Interesting

2.3K 135 31
                                    

Peringatan :

A.N
↳ ׂׂૢ༘ ۵♡  Persamaan nama, pengalaman hidup, dan kejadian merupakan hanya sebuah fiktif belaka.

↳ ׂׂૢ༘ ۵♡ Sangat diharapkan bagi pembaca untuk memberi vote dan komentar. Author membuka lebar catatan kritik dan saran.

↳ ׂׂૢ༘ ۵Diharapkan juga tidak menimbulkan bentrokan karena perbedaan pendapat.

↳ ׂׂૢ༘ ۵♡ Memaklumi segala kesalahan tata bahasa, huruf, dan kata.

———
4
———

Kini Hinata di sibukkan dengan beberapa tugas yang di berikan padanya secara bersamaan. Dasar guru sialan! Berani-beraninya ia memerintahkan Hinata untuk menyelesaikan tugasnya. Yah kira-kira itu yang akan Hinata katakan ketika ia memiliki kekuasaan.

Namun, Hinata adalah gadis biasa yang beruntung karena otak jeniusnya dapat mengontrol pengeluarannya.

Ia juga beruntung memiliki sahabat yang mengerti dirinya. Tetapi selalu ada rasa tak enak ketika sahabatnya itu selalu mengatakan tak apa jika merepotkan mereka.

Yah, Hinata memang tidak memiliki kekuasaan. Tetapi ia juga memiliki banyak kelebihan. Yang dapat menutupi beberapa kekurangannya. Saat ini yang ia tuju adalah kekayaan. Setidaknya uangnya cukup untuk kehidupannya. Itu saja.

Ngomong-ngomong soal uang, Hinata jadi ingat. Jikalau nanti malam adalah pertemuan pertamanya dengan calon sugar daddynya. Dan Ino bilang ia harus berdandan seksi tapi imut.

Hinata memperbaiki letak kacamatanya dan menekan-nekan ujung pulpennya. Kebiasaan Hinata ketika sedang berpikir keras.

Sepertinya nanti malam Hinata akan beraksi! Hinata melirik Ino yang berada di depannya.

“Ino, apa nanti malam kau akan menjemputku?” tanya Hinata.

Ino menoleh ke arah Hinata. “Tentu!” jawabnya.

Hinata mengangguk paham lalu melanjutkan tugasnya. Gurunya pergi setelah memberikan tugas. Alhasil ia harus menyelesaikan tugasnya sebelum jam pelajaran berganti.

Hinata bergegas menyelesaikan tugasnya. Dan ketika itu, seseorang tiba-tiba mendekatinya.

“Hinata-chan! Bantu aku mengerjakan soal ini.“ ucap Kiba.

Kiba adalah satu-satunya teman lelaki Hinata. Karena lelaki itu berapa kali pun Hinata menolaknya tetap saja ia semakin gencar mengganggu Hinata.

Hinata mendengus pelan. “Kau ini! Aku ‘kan sudah pernah mengajarkan yang ini!”

Kiba mengelus tengkuknya lantaran gugup. “E- aku lupa. Hehehe.” cengirnya.

Tak ada pilihan lain, akhirnya Hinata mengajarkan Kiba. Walaupun dibarengi pertengkaran kecil.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang