Putih.
Hanya warna itu yang Bright lihat ketika ia membuka mata. Hawa sejuk menerpa tubuhnya. Entah berada di mana ia sekarang. Gue di mana? batinnya heran seraya melihat sekeliling. Apa ini... surga?
Tak ada apapun di tempat itu. Benar-benar kosong. Bright melangkahkan kakinya mengelilingi tempat itu, berharap akan menemukan sesuatu di sini. Tempat ini sungguh aneh, baginya. Seharusnya sekarang ia merasa gelisah karena tak tahu sedang berada di mana, namun justru perasaan tenang lah yang datang menghampiri hatinya. Tenang seperti air sungai yang mengalir, bahkan ia bisa merasakan angin sepoi-sepoi menerpa tubuhnya.
Tak lama kemudian, ada sebuah suara yang memanggil namanya.
"Bright..."
Suara itu halus sekali. Hampir tak terdengar, bahkan pada awalnya Bright tak sadar ada yang memanggilnya.
"Bright..." panggil suara itu lagi. Kali ini lebih keras namun tetap terdengar lembut.
Bright mendengarnya. Ada seseorang yang memanggil namanya. Ia menolehkan kepala ke sana kemari, namun tak satupun ia melihat ada makhluk lain selain dirinya.
"Di sini, Bright..."
Sekarang suaranya terdengar jelas. Sangat jelas. Suara seorang wanita yang sangat dikenali Bright.
Suara Ibunya.
Bright merasa sudah gila. Suara itu mirip sekali dengan Ibunya. Jujur, di hatinya ada keraguan apakah sebenarnya suara itu memang benar adanya atau hanya halusinasi karena rasa rindu. Logikanya berusaha mendominasi. Namun, bagaimana caranya ia bisa berpikir logis? Bahkan tempat ini saja tak dapat dijelaskan dengan akal sehat sekalipun.
"Nak, ini Ibu..."
Kali ini Bright menutup telinga dengan kedua tangannya, berusaha menghentikan apa yang ia kira halusinasi suara ibunya. Gak mungkin, Ibu udah meninggal. Gue halusinasi batinnya kemudian berjongkok, ia tak lagi kuat berdiri. Bright mulai gelisah.
Suara-suara itu masih terdengar di gendang telinganya, memanggil nama Bright. Ia bisa merasakan jaraknya semakin dekat. Bright hanya bisa menangkupkan wajah di antara kedua kaki, menutupinya.
Tiba-tiba ada sesuatu yang hangat menyentuh punggungnya. Sebuah tangan mengelus dengan lembut.
Bright terpaku, wajahnya menengadah dengan cepat lalu menoleh ke kanan.
Ia terkejut bukan main.
Ibunya berjongkok di sebelah Bright, menatap anak semata wayangnya itu lembut seraya tersenyum penuh kasih sayang.
Tak ada kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Bright saat ini. Lidahnya kelu, tak dapat bersuara. Otaknya berusaha memproses apakah yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa sosok sang Ibu yang telah meninggalkan dirinya, tiba-tiba bisa berada di sini tepat di sebelahnya?
Melihat anaknya yang masih terpaku, Ibu Bright tertawa kecil. Tangan yang sebelumnya berada di punggung, berpindah untuk mengangkup pipi kiri Bright. Jari-jarinya meraba dengan lembut, menciptakan perasaan tenang dan hangat di hati kecil anaknya. "Ini Ibu, Bright," ucap sang Ibu kemudian tersenyum hangat.
Bright mengedipkan matanya kemudian tersadar bahwa wanita paruh baya di depannya memang sosok Ibu yang ia rindukan. Air mata menetes di pipinya, menjadi semakin deras ketika sang ibu memeluknya. Bright tentu saja membalas pelukan itu dengan sangat erat, seolah-olah tak ingin lagi berpisah.
"Ibu, jangan tinggalin Bright lagi," ucap Bright di sela tangisnya, suaranya teredam akibat wajahnya yang terbenam di dada sang Ibu.
"Ibu di sini sayang," ucap Ibu Bright kemudian mengecup puncak kepala anaknya tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS • brightwin ✔
FanficBright kehilangan satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki. Tak pernah tertawa. Tak pernah tersenyum. Semua berubah ketika dirinya mendengar suara tawa merdu dari seorang lelaki bernama Win Metawin. [COMPLETED] SOCIAL MEDIA & NARRATION BY © d...