1.Meriang

7 1 3
                                    

Seorang gadis berlari di koridor SMA Bunga Bangsa dengan keringat yang sudah membasahi keningnya. Dengan raut wajah khawatir dan cemas.

"Astagfirullahal'adzim" dia terus beristighfar di sepanjang koridor kelas 11 ini. Dengan harap harap cemas, bagaimana tidak ini kali pertamanya terlambat.

Senyumnya merkah kala melihat pintu bertuliskan 'X1 IPA 2'. Ya itu adalah ruangan dimana dia mendapatkan ilmu dari para guru yang mengajar di sini.

Syifa mengurangi kecepatan, kini ia sudah berjalan biasa sambil menetralkan deru nafasnya.

"Hufft... Alhamdulillah, sampai."

"Pintunya kok di tutup ya?" Tanya Syifa pada dirinya sendiri dalam hati.

"Aduh... gue lupa! Pelajaran pertama kan bu Novi. Mati gue. Pasti kena hukuman"

Bu Novi adalah salah satu guru yang paling di segani di SMA Bunga Bangsa. Namun beliau juga salah satu guru favorit Syifa karena ketegasannya. Dan caranya menjelaskan yang sangat mudah untuk Syifa pahami.

Setelah menghembuskan nafas dengan kasar Syifa memberanikan diri untuk mengetuk pintu di depannya.

"Bismillah," gumamnya.

'Tok tok tok' cekleeek...

Di bukanya perlahan pintu itu sambil memberi salam.

"Assalamualaikum"

Semua mata tertuju padanya, sambil menjawab salam termasuk bu Novi yang tengah menjelaskan di depan papan tulis. Kecuali satu orang yang hanya menjawab salamnya dan melihatnya sekilas dan melanjutkan aktifitasnya menyalin yang tadi di jelaskan oleh guru di depan. Karena menurutnya tidak menarik. Dan tidak penting juga. Lain halnya dengan teman teman Syifa yang lain yang sekarang menjadikan Syifa sebagai objek penglihatan mereka.

"Waalaikumsalam, Syifa?!" Tentu bu Novi kaget karena Syifa adalah salah satu murid teladan di SMA Bunga Bangsa. Bukannya sombong, tapi Syifa pun pernah mendapatkan penghargaan itu dari kepala sekolah dulu saat kelas X.

Masih berdiri di tengah pintu Syifa hanya menunduk meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hehehe, iya bu" jawabnya.

"Sini kamu!" Syifa hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian menghampiri bu Novi yang sekarang berada di meja guru.

"Kenapa kamu datang sekolah?" Tanya bu Novi sambil menaikkan kacamatanya yang sempat turun.

Ha? Pertanyaan macam apa itu? Batin Syifa dengan dahi yang berkerut. Pertanyaan macam apa itu? Seseorang pergi sekolah jelas untuk menuntut ilmu, bertemu dengan teman, dan lain lain. Benarkan?

Melihat raut wajah Syifa yang kebingungan, bu Novi pun melanjutkan omongannya.

"Kata Mega tadi kamu nggak masuk sekolah karena sakit? Kenapa sekarang kamu datang?"

Sontak Syifa pun menoleh ke arah dimana Mega berada. Tepat di samping kursi yang kosong dimana itu adalah tempat duduknya. Dengan sorot mata penuh pertanyaan Syifa menatap Mega. Kini matanya beralih ke arah seseorang yang menjawab pertanyaan dari bu Novi tadi.

"Alaah... pasti cuma akal akalan dia aja tuh bu' carmuk biar dikira rajin" salah satu murid bernama Sandra kini mengajukan pendapatnya padahal tidak ada yang meminta pendapat atau tidak ada yang bertanya padanya.

"Iya tuh bu' carmuk dia, cari muka!" Timpal seseorang di belakang Sandra. Yang mana adalah salah satu sahabat sandra yaitu Gita.

Tatapan Syifa kini beralih ke seseorang yang sedari tadi hanya menunduk sambil menulis di bukunya. Padahal tidak ada lagi yang perlu di tulis. Entah kenapa Syifa menjadi khawatir melihat Revan yang cuek terhadap apa yang dialaminya. Di tambah lagi Syifa melihat pria itu menyunghingkan sebelah bibirnya namun tetap sibuk menulis.

Asy-SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang