Hinata tiba di apotik tempat Sasuke berada setelah dikontak oleh Sakura. Gadis dengan balutan baju musim panas berbahan sifon bermotif bunga lavender itu datang dengan wajah gelisah. Ia mengendarai mobil miliknya dengan terburu-buru hingga nyaris diburu polisi lalu lintas karena menerobos lampu merah saking paniknya.
"Apa kepalamu baik-baik saja?" Tanyanya langsung meraba kening pria yang terlihat cukup pucat dan terasa panas itu. Hinata sudah terlalu dekat dengan Sasuke, sampai-sampai ia hapal betul tentang penyakit yang kerap kali melanda tunangannya tersebut.
Sasuke menepis tangan Hinata dengan tidak nyaman. "Aku tidak apa-apa." Ucapnya ketus. Kenyataannya, pria itu tengah berusaha mati-matian untuk mengatur hormon lelakinya yang tiba-tiba meroket berkali-kali lipat melihat tunangan yang tampil menggoda di depannya. Apa-apaan baju yang dikenakannya itu? Bahunya terbuka lebar! Jika Sasuke tidak menahan diri, bisa saja pria itu langsung melompat dan menyantap leher jenjang milik tunangannya yang ia yakin kelezatannya tidak kalah nikmat dari hidangan ayam kecap ekstra tomat, makanan favoritnya.
Sial! Otaknya mulai sinting memikirkan hal yang tidak-tidak.
Tanpa menunggu respon gadis itu, Sasuke cepat-cepat meninggalkan apotik Sakura yang terasa satu tingkat lebih panas semenjak kedatangan Hinata. Pria itu hanya menitipkan pesan agar obat sakit kepala serta penawar racun sialannya segera dibuatkan dan diantarkan ke apartemennya. Sementara itu, biarkan Sasuke menggunakan taktik solo play di kamar mandinya nanti.
Tenang saja, tidak perlu menyentuh Hinata, kebutuhan seksualnya pasti akan terpenuhi. Sasuke punya kepercayaan tingkat tinggi untuk hal yang satu itu.
Hinata tertegun melihat Sasuke pergi begitu saja tanpa menunggunya terlebih dahulu. Padahal ia masih ingin berbincang mengenai beberapa hal dengan Sakura, sahabat dekat yang baru dikenalnya ketika menjalin hubungan pertunangan dengan Sasuke. Dengan raut wajah tak enak, gadis itu membungkukkan badan singkat meminta maaf sebelum pamit undur diri sampai Sakura menahan lengannya.
"Hinata, dia baru saja meminum obat rangsangan yang aku selipkan racun di dalamnya. Kalau kau tidak segera melakukan 'hal itu' dengan Sasuke, pria itu bisa mati keracunan."
Hinata yang mendengarnya nyaris pingsan di tempatnya. Matilah riwayatnya kalau sampai Mikoto-san tahu jika anaknya baru saja diracuni. Gadis itu terlihat berpikir keras sebelum akhirnya mengacungkan ibu jarinya ke arah Sakura. "Tenang saja, aku akan berusaha sekeras tenaga untuk memuaskan Sasuke." Ujarnya dengan mantap entah serius atau bercanda, sebelum pergi meninggalkan apotik milik gadis Haruno itu.
Sakura tak dapat menahan tawanya yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Hatinya puas sekali setelah berhasil mengelabui Hinata yang begitu lugu, Sakura senang sekali melebih-lebihkan suasana di depan Hinata. Gadis manis itu pasti tidak akan tega membiarkan Sasuke tersiksa dengan rasa sakitnya, gadis itu pasti akan melakukan segalanya demi mengobati lelaki dingin yang sok jual mahal itu.
"Makan itu ego-mu yang setinggi langit. Kau tidak akan bisa lari dari Hinata!"
○●○●○
Hinata membuka pintu kemudi yang berada di sisi kanan. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Sasuke yang jelas sekali pura-pura tertidur di kursi sebelah kemudi. Tanpa mengambil pusing atas tindakan mencurigakan pria itu, Hinata menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan normal, demi keselamatan nyawanya dan nyawa pria berjiwa dingin yang tak lain dan tak bukan adalah tunangannya sendiri.
"Apa masih terasa sakit?" Tanya Hinata membuka pembicaraan. Gadis itu paling tidak tahan dengan suasana keheningan, terlebih apabila ada seseorang yang menemani di dalam mobilnya. Sebenarnya bisa saja gadis itu menyalakan radio atau memutar playlist favoritnya, tetapi Sasuke tidak suka kebisingan. Jika Hinata kekeuh untuk mendengarkan musik, maka dapat dipastikan mood tunangannya akan drop. Dan jika sudah seperti itu, Sasuke pasti akan mengabaikannya sampai satu hari ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do or Die!
RomanceUchiha Sasuke berada dalam keadaan mendesak, salah satu langkah maka nyawa yang menjadi taruhannya. Di saat-saat seperti itu, datanglah Hinata Hyuuga, tunangan yang mati-matian ia hindari. © All character belongs to Kishimoto Masashi