"Lo kemana aja? Kok bisa pulang bawa anak begini?"
Setelah hari itu, hari dimana Yeri menyadari ada yang berubah dari dirinya setelah ia sadar rasa mual dan pusingnya bukan hal yang sewajarnya. Ternyata ada nyawa lain yang hidup di dalam perutnya. Untuk kedua kalinya, hanya terpaut waktu tiga hari saja dunianya yang sudah runtuh itu langsung hancur saat itu juga.
Bagaimana tidak, ibunya-orangtua satu-satunya yang masih berada disisinya pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Belum juga reda tangisannya, Yeri harus kembali menelan pil pahit dengan kenyataan jika dia saat itu tengah mengandung sebuah janin di rahimnya yang sudah masuk usia 13 minggu.
Lalu, bagaimana Yeri harus menjalani hidup sebatangkara dengan keadaan seperti itu?
Tidak. Yeri tak langsung setegar seperti saat ini.
Stres, frustasi, depresi, semua istilah penyakit jiwa hinggap di diri Yeri, mentalnya berantakan sampai ia pernah punya pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Untungnya, ayah tirinya dan Haruto benar-benar menjaganya dengan sangat baik meskipun sebenarnya diantara mereka bisa dikatakan sudah tidak ada hubungan apapun tapi ayahnya itu sangat memberikan perhatian penuh pada Yeri dan janin yang ada dalam kandungannya.
Yeri menerima semua treatment untuk kejiwaannya dan juga kesehatan kandungannya di Jepang. Di tempat asing yang jauh dari orang-orang yang mengenalnya. Bukan dengan sengaja membuang Yeri, tapi Yerilah yang meminta untuk pergi dari kota ini. Ayah tirinya pun setuju, dia tidak mau melihat Yeri menanggung beban malu di lingkungan dimana Yeri hidup dan tidak mau melihat Yeri terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.
Di negeri yang jauh itu Yeri hidup bersama seorang bibi-pelayan yang sudah belasan tahun melayani ayah tiri Yeri.
Itulah sebabnya semua orang yang mencari Yeri tak bisa menemukan wanita itu, dimanapun.
Tapi kini Yeri sudah kembali, dia siap dengan hidup yang akan ia jalani di kota tempat ia tumbuh itu. Meskipun nantinya akan banyak pertanyaan, mungkin hinaan dan cacian juga, Yeri siap menerimanya selama itu tidak ditujukan untuk Hero, anaknya.
"Gue udah hamil tiga bulan, empat bulan kemudian gue lahiran Hero, prematur. Makanya waktu kerasa cepet banget ya, anak gue udah segede itu aja. Gue gak nyangka dia bakal hidup dan sesehat ini. Soalnya dulu gue masih gila" ucap Yeri sambil menatap Hero bangga.
Setelah mendengar apa yang diceritakan Yeri, ketiga wanita itu kembali meneteskan air matanya.
"Maafin gue bukan sahabat yang baik buat lo" ucap Naeun menyesal.
"Maaf karena lo harus nanggung semuanya sendiri. Di tempat yang jauh, tanpa kita" ucap Tzuyu ikut bersuara disela isakannya.
"Maaf karena kita gak bener-bener nyari lo saat itu" tambah Mina.
Chaeyoung menatap Yeri lekat, ia memegang lengan Yeri dengan kuat. "Lo jangan pergi lagi. Lo gak sendiri kita siap jadi mami buat jagain Hero, jagain lo juga" ucapnya tulus.
Yeri sudah berjanji tidak akan ada air mata lagi setelah kembali ke kota ini tapi melihat keempat orang sahabat dengan tangisannya, air mata Yeri pun tak bisa ditahan lagi.
"Makasih, makasih banyak. Lo semua sahabat terbaik gue. Gue nangis bukan karena sedih, gue udah janji gak bakal sedih lagi. Tapi gue beneran terharu banget. Oke, plis hapus air mata kalian" ucap Yeri sambil buru-buru menyeka air matanya.
Ke empat orang itu pun langsung menghapus sisa air mata mereka karena tak mau Yeri merasa sedih. Termasuk Yuna, gadis polos yang ikut meneteskan air mata karena ia pun masih berada disana dan tak sengaja mendengar kisah Yeri.
"Kak Yeri udah nikah dong?" tanya Yuna polos membuat Mina, Naeun Tzuyu dan Chaeyoung menghela nafas panjang.
Pertanyaan Yuna memang tidak sepenuhnya salah tapi sedari tadi Yeri tidak sedikitpun menyinggung tentang kata pernikahan, suami atau hal yang berkaitan dengan bapak dari anaknya, makanya sebisa mungkin Naeun, Tzuyu, Mina dan Chaeyoung menutup rapat mulut mereka tentang itu meskipun sebenarnya penasaran siapa suami Yeri, siapa bapaknya Hero.
"Ayahnya Hero pasti ganteng banget" tebak Yuna masih dengan wajahnya yang polos dan penasaran.
"Papiii"
Pintu rumah kembali terbuka lebar semua mata langsung memandang kesana. Mereka semua langsung kaget apalagi setelah mendengar teriakan Hero saat Yeonjun masuk ke dalam rumah.
Hero meronta di pangkuan Taeyang meminta beralih ke pangkuan Yeonjun. Dengan sigap Yeonjun langsung mengabil alih Hero dari tangan Taeyang.
"Pulang sekarang?" tanya Yeonjun pada Yeri.
Jangan. Itulah teriakan tertahan di hati semua orang terutama Taeyang.
Taeyang ingin sekali menahan Yeri lebih lama disana. Ingin berbicara berdua sebab banyak sekali kata yang ingin Taeyang sampaikan dan juga tanya yang ingin sekali wanita itu jawab. Terutama tentang Yeri, Yeonjun dan Hero.
Bukan hanya Taeyang yang ingin menahan Yeri tapi ke empat wanita dengan tatapan sulit diartikan itu pun sama halnya dengan Taeyang. Mereka ingin menahan Yeri dan Yeonjun tetap disana.
Ini bapaknya Hero?
Dia yang buat Yeri susah sampe pergi ke Jepang?
Yeonjun?
Bapaknya Hero?
Kan gue bilang apa bapaknya ganteng banget.
Semua ucapan mereka dalam hati itu mungkin sudah jelas terjawab hanya dengan melihat bagaimana Hero di pangkuan Yeonjun dengan terus mengucapkan kata 'papi' dengan ekspresi riangnya bertemu seorang ayah.
Namun semua itu tak cukup. Naeun ingin lebih, Tzuyu ingin sebuah penjelasan, Chaeyoung ingin pengakuan, Mina dan Yohan yang masih melongo tak percaya dan Taeyang yang ingin menahan Yeri tetap disana, lebih lama.
"Pamit dulu sama om sama tante sayang" titah Yeri pada Hero namun bocah itu malah semakin memeluk leher Yeonjun erat, menyembunyikan wajahnya disana.
"Baru bangun dia?" tanya Yeonjun.
"Enggak, ngantuk kali" jawab Yeri.
Interaksi kecil layaknya sebuah keluarga itu pun masih terlihat jelas dimata semua orang.
Tapi ada banyak pertanyaan di otak masing-masing orang disana.
"Gue balik dulu ya?" pamit Yeri. Ia kemudian mengambil semua barang bawaannya.
"Anak lo?" tanya Chaeyoung sinis pada Yeonjun.
"Iya lah anak gue"
"Kok gue gak percaya"
Yeonjun menatap Yeri. "Yuk." ajaknya sambil matanya masih menatap Chaeyoung sinis.
"Kaakkk" rengek Chaeyoung pada Taeyang. Naeun, Mina dan Tzuyu pun ikut memanyunkan bibirnya sedih.
"Gak bisa lagi kayaknya. Gak ada celah lagi buat gue" ucap Taeyang lemah.
Penantian dua tahun yang sia-sia.
"Lucu banget ya kak Yeri ya ampun masih muda udah punya anak segede gitu, mana lucu, mana bapaknya ganteng banget, gaul juga kek anak tongkrongan. Kek keluarga kecil selebgram kelas atas gitu, gaul" Yuna bermonolog dengan ekspresi gemasnya.
Chaeyoung, Naeun, Tzuyu dan Mina langsung menatap Taeyang. Pria itu memberikan senyumannya sebelum akhirnya berlalu memasuki kamarnya.
"Senyuman pahit tuh"
# teman-teman abaikan time lapse.
Disini Yeri sadar hamil 13 minggu awal semester 5.
Hero dikandungan cuman 7 bulanan, sekarang dia 15 bulan. Di pasin aja dua tahun berlalu.
Dah lah ribet banget aku mikirin semua ini.
Selamat membaca, maaf kalo ada typo.