"Dia sedang menghukumku, kan?"
Tiffany mengalihkan atensinya dari list pertanyaan yang baru saja dikirimkan oleh editor majalah Vogue untuk jadwal interview mereka minggu depan. Disampingnya, Taeyeon masih sibuk mencorat-coret di atas kertas putih yang diberikan oleh salah satu staf museum di pintu masuk tadi.
"Dokter pasti sudah memberitahu kalau hasil pemeriksaan kemarin lagi-lagi negatif."
Kedua bola mata Tiffany refleks berputar, seakan sudah bisa menebak kemana pembicaraan ini akan bermuara. "Kita sudah membahas hal ini berpuluh-puluh kali, Yang Mulia. Waktunya bagi Anda untuk berhenti khawatir secara berlebihan."
"Sudah kubilang, jangan memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia' jika hanya ada kita berdua," ujar Taeyeon gemas.
Tiffany balas mendelik. "I can't help it! It's on the job description!" Kedua tangannya terangkat di udara. "Sekadar mengingatkan kembali, Taeyeon-ssi. Aku sekarang bekerja dan diberi gaji oleh Klan Syailendra, bukan lagi olehmu."
Taeyeon menghela napas panjang. Jika perempuan berdarah campuran Korea-Amerika, yang merupakan mantan manajer dan kini beralih profesi menjadi asisten pribadinya, sudah mengeluarkan rentetan kalimat dalam bahasa ibu keduanya, maka Taeyeon pasti sudah menyentuh batas kesabarannya. "Tapi, lihatlah sekelilingmu. Kita berdua adalah satu-satunya orang dewasa di tempat ini," lanjut Taeyeon sambil mengambil pensil warna merah dari kotak berlogo Faber-Castell yang terbuka di atas meja, kemudian melanjutkan memberi warna pada sketsa gambarnya.
Tiffany menyapu pandangannya ke seluruh ruangan Sketch Aquarium siang ini. Di beberapa meja putih kecil yang tersedia di ruangan terdapat beberapa anak dengan rentang usia 3-10 tahun yang sedang fokus menggambar seperti Taeyeon. Sedangkan, puluhan anak lainnya asyik berlarian mengikuti gerakan berbagai makhluk laut yang berenang di akuarium virtual berukuran raksasa yang terproyeksi di dinding ruangan.
"Dia tidak pernah memintaku untuk menghadiri acara seperti ini, sendirian. Selalu kami berdua atau hanya dirinya saja," lanjut Taeyeon. Bibir merah mudanya mengerucut memandangi kertas putih yang kini sudah tidak lagi polos. Jemarinya yang lentik menyapu ratusan pensil warna di kotak, sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada warna kuning tuscany #FCD12A.
"YA, Kim Taeyeon!" Tiffany memandang lurus ke arah sang Ratu. Tidak peduli dengan pekikannya yang telah mengagetkan perempuan di sebelahnya. She had had enough of this conversation. Right here. Right now. "Jika Yunho oppa menikahimu hanya untuk menghasilkan keturunan Dinasti Syailendra selanjutnya, maka berani bertaruh gajiku selama setahun, dia pasti sudah akan menceraikanmu setelah operasi itu."
Ucapan tadi membawa memori Taeyeon berkelana ke tahun-tahun pertama pernikahannya. Saat itu, secara tiba-tiba, ia kerap dilanda rasa nyeri yang tak tertahankan di bagian bawah perut sebelah kanannya. Dari hasil pemeriksaan dokter, ditemukan adanya perlengketan usus yang membuatnya harus segera menjalani operasi. Taeyeon masih ingat rasa sakit luar biasa yang ia rasakan setelah siuman pasca operasi. Prosedur vertical abdominal incision yang dijalaninya sukses membuatnya bed rest total selama satu bulan, serta harus menggunakan kursi roda selama enam bulan setelahnya.
Penderitaannya ternyata tidak sampai disitu saja. Karena tak kunjung hamil, atas saran dari para petinggi Dinasti, Taeyeon berkonsultasi ke dokter obgyn untuk memeriksakan tingkat kesuburannya dan Raja. Disitulah ia menemukan fakta yang jauh lebih menyakitkan. Penyakit perlengketan usus sebelumnya ternyata membawa dampak pada organ lain di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinasti
Fanfiction"Karena hidup tidak selalu berjalan sesuai kehendak pemiliknya. Seperti aku yang tidak punya pilihan untuk terlahir, agar dirimu ada. Tugasku sudah selesai, bukan? Maka kumohon, berhentilah memandangku seakan aku adalah matahari yang menjadi pusat k...