Alisa Harrison, seorang anak dari investor terbesar di Star High School ditemukan tewas di dalam toilet asrama dengan luka sayatan di nadi kirinya. Namun, Alisa kidal dan tak mungkin melakukan sayatan dalam sekali percobaan.
Isabella, sahabat Alisa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ATTENTION!
CERITA MENGANDUNG UNSUR 18+ PEMBACA DIHARAP BIJAK. GIVE AWAY MASIH BERLANGSUNG SAMPAI 30 JULI 2020, SEGERA AJAK TEMANMU UNTUK IKUTAN YA. DAN JANGAN LUPA, TINGGALKAN VOTES ATAU KOMEN SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK PENULIS.
Terima Kasih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bryan Hanks.
***
Star High School, New York.
Aku tidak ingin kau berurusan dengan Chloe. Tapi jika memang harus berhadapan dengannya, gunakanlah taktik yang kau buat ketika kita masih kecil dulu. Menjadi musuh yang terlihat jelas dapat membuatmu mencolok, tapi menjadi musuh yang tidak terlihat, akan membuat langkahmu lebih mudah.
Aku sudah mencobanya. Namun aku tidak memiliki keberanian untuk benar-benar melawannya. Dan pada momen seperti inilah, aku berharap bisa bertukar jiwa denganmu, Isabella.
Aku ingin memiliki seluruh keberanian yang kau miliki. Satu kali saja, hanya untuk satu kali kesempatan saja ... Agar aku bisa benar-benar mengalahkan seorang Chloe di asrama.
"Hey, gadis es!"
Suara Zach yang memekik seketika membuyarkan lamunan Isabella yang kini duduk di atas ranjangnya. Gadis itu terkesiap dan buru-buru menutup jurnal milik Alisa yang kini berada di tangannya, lalu mendongak menatap pria bertubuh proposional yang tengah bersiap meninggalkan kamar mereka. "Namaku Isabella," katanya mengoreksi.
Zach terkekeh geli dan membenarkan dasi panjang bermotif garis-garis tipis berwarna abu yang melingkar sempurna pada kemejanya pagi itu. Ia kemudian mengambil beberapa tumpukan buku pelajaran dari laci nakas miliknya dan mengapitnya di bawah ketek ketika kembali menatap Isabella. "Kau akan terlambat masuk di kelasku jika kau hanya duduk dan melamun seperti itu," tandasnya dengan nada sarkas. "Sebaiknya kau pergi ke kafetaria, sarapan dan segera duduk di dalam kelas."
