Chapter 3

11 2 0
                                    

Kala POV

Kala masih berdiri di depan bangunan cafe yang berlatar biru putih itu. Tempat yang dijanjikan untuk bertemu dengan sang penulis pesan. Café biru yang terletak di dekat alun alun kota. Kala pernah melewati café ini beberapa kali, tetapi belum pernah berkunjung. Sekilas dari luar café ini memang terlihat nyaman, designnya yang unik juga letaknya yang strategis di tengah kota menjadikan café ini cukup menarik perhatian pengunjung.

Kala masih menimbang keputusannya untuk masuk ke dalam atau tidak. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran samping gedung, Kala masih sempat berfikir sebentar sebelum melangkah keluar mobil dan berjalan ke depan pintu café. Sambil tersenyum, Kala menertawakan dirinya.

Apa yang dia pikirkan sampai mau menuruti orang asing penulis pesan di kertas itu. Apa yang Kala harapkan sebenarnya dari pertemuan ini. Padahal tidak sampai dua jam yang lalu dia mengeluhkan lelah bekerja. Tetapi lihat sekarang, Kala malah berdiri disini dan akan menemui orang asing.

Kala masih dengan pikirannya, sambil mengetuk ngetukkan ujung sepatu di aspal depan cafe itu. Masih ada sedikit pemikirannya untuk berbalik pulang, lalu dia akan mengirim pesan balasan kepada orang asing itu bahwa dia tidak bisa bertemu. Dengan alasan yang akan masih Kala pikirkan nanti.

"yaa baiklah, anggap saja aku benar benar gila sekarang." kata nya pelan sambil membenarkan letak topi nya. Dan sedikit mengusap wajah nya. Kala berbalik dan membuka pintu masuk cafe biru itu.

Cafe itu cukup nyaman. Dengan interior yang tidak monoton. Kursi dan sofe ditata acak dengan berbagai macam warna. Banyak lukisan, buku, dan benda benda antik dipajang disana. Ditata cukup aestetic. Hanya ada beberapa pengunjung saat itu. Mungkin karena hari ini hari kerja.

Hanya ada sepasang wanita dan laki laki paruh baya yang sedang mengobrol sambil minum kopi di sofa hijau pojok. Lalu di tengah ruangan, ada rombongan 4 orang laki laki yang sedang berdiskusi sambil membuka laptop nya masing masing. Dan yang terakhir, seorang perempuan.

Sendirian dengan buku sketsanya di kursi kayu sebelah jendela besar di sudut kiri pojok pintu masuk. Diantara 3 golongan tamu cafe itu, perempuan itu yang paling mungkin mendekati ciri ciri orang yang mengajak Kala bertemu hari itu.

Seorang perempuan muda? Benarkah? Bukan orang tua pensiunan seperti yang dia bayangkan? Batin Kala. Sebuah kejutan yang menyenangkan, paling tidak untuk kesan pertama.

Sedikit bimbang Kala menghampiri perempuan itu. Perempuan itu masih tertunduk di depan buku sketsa nya. Masih asik menulis sesuatu disana. Apa dia salah orang? Batin Kala sambil tidak menghentikan langkahnya mendekat.

Dari dekat Kala mengamati perempuan itu, sedikti mencari apakah ada tanda tanda aneh pada perempuan itu, siapa tahu dia berniat jahat padanya. Walaupun perempuan ini sedikit menarik tapi Kala tidak boleh lengah. Segala kemungkinan bisa terjadi, batinnya.

Kacamata bulat tipis. Rambut panjang bergelombang diikat kuncir kuda kebelakang. Kemeja kotak kombinasi warna biru laut dan putih di lipat sampai siku. Jeans belel yang sobek di beberapa sisi. Sepatu sneakers krem. Jam tangan kulit warna hitam di pergelangan tangan kirinya. Tidak ada cincin apapun dijari tangan perempuan itu.

Kala berdiri di dekat nya sambil mengamati, saat perempuan itu terlihat bingung dengan apa yang dia tulis di buku sketsa nya. Tangan kanannya yang memegang pensil terhenti dan tangan kiri nya bergerak mengusak ngusak rambut nya, kebingungan.

Mungkin perempuan itu terlalu fokus dengan apa yang dia tulis sampai tidak sadar ada orang yang berdiri tidak jauh darinya sedang mengamatinya.

Apakah dia mahasiswa? Atau bahkan masih pelajar SMA? Pikir Kala melihat bebrapa buku yang berserakan di meja. Atau mugkin Kala salah orang, jangan jangan orang yang Kala tunggu malah belum datang. Seorang bapak bapak pensiunan yang butuh teman mengobrol.

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang