Kesepakatan

376 52 15
                                    

"Pusing, Nak?"

Yoona mengusap kening si bungsu. Anak perempuan kecil itu menggeleng, namun masih lengket menyandarkan salah satu sisi tubuhnya ke lengan sang ibu. "Kalau mual bilang ya, Sayang. Tidak boleh muntah disini," ujar Yoona memberi pengertian.

Melalui kaca spion, Choi Minho melirik ke arah kursi penumpang belakang. "Apa saya perlu menepikan mobil?" tanyanya cemas. Sedikit bergidik membayangkan potensi lantai mobil Mercedes-Benz yang sedang dikendarainya ternoda dengan ceceran muntahan.

Kim Minseok yang duduk di kursi penumpang bagian depan refleks menengok ke arah istri dan putri-putrinya di belakang. Ekspresi wajahnya juga berubah menjadi cemas. "Apa ia baik-baik saja?"

Yoona berinisiatif mengecek suhu tubuh Doyoung dengan menempelkan punggung telapak tangannya ke kening sang anak. Rasanya normal. Si kecil juga tidak terlihat pucat saat Yoona memerhatikan wajahnya dengan seksama. "Tidak apa-apa. Kurasa ia hanya tidak terbiasa naik mobil berpendingin seperti ini," terangnya.

"Doyoung payah. Masa begini saja sudah mabok. Hoek hoek—" ejek Taeyong sambil menutupi bagian mulutnya. Menunjukkan kemampuan aktingnya dengan menirukan perilaku dan suara khas orang yang sedang muntah. 

"Taeyong, sudah." Minseok menegur si putri sulung dengan tegas. "Jangan menggoda adikmu seperti itu."

Yang sedang ditegur malah balas menjulurkan lidah ke arah adiknya. Bila di rumah, situasi seperti ini pasti akan berakhir dengan adu teriakan, yang kadang juga disertai adegan  jambak-jambakan. Tapi kali ini Doyoung hanya menatap balik sang kakak dengan tidak senang. Kedua tangan kecilnya lalu terjulur ke arah sang ibu, minta diberi pelukan. 

Yoona pun mengangkat tubuh sang putri dan memindahkannya ke dalam pangkuan. Kepala Doyoung langsung bersandar di dada sang ibu. Menggenggam erat baju terusan yang Yoona kenakan sambil melemparkan pandangan ke arah jendela. Tangan Yoona bergerak mengusap-ngusap punggung mungil itu. Tidak biasanya Doyoung manja seperti ini.

"EOMMA EOMMA, LIHAT!!" 

Pekikan Taeyong mengagetkan semua penumpang lain di dalam mobil sedan hitam itu. "Gerbangnya besar sekali! Apa kita akan masuk ke dalam sana, Eomma?!" 

"Tentu saja, anak kecil. Selamat datang di Istana Dinasti Syailendra." Minho yang menjawab dengan bangga atas pertanyaan tadi.

Saat mobil berbelok untuk masuk ke dalam kompleks Kerajaan, Taeyong memekik girang sambil mencoba meloloskan diri dari tali sabuk pengaman yang sedari tadi membuatnya merasa tidak nyaman. "Samchon, apa di dalam ada banyak pengawal yang membawa pedang? Apa kita bisa bertemu dengan Raja dan Ratu juga?" tanyanya dengan penuh semangat. Kepalanya menyembul dari balik kursi pengemudi yang diduduki oleh Minho.

"Taeyong— Taeyong— duduk, Nak. Mobilnya belum berhenti. Nanti kau bisa terjatuh," Yoona mengingatkan. Tangan kirinya yang bebas tak memeluk tubuh Doyoung, memegangi figur putrinya yang satu lagi.

"Haha tak apa. Kita sudah berada di zona yang aman sekarang," Minho tersenyum dari balik setir kemudi, sengaja memacu mobil lebih pelan agar gadis kecil itu tidak kehilangan keseimbangan. "Apa kau tak sabar ingin bertemu Raja dan Ratu?" godanya pada sang anak.

"IYA IYA!! AKU INGIN BERTEMU DENGAN MEREKA!" 

Taeyong bersorak kegirangan, sedangkan Doyoung justru semakin menyembunyikan wajahnya dalam pelukan hangat milik sang ibu.

***

"Silahkan, lewat sini."

"T—tapi mereka?" Yoona tergagap. Merasa tidak tenang untuk meninggalkan kedua putrinya sendirian di ruangan sebesar ini. Meskipun mereka terlihat sedang asik dengan mainan di tangan masing-masing yang sepertinya sengaja disiapkan oleh pihak Kerajaan untuk menyambut keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DinastiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang