TIGA

19 5 0
                                    

Hari ini jam pulang terasa lama sekali. Dan hari di sekolah juga sangat membosankan bagi Akila, karena dia belum bertemu dengan lelaki itu juga.

"Dimana sih dia? Gak masuk sekolah ya?"

Akila akan pastikan nanti sepulang sekolah. Bila perlu dia datangi rumah lelaki itu. Akila bergegas menuju kantin. Jam istirahat 15 menit lagi usai. Dia harus mengisi perutnya segera. Samar-sama dia mendengar bisik-bisik para lelaki saat dia berjalan menuju kantin. Bahkan beberapa secara terang-terangan menggodanya.

"Siapa tuh cewek? Cantik banget gila!"

"Bening banget cuy!"

"Anak kelas X pasti nih! Tumben banget gue ngeliatnya."

"Gila badannya, udah kayak gitar spanyol!"

"Adek, jadian yuk? Hahaha."

Akila hanya tersenyum sinis mendengar semua bisikan itu.

'Sampah!' gumamnya dalam hati. Akila memang tak mau ambil pusing untuk meladeni semua omong kosong itu. Mereka semua tak lebih dari orang-orang tak berguna dimatanya. Dengan cuek dia tetap melenggang pergi ke arah kantin. Sebuah lengan kokoh tiba-tiba melingkar di pinggangnya, membuat dia refleks menarik tangan si empunya, hendak membantingnya ke lantai.

"Eits, tenang-tenang. Ini gue." orang itu, yang ternyata adalah Leon, tersenyum nyengir di hadapan Akila.

"Elo lagi! Sekarang apa! Lo pikir elo siapa! Seenaknya nyentuh-nyentuh badan orang!"

"Gue cuma pingin jalan bareng ke kantin sama lo." tetap dengan cengiran tak bersalahnya, Leon pura-pura tak mengerti dengan kemarahan Akila.

"Elo yah! Makin diladenin makin ngelunjak! Sana lo jauh-jauh!" Akila menendang betis Leon sebelum pergi meninggalkannya. Sementara yang ditendang hanya bisa meringis kesakitan. Tenaga gadis itu memang tidak bisa dianggap lemah. Leon terkekeh, semakin bersemangat untuk merecoki Akila.

"Eh gila, liat gak lo tadi? Kuat banget tuh cewek!"

"Asli, padahal mukanya cantik, siapa sangka dia perkasa gitu."

"Serem, amit-amit deh jadi pacarnya. Bisa dibanting terus gue."

Leon mendengar semua yang orang-orang itu katakan tentang Akila. Mereka... Bener-bener sampah yang gak berguna kan? Akilanya memang setangguh itu, mereka saja yang terlalu lemah. Ah, Akilanya ya? Menarik sekali.

Kantin siang itu ramai sekali, sepertinya Akila yang datangnya terlalu lama. Hampir tidak ada kursi kosong yang terlihat. Sementara dia sudah memegang nampan berisi semangkuk bakso dan segelas es teh. Jadi dia harus duduk dimana? Akila memperhatikan lagi seisi kantin, siapa tahu ada kursi kosong yang terlewat dari pandangannya.

"Akila! Sini!" suara seorang laki-laki berteriak padanya. Siapa lagi kalau bukan Leon? Dia tidak tahu malu ya berteriak di tengah kantin seramai ini? Walau mengeluh, kaki Akila tetap melangkah kearahnya. Dia bisa melihat kursi disebelah Leon masih kosong.

"Sini duduk, kita makan bareng."

Akila duduk tanpa menyahut. Dia langsung melahap baksonya, tidak menghiraukan laki-laki yang ada di sampingnya sekarang.

"Makanan kita sama lo, bakso!" Leon berucap penuh semangat, sementara Akila tetap enggan menanggapinya.

"Akila, lo gak mau pake sambel? Nih." Leon menggeser mangkok sambel ke hadapan Akila, tapi gadis itu tetap diam tak peduli.

"Akila, nanti pulang sama siapa?"

"Akila, nanti pulang bareng yuk!"

"Akila, rumah lo dimana? Jauh gak dari sekolah?"

"Akila gue beli kripik, mau?"

"Akila, lo dikelas mana? Besok gue mau ke ruang guru, minta pindah supaya sekelas sama lo."

Brak! Akila menggebrak meja kasar. Cukup sudah, Akila tak tahan lagi mendengar ocehan Leon. Laki-laki ini lebih berisik dari perempuan tulen.

"Kalau lo cuma niat buat ganggu hidup gue, mendingan gak usah deket-deket lagi!"

Leon menyeringai. Senang sekali sudah berhasil memancing kemarahan Akila.

"Akila, gue cuma pingin deket sama lo." Leon berkata sambil tersenyum manis. Siapapun yang melihatnya tidak akan bisa mengelak. Leon memang memiliki wajah setampan itu. Mereka sudah menjadi tontonan seisi kantin sekarang.

"Enyah lo!" Akila hendak pergi, tapi langkahnya di tahan oleh Leon.

"Mau kemana Akila? Baksonya belum habis loh."

"Lepasin bangsat!" Akila berusaha melepaskan lengannya yang di cengkram Leon. Sedikit memerah, cengkraman Leon di tangannya sekuat itu.

"Yaudah kalau lo maksa." tanpa aba-aba Leon melepas cengkramannya. Membuat pijakan Akila sedikit oleng.

"Brengsek!" Akila berlari meninggalkan kantin. Beberapa orang menyoraki kepergiannya karena membuat tontonan makan siang mereka selesai.

Sementara Leon? Dia kembali melanjutkan makan siangnya yang tertunda sambil tersenyum puas.

Hari pertamanya di sekolah sungguh menguras tenaga. Dari pagi Leon benar-benar tak berhenti mengganggunya. Akila juga tidak bertemu dengan lelaki pujaan hatinya. Sepertinya dia benar-benar tidak masuk sekolah. Jadi sekarang sepulang sekolah Akila langsung pergi ke rumahnya.

"Halo pak!" Akila menyapa satpam yang berjaga di depan rumah besar bercat putih itu.

"Eh, non Akila. Baru pulang sekolah?"

Akila mengangguk mengiyakan. "Dimasnya ada pak?"

"Oh ada non di dalam. Masuk aja." satpam itu langsung membukakan pintu untuk Akila, mempersilahkan gadis cantik itu masuk.

"Tante Nanda, di rumah pak?"

"Enggak non, nyonya lagi mampir ke kantor tuan. Bawain makan siang."

Akila mengangguk lagi. Berarti tidak ada siapa-siapa di rumah.

"Yaudah Kila masuk dulu pak. Makasi." setelah minta izin Akila langsung pergi menuju kamar Dimas. Seolah sudah hapal sekali dengan denah rumah itu.

Tok tok tok

"Kak Dimas, kakak di dalam?"

Tidak ada jawaban. Akila menarik gagang pintu, ternyata tidak di kunci.

"Kak Dimas, Kila masuk ya." pelan-pelan Kila membuka pintu kamarnya. Matanya langsung bisa melihat Dimas yang tidur dengan selimut menutupi setengah badannya. Akila berjalan mendekat, duduk di samping tempat tidur Dimas.

"Kak Dimas." Akila memanggil namanya, mencoba membangunkannya. Tapi sepertinya tidurnya nyenyak sekali. Akila memberanikan diri menyentuk dahinya.

'Panas. Pantes aja gak sekolah.' batinnya.

Di nakas tampak ada 2 jenis obat. Sepertinya Dimas tertidur setelah minum obat. Akila menaikkan selimut yang menutupi Dimas sampai ke leher, mengelus rambut panjangnya pelan.

"Kenapa bisa sakit?" Akila mulai bermonolog sendiri.

"Siapa yang nyakitin kamu?" mata Akila mulai memerah. Dia marah. Kenapa bisa dia lengah sampai Dimas jatuh sakit seperti sekarang.


 Kenapa bisa dia lengah sampai Dimas jatuh sakit seperti sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHEN YOU PROMISE TO STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang