang membisu bersama ponselnya. Farhan mencari-cari suara tersebut, ternyata itu adalah helaan napas dari Tong Sampah yang berjarak 1 meter dari tempatnya duduk.
Ya, Farhan memang bisa berbicara dengan benda mati, Tapi tak ada satu pun yang mengetahui kemampuan Farhan tersebut. Sebab Farhan juga tidak pernah menunjukkan kemampuannya di depan orang lain. Farhan bersuara dalam hati, berusaha mengajak Tong Sampah tersebut untuk mengobrol.
"Hai, Tong Sampah, kamu kenapa? Helaan napasmu berat," tanya Farhan.
Tong Sampah tersebut tampak terkejut saat Farhan menyapanya dan bisa mendengar helaan napasnya.
"Kamu bisa mendengarku?" tanya Tong Sampah penuh keheranan.
"Iya, bisa. Kenalin namaku Farhan. Aku panggil kamu apa, nih?"
"Wah, keren. Hai, Farhan! Kamu panggil aku Tong aja," jawab Tong Sampah tersebut.
"Oke, Tong. Kamu baik-baik aja, Tong?" tanya Farhan sembari melihat Tong Sampah yang ia ajak berbicara tersebut. Mata Farhan sesekali melirik Rengga, ternyata Rengga masih fokus dengan ponselnya.
"Aku baik-baik aja, Han, cuman lagi lapar. Hari ini taman sepi banget, jadi nggak ada yang buang sampah di aku, deh," keluh Tong Sampah tersebut.
Farhan pun lantas melihat botol minuman kaleng miliknya yang sudah tinggal sedikit serta bungkus camilan yang berada di tangannya. Farhan dengan segera menghabiskan camilan dan minumannya lalu berdiri dan memasukkannya pada Tong Sampah yang tadi ia ajak berbicara.
"Terima kasih, Farhan."
"Sama-sama, Tong. Habis ini kamu akan dapat makanan lagi dari teman aku. Sabar, ya?"
Farhan kembali ke samping Rengga lalu duduk seperti semula. Selang beberapa detik, Rengga melempar bungkus camilannya ke arah depan. Belum sempat Farhan menegur, Rengga sudah berdiri.
"Ayo, pulang, Han," ajak Rengga lalu berjalan terlebih dahulu.
Farhan pun tanpa banyak bicara langsung berdiri lalu memungut bungkus camilan yang tadi Rengga buang. Farhan kemudian memasukkannya ke dalam Tong Sampah tadi.
"Maafin temenku, ya, Tong?"
"Iya, Farhan, nggak pa-pa. Terima kasih, ya?"
Farhan hanya menganggukkan kepala lalu segera pergi. Ia mengejar Rengga yang sudah berjalan cukup jauh.
"Buang sampah itu pada tempatnya, Ngga. Kayak anak kecil aja buang sampah sembarangan," tegur Farhan diselingi candaan.
Rengga tak acuh. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan teguran Farhan.
Sore harinya, Farhan kembali ke taman tersebut untuk bertemu lagi dengan Tong Sampah yang tadi sedang bersedih. Farhan memindahkan kursi yang tadi ia duduki ke dekat Tong Sampah agar lebih mudah untuk mengobrol. Farhan memperhatikan sekeliling, sore ini taman tampak cukup ramai. Tak jauh dari tempat Farhan, ada seorang ibu-ibu yang membuang sampah sembarangan.
"Han, kamu lihat ibu berbaju merah itu?" tanya Tong Sampah. Farhan pun mengangguk. "Dia tidak menghargaiku sebagai tong sampah. Bukannya sampah itu makananku? Lantas, kenapa masih banyak orang yang tidak memberikannya kepadaku?" lanjut Tong Sampah.
Farhan terus memperhatikan sampah yang dibuang oleh ibu tersebut lalu Farhan pun berjalan mengambilnya dan dimasukkannya ke dalam Tong Sampah.
"Terima kasih, Farhan."
"Sama-sama, Tong," ucap Farhan dalam hati.
"Aku sering sedih, Han. Aku tidak merepotkan, justru aku membantu kalian supaya lingkungan ini tetap bersih. Tapi kenapa kalian tidak menganggapku ada? Kalian tau nggak kalau aku itu kelaparan? Kalian itu aneh, dibantu membersihkan lingkungan tapi tidak mau," keluh Tong Sampah.
Farhan dibuat terdiam. Farhan tidak bisa berkata. Keluhan dari Tong Sampah tadi membuat Farhan tertampar, sebab ia sadar ia masih sering membuang sampah sembarangan.
Farhan dan Tong Sampah masih melanjutkan obrolan mereka, bahkan mereka bermain teka-teki yang membuat Farhan ingin tertawa. Untung saja Farhan tidak menunjukkan tawanya. Jika ia tunjukkan, maka sudah bisa dipastikan kalau orang-orang yang melihatnya akan mengira bahwa Farhan gila.
Setelah puas mengobrol dengan Tong Sampah, Farhan pun memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah, Farhan masih memikirkan keluhan Tong Sampah tadi. Farhan pun berniat membantu Tong Sampah, setidaknya membantu Tong Sampah mendapatkan haknya.
Farhan menemukan ide yang mudah dan cukup unik. Ia pun mempersiapkan segala bahannya. Setelah semua siap, Farhan memutuskan untuk tidur. Ia tidak sabar untuk pergi ke taman dan membantu Tong Sampah.
Keesokan harinya, Farhan segera menuju taman dengan membawa bahan yang kemarin sudah ia persiapkan. Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB, di taman belum ada orang sama sekali kecuali Farhan.
"Pagi, Tong," sapa Farhan tak lupa dengan senyum penuh keceriaan.
"Loh, Han? Masih pagi gini kok udah ke taman? Bahkan ini masih gelap," tanya Tong Sampah yang heran melihat kedatangan Farhan.
"Aku mau bantu kamu biar kamu nggak sedih dan nggak kelaparan lagi."
"Gimana caranya?" tanya Tong Sampah bingung.
Farhan menunjukkan balon yang sudah ditempeli kertas. Di kertas tersebut tertulis "Aku lapar dan makananku adalah sampah. Bisakah kalian memberiku sampah? Aku akan membantu kalian membersihkan lingkungan."
Di setiap sisi balon dan kertas sudah Farhan pasang gantungan dari besi. Jadi ketika tertiup angin, gantungan tersebut akan mengeluarkan suara yang cukup nyaring. Itu dilakukan Farhan supaya dapat menarik perhatian orang agar bisa membaca tulisan yang berada di kertas tersebut.
Dengan telaten, Farhan pun memasang balon tersebut pada tutup Tong Sampah. Setelah selesai, Farhan duduk di kursi yang berada di dekat Tong Sampah sembari bermain ponsel.
Jam menunjukkan pukul 05.30 WIB, terlihat orang-orang mulai mengunjungi taman. Ada yang berolahraga, bermain atau bahkan hanya bersantai. Tak sedikit pula yang membawa bungkusan makanan.
Farhan merasakan semilir angin kemudian disusul bunyi nyaring yang ditimbulkan dari balon yang ia pasang tadi. Orang-orang yang berada di taman tersebut pun menoleh mencari sumber suara. Mereka memandang balon tersebut cukup lama. Mungkin mereka sedang membaca tulisan yang ada pada balon tersebut.
Selang beberapa detik, ada seorang kakek yang tadinya sedang berolahraga kini berjalan menghampiri Tong Sampah dan memasukkan bungkus bekas camilan ke dalam Tong Sampah.
Spontan Farhan tersenyum dan berucap, "Terima kasih, Kek." Kakek tersebut menatap Farhan heran, kemudian tersenyum tipis.
Tak lama setelah itu, beberapa orang tampak membuang sampahnya pada Tong Sampah. Bahkan ada juga yang memungut daun kering untuk dimasukkan ke dalam Tong Sampah.
"Farhan, terima kasih sudah membantuku mendapat makanan," ucap Tong Sampah.
"Sama-sama, Tong," balas Farhan dalam hati. Farhan lalu berdiri dan beranjak pergi, sebab tugasnya membantu Tong Sampah sudah selesai.
"Aku pulang dulu, ya, Tong?" pamit Farhan.
"Hati-hati di jalan, Han."
Farhan pun tersenyum dan melangkahkan kakinya dengan hati yang lega karena sudah bisa membantu Tong Sampah mendapatkan haknya.
- TAMAT -
Penulis oleh :
Alifialoveista
Grup ke-5 : Gadis Cerah
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASY STORIES
Krótkie OpowiadaniaKumpulan cerpen karya dari member Korex genre Fantasy. Semoga kalian menyukainya🤗