01

113 39 53
                                    

Hari ini hari kedua setelah libur sekolah. Kemarin hari pertamanya terkesan biasa-biasa saja. Alin berharap ada kemajuan untuk berani menyapa Saka saja. Namun itu sama sekali tidak terjadi. Tapi di hari kedua ini Alin yakin dia pasti bisa.

Tok... Tok... Tok...
"Alin.. udah siap belum? Itu Ara udah nyamper kamu dek." Ucap seorang laki-laki yang ternyata adalah kakak Alin itu bernama Alvino Ray Angkasa.

"Udah dong kak." Ucap Alin sambil membuka pintu.

"Yaudah sarapan dulu, tuh Ara juga ikut sarapan bareng."

"Iya-iya siap kak bos" Alin mengangkat tangannya memberi hormat kepada sang kakak.

Vino menggelengkan kepalanya. "Apaan sih Alin.. alin.. lagi latihan upacara kamu? Udah sana-sana!"

"Iyaiya"

Setelahnya Alin turun kebawah dan berjalan menuju meja makan. Seperti tebakannya Ara sudah melahap makanan dengan serius. Jangan kalian sangka bahwa sahabatnya ini gemuk. Tidak, Ara ini tipikal orang yang makan banyak tapi tetap saja badannya kecil. Namun, Ara memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi dibandingkan Alin.

"Eh Alin, makan sini.. enak banget ini Lin." Ajak Ara ketika Alin mendekati meja makan.

"Iya-iya ra."

Setelah selesai makan mereka berangkat ke sekolah bersama. Hari ini tidak menggunakan motor milik Ara seperti biasanya. Mereka membawa mobil karena Vino yang meminta berangkat bersama. Padahal Alin sudah menolaknya mentah-mentah.

Alin dan Vino memang satu sekolahan. Vino saat ini, kelas dua belas berbeda satu tahun dengan Alin yang sekarang kelas sebelas. Vino harusnya sudah lulus tahun ini. karena sempat pindah sekolah sewaktu ia SMP jadi ia harus mengulang kelas kembali.

Meskipun saudara kandung, tapi tidak banyak orang yang tahu. Hanya orang yang berteman dekat dengan mereka saja yang tahu. Vino di sekolah terkenal sebagai wakil ketua OSIS sekaligus ketua eskul basket dengan  ketampanan dan kepintarannya. Hal itulah yang membuatnya dikagumi banyak siswa di sekolahnya.

Ketenarannya itu yang membuat Alin terkadang malas untuk bersama Vino jika di sekolahnya. Ia malas dengan penggemar Vino yang nantinya akan menitipkan apapun melalui dirinya untuk Vino seperti saat SMP. Maka dari itu ia lebih memilih untuk tidak sering bertemu bahkan tidak saling mengenal dengan Vino.

Bagi Alin, lebih baik Saka dibanding dengan kakaknya. Meskipun Saka terlihat sedikit berantakan namun ia tetap ramah dan murah senyum kepada siapapun. Berbeda dengan Vino yang rapih namun terlihat cuek kepada orang yang tidak ia kenal. Banyak siswa yang mengatakan jika Saka adalah penerus Vino di sekolahnya itu. Dan tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka itu bersaudara.

"Akhirnya sampe juga." Ucap Ara.

Alin melihat ke depan koridor sekolah, sudah banyak siswa yang datang. Namun tatapan siswa itu banyak yang tertuju pada mobil Vino. "Aduh gue males keluar nih, liat tuh belum keluar aja fans kak Vino udah ada yang liatin mobil ini tuh."

"Apaan sih dek, udahlah biarin aja mereka. Gak usah peduliin." Vino ikut berbicara.

"Yee.. Lo mah gak apa-apa. Gue? Bisa jadi kurir perantara fans-fans Lo nanti."

"Udah engga, ayo ah."  Vino  membuka pintu mobilnya. Begitu juga dengan Ara, tetapi tidak dengan Alin yang masih terduduk manis.

"Alin..." Ucap Vino sambil membuka pintu mobil yang di tempati Alin. "Ayo, mau kakak gendong? Atau mau di seret?" Sambung Vino kembali.

"Ish kakak, iya-iya ni Alin keluar. Awas kakaknya!"  Alin  keluar mobil dengan malas.

Setelahnya mereka memasuki koridor sekolah bersama. Sungguh, Alin sangat tidak suka melihat tatapan penggemar Vino yang menatapnya sinis. Tetapi, saat mata Alin melirik ke arah lapangan. Suasana hatinya tidak seperti tadi. Yang ia rasakan hanya kenyamanan. Melihat seorang laki-laki yang sedang bergerombol dengan temannya dan tidak lupa dengan senyuman manisnya.

Alin cepat-cepat menoleh kesamping menatap ke arah jendela. Karena tiba-tiba Saka melirik ke arah Alin. Malu sekali yang dirasakan Alin.

Saka liat gak ya gue natap dia terus? Aduh kok o'on banget sih gue' batin Alin.

"Eh bang, jadi kan nanti latihannya?"

Tidak, Alin tidak salah dengar. Itu suara Saka. Suara lembut Saka. Alin masih tetap berjalan pelan tetapi tiba-tiba ia tersandung. Untung tidak sampai terjatuh.

"Aduhh!!"

"Alin jalan yang hati-hati." Ucap Vino sambil terkekeh.

"I.. iya kak."

"Liatin apaan sih lo lin? Jalan nyelonong aja padahal kak Vino lagi ada yang nyamperin main nyelonong aja." Ucap Ara yang juga terkekeh karena Alin.

"Ish kan mana gue tau."

"Yaudah Ara sama Alin duluan aja gih." Perintah Vino.

"Iya kak." Ucap Ara dan Alin bersamaan.

"Hati-hati jalannya, awas kesandung lagi."

Suara ini bukan suara Vino. Suara ini dari Saka. Alin tidak percaya Saka berbicara padanya. Ketika Alin menoleh ke belakang, Saka bukan hanya bersuara tetapi juga tersenyum. Arghh, Alin rasanya mau terbang saja.

"Iya..." hanya itu yang keluar dari mulut Alin. Setelahnya ia kembali berjalan bersama dengan Ara.

Alin, harusnya tadi kamu bilang. Iya pasti kok, apalagi kamu yang bilang. Haduhh gak gak. Mau terbang aja rasanya.' batin Alin.

***

Haiiii semuaaa..

Gimana? Gimana? Part 1 nya ni hehe..

Yang mau lanjut boleh deh klik bintangnya ya.. gak bayar kok, gratis. Cuman pake kuota aja wkwk..

Jangan lupa juga buat follow akun wp aku ya hehe.. dan akun ig aku @alifndr11
Boleh deh, kasih kritik dan sarannya lewat dm ya..

Love you all

ALINSAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang