Sebelum ini, aku tau rasanya ditinggalkan.
Yah, lagi-lagi saat perasaan ini ada di puncak.
Yang kupikir akulah tujuannya,
Nyatanya aku hanya tempat singgah.
Sementara.Entah salah siapa.
Mungkin aku yang kurang,
Mungkin memang hanya aku yang terlalu berharap.
Kadang hidup penuh tanda tanya.
Entah siapa pemegang jawabannya.Sekian banyak orang berlalu,
Namun kutetap menutup.
Hati ini masih tak mampu.
Takut dengan akhir yang sendu.
Takut mengulang masa lalu.Kemudian bertemulah aku denganmu.
Yang tadinya malu-malu,
Berubah jadi tak tau malu.
Setelah sekian lama, aku menemukanmu,
Orang yang kupercaya sebagai temanku.
Hai, teman hidup?Perlahan kubuka hati.
Menerimamu dengan hati-hati.
Tak mau lagi aku melukai hati,
Demi orang yang tak punya hati.Sudah kuputuskan,
"Inilah orangnya,
Satu-satunya,
Kamulah yang terakhir"
Batinku dengan mantap.Besok, saat ditanya,
akan kuceritakan semuanya.
Supaya ibuku tau aku punya teman,
Yang sederhana namun pengertian.
Ingin jadi teman hidupku juga, katanya.Bahagia sekali.
Kupercayakan semua padamu.
Kuyakin, akulah tempat pulangmu
Karna begitupun denganku.
Akan selalu memilihmu,
Teman hidup?Sayang, hanya aku yang pulang.
Kau pergi ke rumah lain.
Kebahagiaan itu fana.
Belum sempat aku membanggakanmu,
Sudah berubah endingnya.
Lara.Tau apa yang paling menyesakkan?
Saat kau memilih seseorang,
Menjadi satu-satunya,
Bahkan tuk jadi yang terakhir.
Namun nyatanya,
Dia hanya menganggapmu opsi.Saat kau berusaha meyakinkan diri,
Mengabaikan yang lain.
Namun dia yang kau jaga,
Keluar dari zona
Dan memilih dengan yang lain.Aku bukan lagi rumahmu.
Aku bukan teman hidupmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gundah Bulan
RandomSadarkah kau bahwa Bulan selalu menemani malam-malam mu yang redup? Kini biarlah Bulan melukiskan gundahnya dalam goresan singkat atau mungkin kita bisa saling berbagi duka