⸙ᰰ۪۪ 𝗔𝗻𝘁𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶

501 64 1
                                    

Hyunjin dan Seungmin sedang berdiam di perpustakaan sekarang. Dua cucu adam itu agaknya terpaksa merelakan jam makan siangnya demi mengerjakan esai yang harus dikumpulkan hari esok.

"Hyunjin, aku udah selesai."

Seungmin menutup laptopnya, menoleh ke arah pemuda tampan di sampingnya.

"Hm? Ya udah tunggu sebentar aku sedikit lagi kelar."

Si manis mengangguk kecil, ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Digeser-geser layar smartphone-nya ke atas, bawah, kanan, hingga kiri. Hanya seperti itu lantas kembali mematikan benda tersebut.

"Ah, aku boseeeen," rengek si manis sambil memajukan bibir bawahnya.

"Sedikit lagi, Min. Sana baca buku atau apa gitu," si yang lebih tua mengucap tanpa mengalihkan pandang dari laptopnya.

Yang disuruh semakin memajukan bibir bawahnya, "Huu Hyunjin jelek gak mau temenin Seungmin."

Seungmin berdiri dari duduknya, melangkahkan kakinya ke salah satu rak buku yang berisikan puluhan atau bahkan ratusan buku-buku tebal. Sedangkan yang ditinggal sendirian masih sibuk berkutat dengan tugasnya.

Matanya menelaah isi rak tersebut dari kanan ke kiri dan begitu seterusnya hingga terhenti di pojok kiri atas rak. Rupanya mencari buku antologi puisi.

Si manis memang memiliki tubuh yang lumayan tinggi, namun rak tempat buku yang ingin diambilnya lebihlah tinggi.

Wajahnya merengut kesal setelah berkali-kali gagal mencoba meraih apa yang diinginkannya. Jinjit sudah, lompat-lompat sudah, namun buku itu tetap saja bergeming di tempatnya.

Masih dengan wajah merengutnya yang terkesan imut, Seungmin kembali ke mejanya. Berniat meminta tolong Hyunjin untuk ambilkan bukunya.

Didudukkannya dirinya di samping yang lebih tua, "Hyunjin bantu aku ambilin buku di rak atas," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan lengan Hyunjin.

Yang diminta tolong menunduk tatap insan di sebelahnya.

Diusapnya pelan rambut si manis, "Emang gak sampe?"

Seungmin menggeleng ribut sambil menggembungkan pipi gembilnya.

"Ya udah ayo."

Yang lebih muda berjalan mendahului Hyunjin. Telunjuknya mengarah ke salah satu sudut rak buku, "Itu bukunya."

Tangan panjang Hyunjin terulur mengambil buku yang dimau Seungmin. Setelahnya hanya kekehan kecil kala dirinya melihat Seungmin berlari-lari kecil sambil tertawa senang ke mejanya.

"Ah, gemasnya."

Tak tahukah Seungmin, bahwa ialah antologi terindah dan terumit Hwang?

𝐊𝐋𝐀𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang