• EMPAT •

174 27 2
                                    

Golden Hospital, New York

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Golden Hospital, New York.

Suara langkah kaki yang saling bertumpang tindih terdengar di telinga Zach ketika tubuhnya memasuki koridor rumah sakit. Dengan kemeja hitam berbalut jaket berbulu tebal dan topi baseball bertuliskan NYPD di bagian depannya, Zach masuk ke area ruang autopsi. Tempat dimana jasad Alisa dibedah, diperiksa untuk dipastikan penyebab kematiannya.

Mereka bilang autopsi adalah sebuah prosedur untuk mencari tahu sebab, cara, kapan dan bagaimana orang meninggal. Namun bagi Zach, autopsi hanyalah awal pekerjaan untuknya. Karena setelah proses autopsi pada korban yang ditangani oleh Zach selesai, tim forensik biasanya akan memberikan hasil dan dugaan kematian pada tim penyelidik seperti Zach untuk kemudian menemukan pelaku yang bertanggung jawab demi tuntunan keadilan dan peraturan hukum yang berlaku di negaranya.

Zach masuk ke dalam sebuah ruangan setelah mengetuk pintunya sebanyak tiga kali. Ia kemudian berjalan masuk, menghampiri seorang dokter yang sibuk menuliskan sesuatu pada papan kecil di tangan kirinya. Di atas papan itu, terlihat beberapa lembar kertas dengan tabel-tabel yang dipenuhi angka dan data yang diisi oleh sang dokter. "Sudah selesai?"

Dokter dengan papan nama bertuliskan Paul Molins di dada sebelah kanannya itu mendongak, menatap sang detektif antusias. Ia kemudian mengangguk dan memberikan papan berisi catatan miliknya kepada seorang wanita berpakaian putih di sebelahnya. "Ya. Kematian murni karena kehabisan darah. Organ vital tidak berfungsi karena banyaknya darah yang keluar."

Zach melihat kain putih yang menutupi seluruh bagian tubuh Alisa di hadapannya. Hanya rambut pirang milik gadis itu yang menyembul keluar, sementara seluruh bagian tubuhnya sama sekali tidak terlihat. Ia kemudian mengangguk paham dan kembali beralih pada Paul. "Bagaimana dengan lukanya?"

"Melihat dari sobekan dan dalamnya sayatan, kemungkinan alat yang digunakan adalah pisau berukuran 12 senti. Biasanya pisau ini digunakan untuk mengupas kulit buah, sayur dan berguna juga untuk menyayat udang." Pria bertubuh kurus dengan kumis tipis di atas bibirnya yang tipis itu lantas menganggukkan kepalanya. "Atau dengan kata lain, gadis ini menyayat tangannya dengan pisau yang biasa kita temukan di dapur. Cukup mudah mendapatkannya."

Zach mengangguk lagi. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya yang tebal dan mengamati tubuh yang berbalut oleh kain putih di depannya dengan gamang. "Ya, kau benar. Kami menemukan pisau dapur berukuran kecil di dekat mayatnya," katanya menimpali. "Apakah ada luka lain yang menandakan bahwa gadis ini mungkin mengalami kekerasan sebelumnya?"

Paul mengerjapkan matanya dua kali sebelum menyilang kedua tangannya di dada. Wajahnya berubah menjadi sedikit sedih ketika Zach menatapnya. "Ada beberapa bekas luka di tangan dan kakinya. Tapi setelah kuperiksa, sepertinya itu adalah luka yang didapatnya beberapa bulan sebelumnya. Aku bisa meyakinkanmu bahwa bekas luka itu tidak ada hubungannya dengan kematian Alisa."

"Apakah itu bekas luka akibat benda tumpul?"

"Jika maksudmu adalah kemungkinan bahwa Alisa dipukuli oleh seseorang, maka jawabanku adalah tidak. Bekas luka ini tampak seperti goresan ketika kau jatuh dan kakimu mendarat di aspal atau bebatuan tajam." Paul mengangkat kedua bahunya dan mengalihkan pandangannya pada jasad Alisa yang kini terbujur kaku di atas meja autopsi. "Alisa mungkin jatuh dengan keras sampai bekas lukanya sulit hilang sampai sekarang."

HIGH SCHOOL SECRET : AlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang