That Damn Poison

3K 262 14
                                    

Disclaimer: Karakter yang terlibat dalam cerita ini seluruhnya milik Masashi Kishimoto

Judul cerita terinspirasi dari lirik yang terselip dalam lagu Jekyll - EXO

Got oneshot, who defines me. Its do or die for me

Happy Reading~

○●○●○

Uchiha Sasuke terburu-buru memasuki salah satu apotik ternama kota Konoha. Pagi ini, sakit kepalanya lagi-lagi kambuh dan perlu diobati, sayangnya persediaan obat di apartemennya telah habis tak bersisa. Membuatnya tersiksa dan menderita. Memaksanya selaku manusia yang paling malas untuk ke luar rumah, bermandikan teriknya sinar matahari yang sangat menyebalkan.

Mata oniksnya menyipit tajam, menyusuri penjuru ruangan minimalis yang desain interiornya didominasi oleh warna putih. Etalase yang penuh dengan obat-obatan tertata rapi di pojok ruangan, di sampingnya terdapat meja administrasi yang di atasnya dilengkapi oleh komputer kecil serta alat kasir.

"Sakura?" Tanya Sasuke sembari menoleh kesana kemari, mencari sosok sahabat dekat sekaligus apoteker jenius paling terkenal di daerahnya.

Adalah Haruno Sakura, seorang ahli obat-obatan berbakat yang mencapai masa kejayaan karirnya di umur yang masih terbilang cukup muda. Obat yang diraciknya selalu dikenal manjur seakan memiliki kemampuan magis karena 99% pasiennya dijamin pasti sembuh setelah meminum obat racikan darinya.

Meskipun rasa obatnya seperti kotoran kuda.

Sasuke termasuk salah satu pasien langganan yang selalu meminta obat khusus untuk sakit kepala. Pria itu setidaknya dalam satu bulan perlu 1 hingga 2 kali untuk berkunjung ke apotik milik sahabatnya itu guna menyetok obat yang sangat diperlukan dalam menunjang kehidupannya. Selama ini, hanya obat dari Sakura-lah yang berhasil meredakan rasa sakitnya. Semua obat dari rumah sakit yang pernah ia gunakan selalu menimbulkan alergi karena ketidakcocokan dengan sistem kekebalan tubuhnya.

Sasuke menghembuskan napas berat. Ia paling tidak suka jika harus menunggu seseorang yang hanya akan membuang-buang waktu berharganya. "Sakura?" Panggilnya sekali lagi dengan mengeraskan nada suaranya begitu mendapatkan respon nol dari apoteker bersurai merah muda itu. Tak beberapa lama, terdengar suara bising dari ruangan belakang, tempat Sakura meracik obatnya. Sepertinya gadis itu tengah sibuk berkutat di sana.

Sasuke hendak menghampirinya sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya. "Sasuke, duduk dulu di ruang depan. Sebentar lagi ramuan obatku akan jadi, tunggu aku beberapa menit lagi." Ujar Sakura yang mengintip dari balik pintu belakang, di tangannya terdapat mortar putih yang Sasuke ketahui sebagai alat penumbuk obat.

Mau tidak mau, pria bersurai raven yang tengah mengenakan kaos hitam santai itu menyetujui tanpa berkata lebih lanjut. Meski sakit kepala mingguannya serasa mengacaukan sistem kerja otaknya, pria itu berusaha bersabar. Ia tahu sahabatnya tengah sibuk berkerja dan tidak mau diganggu oleh siapapun juga.

Merasa sudah dipersilahkan oleh sang pemilik ruangan, Sasuke memutuskan untuk duduk di sofa abu-abu panjang yang berseberangan dengan etalase obat-obatan. Pandangannya kemudian jatuh pada segelas minuman berisikan larutan yang terlihat menyegarkan yang berada di atas meja kayu pendek di hadapannya. Permukaan luar gelas itu diselimuti embun, menandakan cairan tersebut berisikan air dingin yang mampu meredakan tenggorokan.

Sasuke menelan ludahnya menahan dahaga. Sorotan sinar matahari sungguh sangat menyiksa di musim panas, dan betapa tidak beruntungnya ia karena sinar menyilaukan itu sempat menyengat tubuhnya beberapa waktu yang lalu, membuatnya tergoda untuk mencicipi minuman yang ia anggap sebagai jamuan untuk menerima tamu yang telah disediakan oleh Sakura. Tanpa bertanya lebih lanjut, pria itu mengambil gelas tersebut dan meminumnya dalam satu kali tegukan.

Do or Die!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang