Gadis cantik yang melewati lorong sekolah itu bernama Eina. Terlahir dengan wajah yang rupawan, namun memiliki sifat yang sedikit angkuh. Ia duduk di bangku sekolah menengah atas yang terkenal elit di Jakarta. Ia tergolong siswa yang cerdas dibuktikan dengan piala yang berjajar di lemari kaca rumahnya.
"Ei, nanti pulang sekolah ikut gue yuk ke mall,"
"Ke mall? Ayo, gue udah lama nih ngga jalan ke mall. Sama siapa aja?"
"Lo sama Fani,"
"F*ck, masa gue jadi nyamuknya,"
"Hahaha ya lo ajak Galih dong,"
"Oh iya ya, gue telpon dulu deh,"
Daun-daun yang tertiup angin seakan melambaikan tangan. Para siswa berdesakan keluar dari pintu gerbang seakan berebut sembako.
"Galih mana?" Tanya Cinta
"Bentar lagi juga sampai,"
Pucuk di cinta ulam pun pergi, eh salah. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.
"Sorry lama, ayo berangkat,"
Mobil pun melaju meninggalkan sekolah yang semakin sepi. Di sepanjang perjalanan mereka sesekali bersenda gurau bagaikan raja dan permaisuri, hehe.
"Kita makan dulu ya, laper gue,"
"Lo mah kapan si ngga laper, laper mulu," ucap Eina membuat mereka tertawa.
***
Eina membuka pintu rumahnya. Ia melihat mama dan papanya sedang duduk di sofa.
"Hai mama papa," sapa Eina memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Hallo sayang, kok baru pulang?"
"Tadi diajakin Cinta ke mall sebentar,"
"Kamu itu gimana si, kalau habis sekolah langsung pulang dong masa ke mall," tegur papa Eina.
"Ih, Papa kaya ngga pernah muda aja si,"
Eina berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Ei, papa belum selesai ngomongnya!" Teriak papa Eina ketika melihat Eina berjalan menaiki tangga.
"Sudahlah, Pa, namanya juga anak muda,"
"Gini nih hasil didikan Mama, mau jadi apa kalau sudah dewasa. membantah terus kalau dinasihatin orang tua,"
"Kok malah nyalahin mama," protes mama Eina.
"Iya kan Mama yang terlalu memanjakan Eina sehingga menjadi begini,"
Eina membanting pintu kamarnya. Ia duduk di kasur dengan meletakkan boneka panda di atas kakinya.
"Kenapa si, papa? Pergi ke mall aja pake acara ceramah. Kaya ngga pernah muda aja,"
Ia mengoceh seorang diri di kamarnya. Sesekali memukul boneka panda yang tak bersalah itu.
Dering ponsel membuat Eina berhenti melakukan aksi memukulnya. Ia meraih handphone yang berada di tasnya. Galih. Nama yang tertera di layar handphone-nya.
"Hallo sayang, ada apa?"
Kamu sudah sampai rumah kan?
"Iya sudah, kamu tau ngga tadi papa aku ngomelin aku gara-gara pergi ke mall"
Papa kamu marah lagi? Aduh kaya ngga pernah jadi anak muda aja si
"Iya tau tuh, sebel deh!"
Sudah ngga usah sebel, kan ada aku. Udah dulu ya, aku dipanggil mama nih
"Ih kok bentar amat nelponnya, ya udah deh. Bye"
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
Teen Fictionkehidupanku berubah ketika diminta orang tuaku untuk kuliah di Desa Kuarang, desa yang jauh dari beradaban. bisakah Eina menjalani kehidupannya di sana?