Jealousy

2.2K 258 95
                                    

Hinata menopang dagunya dan menatap Sasuke yang sedang sibuk mempersiapkan pakaian dan keperluan desainnya untuk dibawa ke luar kota dalam rangka dinas kerja. Gadis itu tak henti-hentinya menggerutu karena sejak tadi Sasuke mengabaikannya dan menganggap eksistensi gadis itu seperti antara ada dan tiada.

"Aku sudah memesan tiket, packing baju, bahkan sampai membuat surat cuti kerja untuk dua hari." Keluh Hinata sembari mengeluarkan jurus memelasnya, yang tentu saja tidak ditanggapi oleh pria di depannya.

Pria itu seakan tuli, Sasuke hanya sibuk mondar mandir menyiapkan peralatan dan pakaian yang harus ia bawa selama empat hari berada di Nagoya. Kota yang setahu Hinata merupakan kota dengan teknologi paling inovatif di Jepang. Perusahaan-perusahaan terkemuka dunia, seperti Kankuro Motor Corporation─perusahaan otomotif ternama setelah Uchiha─berpusat di sana, dan Sasuke terpaksa harus pergi dinas selama dua hari untuk menghadiri pameran otomotif sekaligus melihat peluncuran perdana sepeda motor bertenaga surya milik perusahaan Kankuro.

Kendati diabaikan, Hinata masih tetap setia mengajak pria itu untuk berkomunikasi sekalipun pria itu tidak memberikan respon yang diinginkannya.

"Kau tidak ada niatan untuk menjemputku dan berangkat bersama ke bandara?"

Sasuke menutup kopernya dan menatap Hinata dengan jengah. "Tidak dan tidak." Jawabnya final tanpa mau diganggung gugat.

Benar-benar pria itu! Sekalinya membuka suara, Sasuke hanya dapat mengecewakannya.

"Aku sudah membeli tiket pesawat pulang pergi ke Nagoya dari hari Kamis sampai hari Minggu untuk menemanimu."

"Aku tidak meminta untuk ditemani."

"Jadi kau lebih senang jika pergi ke luar kota tanpa aku?" Nada Hinata meninggi, rautnya berubah menjadi sebal.

Sasuke menghela napas. Malas sekali adu debat dengan tunangannya yang sangat kekanakan. "Aku kan pergi ke Nagoya untuk bekerja, bukan untuk liburan." Ujarnya berusaha mengingatkan Hinata.

"Tapi di tempat yang sama, Toneri akan melaksanakan pesta ulang tahunnya. Kau dan aku, bahkan Itachi Nii, Neji Nii, dan Hanabi juga diundang kan? Kenapa tidak berangkat bersama saja?" Tuntut Hinata, lagi-lagi membawa pesta ulang tahun kolega bisnis mereka sebagai alasan kuat untuk pergi bersama dengan Sasuke, berharap bahwa pria itu akan membawa Hinata dengan suka hati dan mengenalkan gadis itu kepada rekan-rekan bisnisnya sebagai tunangannya.

Namun Sasuke tetap menggelengkan kepalanya. "Pestanya masih di hari Minggu, Hinata. Kau bisa berangkat dengan keluargamu di hari itu." Pria itu masih tetap pada pendiriannya. Well, dia paling tidak suka jika ada orang lain yang mencampuri urusan pekerjaannya, sekalipun itu tunangannya sendiri.

Lagipula Sasuke yakin Hinata hanya akan mengacaukan agendanya dan mengajaknya untuk berlibur dan bersenang-senang semata. Bukannya mendukung schedule kerjanya.

Hinata membaringkan tubuhnya di atas sofa abu-abu yang berada di ruang tamu dan menghela napas berat. Sasuke menyebalkan dan membuatnya ingin marah, pria itu begitu pelit dan dingin seakan tak mau membuka hatinya untuk Hinata.

Meski begitu, Hinata harus banyak bersabar. Dia tidak boleh kalah dengan pria itu. Jangan salah sangka, masalah keras kepala Hinata juaranya.

"Kalau begitu aku akan bermalam di sini supaya besok pagi bisa berangkat satu mobil denganmu."

Sasuke mengangkat bahunya malas. Sudah tidak memiliki tenaga untuk meladeni Hinata. "Terserah." Ucapnya singkat, sebelum pergi ke kamarnya.

Melalui mata rembulannya, Hinata mengikuti pergerakan Sasuke dan cemberut ketika melihat pintu kamar pria itu langsung ditutup begitu saja.

Do or Die!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang