Lima

53 6 1
                                    

Royal Victoria Infirmary,
Februari, 2014.

Aku berjalan keluar dari toilet rumah sakit. Sudah tiga hari semenjak kunjungan pertamaku ke sini. Aku benar-benar gila.

Struktur DNA yang rancu itu membuatku tidak bisa tidur.

Penampilanku agak berantakan, karena dua malam berturut-turut aku tidur di siang hari. Aku minum minuman berenergi dan aku hanya tidur selama dua jam.

Aku hanya memiliki waktu satu tahun lagi sebelum pindah ke Korea Selatan. Dan aku takut tidak bisa menyelesaikan semuanya secara cepat. Aku harus memanfaatkan waktu, sedetik sekalipun.

Berkedok sebagai murid universitas, aku sudah menemukan salah satu dokter yang bisa "membantuku" disini.

Dia menjelaskan struktur itu dengan bahasa ilmiah yang memang sudah standar kami. Maksudku, standarnya sebagai dokter.

Kurasa dokter yang kupercaya ini cukup hebat. Dia bahkan menyimpan arsip genetika kasus hemofilia pertama dan carrier-nya, Ratu Victoria.

Dia tidak main-main sedikitpun.

Aku menuliskan setiap hal penting. Walau setelah tiga hari, hal yang benar-benar belum kumengerti hanya setengah halaman selembar kertas, tapi itu cukup memberatkan.

"Soo Han? Kau sudah datang? Aku kira kau masih ada di lobby." Ujar dokter itu.

"Ah iya, aku tadi ke toilet sebentar. Kau sudah makan?" jawabku sekaligus bertanya.

"Aku sudah makan, bagaimana denganmu? Apa tidak sebaiknya kita mulai saja?"

"Iya, aku juga sudah makan. Aku juga sudah membawa bukuku dan buku ilmiah lainnya. Juga jurnal penelitian yang kau minta."

"You're too good to be my student."

"Really? From now on, what if I be your partner?"

"Call."

---

Seoul, Korea Selatan.
Maret, 2014.

Aku menghela napasku. Disinilah aku. Di ruangan putih yang serba putih. Selimut dan tempat tidurku putih.
Bajuku yang seakan hanya satu helai, selalu putih. Hanya pakaian dalam yang tidak putih disini.

Aku merasa tidak nyaman.

Sudah seminggu aku ada disini. Semua orang disini memang ramah dan baik. Aku juga masih makan makanan yang lezat seperti yang kuinginkan.

Hanya satu yang tidak kudapatkan disini.

Matahari yang hangat.

Hampir dua bulan, aku tidak melihat awan dan pemandangan lainnya. Semenjak, surat kedua mereka menginstruksikanku untuk datang ke rumah sakit di Seoul.

Katanya penanganan disini lebih baik.

Apa-apaan?!

Aku bahkan tidak pernah melihat matahari, ramainya kota pada siang hari, dan kafe yang hanya dibuka di siang hari. Atau setidaknya, jendela yang dibuka setiap hari.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Surat pertama dari Busan General Hospital hanya menyampaikan hal yang mungkin penting tetapi bahkan tidak kumengerti.
Aku menyandarkan kepalaku.

Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan jam 2 siang. Jelas, aku tidak tahu ini hari apa atau jam berapa.

Aku seperti hidup didalam batu. Tertinggal di peradaban. Aku tidak bisa melihat keluar. Kerjaku hanya tidur lalu bangun mengecek jam.

Pintu kamarku diketuk. Aku dengan malas menjawabnya.

"Ne, silahkan masuk."

"Bagaimana keadaanmu?"

Dan mulai dari sana seperti biasa, mereka akan menanyakan hal yang sama.
Hanya satu hal saja yang berbeda.

Mereka tidak pernah menanyakan mengapa kulitku seputih ini.

Yah, tidak apa. Aku juga tidak mempermasalahkan hal ini. Aku hanya ingin keluar. Aku ingin melihat siang hari seperti biasa.
Aku ingin berjalan di jalan yang sedang terik.

Aku ingin melihat hal lain selain jendelaku di malam hari.

---

"Aku menemukan berkas ini. Berkas Ratu Victoria, tahun 1819-1901."

"Ah, benarkah? Baiklah, beri-

Nada dering terdengar dari ponselku.

Dokter itu menatapku dengan tatapan tajamnya. Seakan mengatakan,
'kenapa kau tidak mematikan ponselmu?'

"I'll be back later." Ujarku tanpa menoleh.

Aku melihat dari pantulan layar ponselku, dokter itu bergaya menodongkan jarum suntik ke arahku sambil tersenyum.
Terkadang, dokter yang bercanda itu cukup menakutkan.

"Hello, This is Soo Han. Who is this?"

"Hello, I'm the manager of HD Entertainment. I'll managing you and your group as you'll start your debuted on February 2015. Ini mungkin saja dipercepat. Dan mengingat hal ini saya berharap kamu bisa datang 2 bulan sebelum debut."

"Saya masih banyak urusan. Apa tidak bisa diperpanjang?"

"Trainee lain sudah mulai training. Aku tidak tahu kenapa CEO sangat yakin padamu, tapi aku sebagai manajer hanya mengikutinya."

"Baiklah, aku akan memikirkannya. Bisa berikan nomor CEO kepadaku? Atau aku harus membuat janji untuk menelpon?"

"Aku akan mengirimkannya lewat pesan nanti. Kami menyebutnya PD-nim disini. Namanya Jang Kyura"

"Arasseo. Do you think that I follow the auditions with english? Aniya. Dangsin-gwa hamkke ilhagi joh-eun. Manager-nim."
(Tidak. Hal yang baik bagiku bekerja denganmu, Manager.)

Aku mematikan ponselku. Aku harus cepat. Seakan aku mengejar sesuatu. Aku harus terburu-buru seperti seakan aku kehabisan waktu jika tidak segera bergerak.

Perasaan apa ini sebenarnya?

"Hey, you. What are you doing? I have no time to waste here."

Aku segera berlari menuju ruangan dokter.

"Me too. Lets wrap this up. You must help me with this document."

Aku dan dokter kembali terpaku pada dokumen dan membaca secara seksama.

Aku dan dokter kembali terpaku pada dokumen dan membaca secara seksama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Haii!
Enjoy the story~

Me,
Alta71

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cure The BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang