Malam itu Nara membawa pekerjaan kantornya untuk di kerjakan di rumah. Sebelum ada Sayang di rumah, Nara biasa pulang kantor hingga larut Malam, bahkan menginap di rumah Mbak Sita atasannya. Karena ada Sayang di rumah Nara seolah menjadi betah di rumah.
Sayang selalu terlihat lucu apa lagi kalau menonton TV kadang-kadang Sayang sedih sendiri jika melihat drama Suara Sedih Istri yang kebetulan kadang ceritanya sedikit terbalik yaitu tentang penganiayaan suami oleh istri. Sayang merasa kalau Nara seperti yang ada di sinetron apalagi kalau capek Nara suka memarahi Sayang karena meminta yang aneh-aneh.
Sayang juga kadang-kadang sedih kalau Nara suka memerintah dan menyuruhnya diam. Sayang juga kesal kalau Nara diantar pulang oleh Fauzan. Pokoknya selama menonton sinetron Sayang kadang-kadang merasa senasib dengan suami yang ada di dalam cerita. Ia merasa nasibnya sama sebagai seorang suami yang statusnya pengangguran.
Ting...
"Bos, kamu belum tidur!" tanya Sayang setelah keluar dari kamarnya yang berada di belakang."Belum, aku lagi banyak pekerjaan, kamu tidur saja duluan," jawab Nara tanpa melepas pandangannya dari notebook.
Sayang pun duduk di sebelah Nara, kebetulan Nara mengetik tugasnya di meja makan.
"Bos, apa itu pacar?" tanya Sayang baru setelah duduk beberpa detik.
Nara menghentikan aktivitas mengetiknya dan menoleh, "Kamu ke sini cuma nanya itu saja?"
"Hmm," Sayang mengangguk mantap.
"Kenapa kamu menanyakan itu?" Nara bertanya kembali.
"Aku ingat kata-kata Dokter dan Mantan, kau bilang kalau aku adalah pacarmu!" tanya Sayang dengan wajah polos dan ingin tahu.
Nara terkekeh, "maaf."
"Sekarang kau jelaskan dulu, apa itu pacar!" Sayang makin mengotot dan mendekatkan wajahnya. Kini wajah mereka berdekatan.
"Harus?" tanya Nara tanpa melepas pandangannya.
"Iya, harus!" jawab Sayang antusias.
"Pacar itu adalah orang yang sangat mengkhawatirkanmu dan selalu memikirkan keselamatanmu, terkadang-kadang suka nyinyir dan cerewet," tegas Nara dengan suara yang nyaris berbisik.
"Oh jadi begitu?" Sayang mencerna kata-kata Nara.
"Iya," jawab Nara.
"Aku mengkhawatirkan mu! Tidurlah! Sudah larut malam!" balas Sayang dengan wajah yang semakin dekat dengan wajah Nara.
Kini wajah mereka saling berdekatan, hal ini membuat dada Nara semakin berdebar. Mata mereka saling berpandangan. Mata pria amnesia terlihat sangat polos, ia seperti seseorang yang belum pernah berbuat apa-apa sama sekali.
Nara seolah mencoba mengambil kesempatan di saat pria ini masih belum mengenali dirinya. Nara merasa kesempatan emas sangat rugi kalau disia-siakan, apalagi kalau ingatan pria ini sudah kembali belum tentu suasana sedekat ini terjadi.
Kesempatan itu dengan cepat diambil Nara, ia mendekatkan bibirnya pada kening pria amnesia yang kadang bertingkah polos itu. Seketika ciuman ringanpun mendarat di kening Pria ganteng asal Korea itu.
Sayang, si pria Korea di hadapan Nara yang usianya sepantaran Nara itu merasa nyaman dan hangat ia merasa ketagihan dan ingin mencobanya juga. Ia juga ingin mencium kening Nara yang tertutup poni.
"Bos! Aku juga mau mencobanya," bisik Sayang.
Sebagai pria dewasa Sayang juga ingin mencoba seperti yang dilakukan Nara. Sayang ingin mengecup kening Nara wanita pertama yang ia lihat setelah ia sadar dari pingsanya. Ia menyibak poni Nara dan mendekatkan bibirnya pada kening Nara, tak lama Sayang mencoba apa yang dilakukan Nara padanya. Kini mereka impas.Sayang merasa ada yang aneh dan dadanya sedikit berdebar. Sayang ingin mengulanginya lagi tapi bukan di kening melainkan di bibir Nara. Sayang mengadopsi hal ini dari film barat yang ia tonton entah dari channel mana.
Sayang mendekatkan bibirnya dan mengecup singkat bibir Nara. Nara terkejut Sayang pun juga terkejut, mereka berdua salah tingkah dan saling menepis tatapan.
"Ya ampun Sayang, apa yang kamu lakukan tadi? Siapa yang mengajarimu," Nara terkejut. Padahal dalam hati Nara sangat senang dikecup pria itu, pipinya pun seketika memerah.
"Dari TV, sepertinya seru. Maaf kalau aku mencobanya padamu," terang Sayang dengan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.
lagi-lagi Sayang salah tingkah, ia pun menjarakkan duduknya dari Nara. Dadanya berdebar-debar setelah mencoba adegan di televisi yang ia tonton.
"Bos, aku ingin kerja. Aku ingin mencari uang!" kata Sayang tiba-tiba.
"Untuk apa kamu bekerja? Kondisimu masih belom memungkinkan untuk bekerja," jawab Nara yang kembali sibuk mengetik dengan notebooknya.
"Aku ingin mencari uang yang banyak untukmu, aku kasihan padamu. Kamu setiap hari mencari uang untukku," gumam Sayang.
"Tak apa Sayang, aku mengerti kondisimu! Kamu belum tau siapa dirimu yang sebenarnya. Jadi kamu harus berhati-hati juga," Nara memberi pengertian pada Sayang.
"Kamu mengkhawatirkanku Bos?" tanya Sayang.
"Iya, memangnya kenapa?" Nara kembali bertanya.
"Berarti kamu pacarku," jawab Sayang dengan senyum indahnya.
"Bisa saja kamu!" jawab Nara terkekeh.
"Bos, aku ingin kerja. Boleh ya? Setidaknya aku bisa membantumu," lagi-lagi Sayang bersikeras ingin bekerja.
"Sementara ini biar aku yang kerja, kamu fokus untuk terapi saja," jawab Nara.
Sayang memegang tangan Nara dan berkata. "Bos, setidaknya aku bisa membantumu dan aku bisa membeli rokok!"
Lagi-lagi Nara terkekeh. "Kamu dapat kata-kata itu dari mana? Memangnya kamu merokok?"
"Aku mendapatkannya dari TV," jawab Sayang dengan tatapan serius.
"Sayang, tidur lah. Kamu harus banyak istirahat supaya kondisimu cepat pulih. Masih banyak yang akan ku kerjakan," Nara kembali menatap layar notebooknya.
"Aku akan menungguimu kerja, sebab aku mengkhawatirkanmu. Karena orang yang mehkhawatirkan artinya adalah pacar? Aku ini pacarmu," kata Sayang dengan Nada polos.
"Ya sudah, terserah kamu saja," jawab Nara tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Oppa Korea (Sudah terbit)
Chick-LitGimana sih rasanya pacaran sama orang Korea? Pasti seru sekali apalagi kalau ganteng, lalu hilang ingatan. Wah bisa ngaku-ngaku jadi pacarnya nih. Nara wanita pekerja keras yang sangat tekun dengan pekerjaannya tiba-tiba mendapati seorang pria asin...