Aku berjalan bersama Johan setelah turun dari mobil. Melewati beberapa mobil mewah yang terpakir khusus untuk siswa. Tidak semua siswa mengendarai mobil, banyak dari mereka juga mengendarai motor. Tentu saja, motor yang berharga fantastis. Ketika bersama Johan, beberapa teman laki-laki Johan menyapaku dan menyelamatiku karena telah berusia tujuh belas tahun. Aku hanya mengucapkan terimakasih dan kadang hanya tersenyum. Sebenarnya ulangtahunku sudah dua minggu yang lalu ketika libur semester. Tapi masih ada beberapa yang menyelamatiku. Bunda menawarkan agar merayakan ulangtahun yang ketujuhbelas. Namun aku menolak, aku meminta dirayakan tiga bulan yang akan datang, bersamaan dengan ulang tahun Johan. Aku bernafas lega ketika berpisah dengan Johan dan memasuki lorong khusus kelas XI. Beberapa kelas tetangga yang berbeda jurusan menyapaku. Aku tersenyum dan menganggukkan kepala untuk merespon mereka. Sesekali aku melambaikan tangan.
Aku sedikit heran ketika melewati papan pengumuman yang dipenuhi para siswa, kebanyakan para siswi sih. Tiba-tiba temanku, Cita, keluar dari gerombolan itu. Rambut lurusnya yang dipotong pendek agak berantakan. Cita melihatku dan tersenyum lebar.
"Abeeeell," serunya sambil menghampiriku.
"Ada apa sih?" tanyaku sambil merapikan rambutnya dengan tanganku.
"Well, ada pengumuman murid baru," jawabnya dengan semangat. Bahkan matanya mengerling senang.
Aku mengenal Cita saat kami SMP. Awalnya aku tidak tertarik dengannya karena ia terlalu bersemangat, berhubung aku dididik untuk menjaga image Abell. Aku sama sekali tidak memiliki teman yang benar-benar dekat saat SMP. Yah, karena aku harus berhati-hati saat melakukan sesuatu apapun. Hal itu jelas membuatku takut apabila kerja kerasku selama ini akan terbongkar. Oleh karena itu aku menahan diri untuk tidak terbuka dan percaya pada siapapun. Tapi Cita sama sekali tidak terlihat akan mundur ketika beberapa kali aku acuh padanya. Bahkan ia mengatakan aku tampak keren dan ingin mempelajari hal itu dariku.
Lambat laun Bunda menyadari diriku yang penyendiri dan tidak pandai bergaul. Saat itu Bunda mengajakku berbincang layaknya Ibu yang mendengarkan keluh kesah anaknya. Aku menjawab semua pertanyaan Bunda tanpa terkecuali. Bunda menangis ketika aku mengatakan bahwa aku tak dapat terbuka selain keluargaku, karena hanya merekalah yang mengetahui siapa diriku sesungguhnya. Melihat Bunda menangis, aku ikut menangis dan mengatakan maaf pada beliau. Tapi Bunda malah berlutut di depanku, saat itu aku berusia tiga belas tahun, beliau mengucapkan kata maaf dan meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Setelah tangis kami mereda, Bunda berpesan padaku untuk menjadi diriku sendiri dan mengingatkanku bahwa masih banyak orang baik apabila aku dapat melihatnya dengan bijak. Tentu saja, perlahan aku memberanikan diri untuk berteman dengan Cita. Dan tentu saja, aku tidak menceritakan siapa diriku sebenarnya. Aku terbuka padanya selain hal itu. Jelas aku tidak ingin mengambil resiko memberitaunya. Bisa saja teman terdekatku akan keceplosan membocorkannya. Kita semua tidak akan ada yang tau apa yang akan terjadi, bukan?
"Cowok lho!! Keren! Gila!" serunya yang berapi-api membuatku tersadar. Kini ia menemaniku berjalan menuju kelas.
"Oh ya?" tanyaku dengan nada penasaran. Sejujurnya, aku bahkan tidak tertarik dan tidak penasaran.
"Hm!" angguknya mantap. Ia sedikit mendongak untuk menatapku, berhubung tingginya selisih sepuluh senti denganku. "Idol Bell! Si Ezra! Yang paling muda di grupnya," jawabnya berapi-api.
"Grup apa sih?" tanyaku heran.
Cita tertegun dan menoleh cepat ke arahku. "By the way, elo kayaknya kebanyakan belajar deh. Masa nggak tau? Itu lho grup Big King yang satu agensi sama gue. Kayaknya waktu music video mereka keluar, mereka pakai kostum rancangan mama lo. Gue udah pernah cerita, kan?" cerocosnya. Ah, sepertinya Cita pernah bercerita bahwa agensinya akan mendebutkan boy grup pertama dari agensinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life is My Secret - IMiaw
RomanceAku bersyukur dapat menikmati hidup yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan. Aku berada di keluarga yang sangat mengasihiku. Segala kebutuhanku terpenuhi dengan baik. Hingga terbentuklah diriku yang sebenarnya bukan diriku. Kehidupanku semakin rumi...