2. Pria Asing

391 35 33
                                    

Gadis itu begitu sibuk dengan benda yang mirip seperti televisi di depannya, tapi dalam bentuk kecil. Tangannya begitu lincah mengetikkan sesuatu hal begitu penting. Yang sangat berarti bagi dirinya adalah karirnya di bank swasta.

Nara Zuanna, gadis 26 tahun yang gila kerja dan berambisius ingin menjadi seorang supervisor bank. Gadis berkulit sawo matang dengan mata bulat dan pekat serta hidung yang sedikit pesek ia memang seperti orang Indonesia kebanyakan. Hidup di kota Dumai bersama sang adiknya yang bernama Ayona Zuanna yang kini sedang kuliah. Tanggung jawabnya sebagai kakak satu-satunya membuatnya terus ingin memenuhi segala hal kebutuhan adiknya. Kebetuhan itu seperti segala kebutuhan kuliah dan uang saku.

Ketika pikiran dan tangannya sibuk mengerjakan tugas salah satu rekan kerjanya menghampiri dan memberitahukan kepadanya bahwa sang adik datang dan menunggu di lobi. Nara masih asik mengetikkan laporan keuangan padahal sekarang sudah jam istirahat.

"Nara," panggil pria itu, Rean. Rekan kerja Nara.

Nara yang terkejut langsung mendongakkan wajahnya. "Iya?" Tanyanya.

"Nara, adikmu menunggumu di lobi. Dia bilang ingin bertemu denganmu dan mengatakan hal penting," Jelas Rean.

"Ok, suruh tunggu dulu. Aku akan menghampirinya sebentar lagi," sahut Nara.

"Hari ini kau lembur?" tanya Rean yang posisinya sebagai teller itu.

"Tidak, aku sudah menyelesaikan semua," jawab Nara.

"Baiklah, aku kembali dulu. Jangan kau biarkan adikmu menunggu lama!" kata Rean sambil berlalu pergi.

"Aku akan ke sana, terima kasih ya," jawab Nara

Kemudian pria itu pamit untuk melanjutkan tugasnya kembali. Sebelum pergi, Nara mengucapkan terima kasih pada pria tersebut.

Nara berjalan dengan begitu tergesa-gesa dan gelisah. Hatinya tidak tenang pasalnya Yona tak pernah datang ke kantornya. Jika tidak ada hal penting yang ingin gadis itu bicarakan. Apalagi saat ini masih jam kuliah gadis itu.

setelah menuruni tangga Nara melihat gadis yang sedang duduk di kursi yang berada di lobby tersebut.

"Yona, ada apa!" kata Nara dengan wajah yang sedikit cemas.

"Kakak," jawab Yona.

Yona memeluk kakaknya tersebut dengan sayang. Kemudian mereka melepas pelukan itu. Dada Yona berdebar-debat tangannya sangat dingin. Sebenarnya ia takut untuk terus terang, ia takut kakaknya murka. Tapi apa boleh buat sebelum semuanya terlambat dan menjadi permasalahan besar mau tak mau ia berterus terang pada kakaknya.

"Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke kantorku. Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" tanya Nara khawatir.

Yona menggeleng ia masih memikirkan celah untuk berterus terang pada kakaknya.

"Lalu ada apa? Apa kuliah mu baik-baik saja?" tanyanya lagi.

"Tidak kak," jawab Yona.

"Lalu ada apa? Jelaskan! Jangan membuat kakak khawatir seperti ini," tegas Nara.

"Maaf membuatmu khawatir kak. Aku ke sini ingin memberitahu sesuatu" jelas Yona.

"Apa?" Nara bertanya lagi dengan mengerutkan keningnya.

Lalu mengalir lah sebuah cerita saat Yona pulang sebentar ingin ke rumah karena ada yang tertinggal ia terkejut dengan pintu rumah yang terbuka. Ia takut rumahnya dirampok. Tanpa berpikir panjang, dia langsung masuk kedalam rumah dan mengecek segalanya. Alhasil, ia lebih terkejut saat melihat pria asing tidur di dalam kamar sang kakak.

"Apa?" Teriak Nara.

"Ada apa Nara?" Tanya seorang cleaning service yang ada di lobi tersebut karena terkejut mendengar teriakan Nara.

"Aaa, tidak apa-apa Mbak Mei," elak Nara. Ia tak ingin masalah pribadinya diketahui orang banyak.

"Baiklah kalau gitu," wanita itu kembali mengerjakan tugasnya dengan mengepel lantai bank dengan hasil yang sangat licin.

Kemudian Nara beralih ke Yona, "benar kah itu?" bisik Nara

Yona mengangguk, "benar kak."

"Pria asing?" Nara bertanya.

"Dia sepertinya pria asing kak. Bukan berasal dari negara kita, jika dilihat dari warna kulitnya dan wajah orientalnya," Sambungnya lagi.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Nara bertanya kembali.

"Tadi, saat aku bertanya dia tidak menanggapi sama sekali. Seperti orang yang tidak paham dengan bahasa kita. Apalagi, bentuk tubuh dan warna kulitnya berbeda dengan kita. Dia berperawakan seperti layaknya orang Tingkok. Dan kulitnya sangat putih bersih," Jelasnya lagi.

Nata begitu bingung, bagaimana bisa pria asing bisa masuk kedalam rumahnya. Apa itu perampok atau bukan? Semua pertanyaan muncul dalam benak Nara.

"Sekarang kita harus gimana kak? Tadi aku langsung meninggalkannya di rumah!" sambung Yona dengan perasaan takut, Yona merasa salah karena lupa mengunci pintu dan akhirnya pria asing dengan santainya masuk ke rumah mereka.

"Kita tidak menyimpan barang berharga bukan?" tanya Nara pada Yona.

"Tidak Kak, notebook sudah ada padaku, aku mengambilnya tadi sebelum meninggalkan rumah," jawab Yona.

Nara memegang tangan sang adik untuk menenangkan nya.

"Tenanglah. Nanti setelah kakak pulang kerja kita akan tanyakan lagi siapa dia sebenarnya. Sekarang kamu kembali ke kampus. Nanti pulang bersama kakak. Kakak akan menjemputmu nanti," kata Nara menenangkan Yona.

Yona mengangguk sebagai tanda paham.

"Sekarang kau tak usah pulang dulu, berteduhlah di rumah temanmu, paham?" tambah Nara.

"Iya Kak," jawab Yona.

"Mungkin pria itu tuna wisma atau orang kurang waras yang ingin berteduh sejenak, semoga sebentar lagi ia pergi dari rumah kita," kata Nara.

"Bagaimana kalau dia orang jahat," kata Yona dengan tertunduk.

"Semoga tidak, semoga setelah kita kembali, ia sudah meninggalkan rumah kita," terang Nara.

Setelah itu Yona pamit untuk kembali ke kampusnya dengan perasaan bersalah karena lupa mengunci pintu.

"Siapa pria itu? andai kemarin aku tidak mengambil cuti aku bisa menghampirinya dan mengusir ia dari rumah," Batin Nara.

"Siapa pria itu? andai kemarin aku tidak mengambil cuti aku bisa menghampirinya dan mengusir ia dari rumah," Batin Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Amanda manopo = Nara Zhuana

Syifa Hadju = Yona Zhuana

 Jodohku Oppa Korea (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang