"Huaaaa bunaaaa"
Seorang bocah yang tak sengaja terjatuh itu langsung berteriak kemudian menangis membuat beberapa pengunjung memusatkan perhatian padanya. Termasuk Taeyang, orang yang tak sengaja ditabrak bocah itu sampai ia terjatuh di lantai di hadapannya itu.
Bocah yang sedari tadi Taeyang perhatikan tengah berjalan sedikit berlari riang. Tipikal anak yang baru bisa berjalan dan sedang senang berlarian.
Taeyang langsung berjongkok dihadapan bocah itu. "Jangan menangis hey, sini om bantuin" ucapnya. Ia langsung memangku bocah itu menyuruhnya berdiri.
"Tatit. Bunaaa" Bocah itu kembali menangis, merengek sambil memegang lututnya yang tadi terbentur ke lantai.
"Sini, om pangku ya? Ibu kamu dimana?" ucap Taeyang langsung membawa bocah itu ke pangkuannya, mengusap pelan punggung kecilnya menenangkan supaya ia berhenti menangis.
Masih berdiri diposisinya sekarang, Taeyang bingung harus membawa bocah itu kemana. Ini sudah sepuluh menit tapi tidak ada tanda-tanda ada seseorang yang mencari bocah dipangkuannya itu. Bocah itu pun sudah tenang tak lagi menangis.
"Anak siapa?"
Tiba-tiba seorang wanita cantik menghampiri Taeyang dengan wajah bingungnya menatap anak digendongan Taeyang.
"Gak tau, tiba-tiba jatuh. Kasian" jawab Taeyang.
Sana, wanita cantik itu mengerutkan keningnya bingung. "Sayang, ibu kamu di--"
"Bunaaaa, papiiiii" teriak bocah itu antusias tepat di telinga Taeyang.
Taeyang dan Sana langsung membalikan badan mengikuti arah pandang bocah itu. Namun matanya seakan panas tatapannya melemah saat melihat siapa dua orang yang kini berjalan ke arahnya.
Orang yang dipanggil 'buna' oleh bocah dipangkuannya itu wanita yang sangat ia kenal.
Kim Yerim. Langkanya yang tadinya cepat dan rusuh langsung melemah saat melihat siapa pria yang kini memangku anak yang sejak tadi ia cari itu dan juga wanita disampingnya.
"Bang Taeyang?"
"Papiii"
Sekali lagi, bocah yang masih dipangkuannya itu kembali berteriak. Dan juga lelaki yang dipanggil 'papi' itu, Yeonjun. Dua orang yang benar-benar Taeyang kenal.
Yeonjun pun tak kalah kaget. Ia langsung mengambil alih bocah itu dari pangkuan Taeyang.
Taeyang bisa melihat guratan rasa panik di wajah dua orang yang kini berdiri dihadapannya. Dua orang yang amat sangat dikenalnya, dua orang yang pernah tinggal satu atap dengannya. Ia tidak pernah menyangka takdir akan seperti ini padanya.
Ada banyak pertanyaan di benak Taeyang untuk dua orang dihadapannya itu. Terutama wanita yang kini masih berdiri beberapa meter darinya. Kim Yerim, wanita yang masih membuat Taeyang menatapnya lekat.
Dua tahun berlalu, sekeras inikah takdirnya.
"Anak lo?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Taeyang dan dengan cepat Yeonjun mengangguk mengiyakan.
Bukan, bukan Yeonjun yang Taeyang inginkan untuk menjawab atas pertanyaannya tapi Yeri. Wanita yang saat ini bahkan sama sekali tidak melihatnya dan terkesan mengindari kontak mata dengannya.
"Duluan bang, kak" pamit Yeonjun. Sementara Yeri tak berani berkata apapun.
Wanita yang kini melangkah sudah semakin menjauh itu dipanggil 'buna' dan Yeonjun sudah mengiyakan bahwa itu anaknya dengan kata lain 'buna' artinya ibu dan Kim Yerim mungkin ibu dari bocah itu.
Taeyang terus berfikir sambil masih menatap kepergian mereka.
"Itu Yeri temennya Chaeyoung sama Tzuyu kan? Mereka udah nikah?"