Bright menghembuskan kepulan asap di udara setelah menghisapnya. Ini batang rokok kedua yang akan ia habiskan saat ini.
Menikmati suasana malam sendirian di taman belakang kafe yang ia datangi bersama teman-temannya. Iya, sendirian. Seperti biasanya.
Namun kali ini Bright pergi untuk menjernihkan pikirannya. Seperti yang telah ia tebak beberapa saat yang lalu, 'topik pembicaraan' itu kembali dimunculkan oleh teman-temannya.
Bright kembali mengulang peristiwa tadi di kepalanya.
"Lo gak mau cari pacar, Bri?"
Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Ssing ketika terjadi jeda keheningan di antara mereka. Hening yang awalnya terasa nyaman dan hangat seketika berubah menjadi canggung.
Bright yang saat itu sedang meneguk minuman soda kalengnya sampai tersedak saking terkejutnya. Spontan Puimek yang berada di sebelahnya menepuk-neluk pelan punggungnya. Tak lupa ia menatap ke arah Ssing tajam.
Ssing yang ditatap seperti itu hanya mengangkat bahunya. "Gue cuma tanya. Soalnya denger-denger banyak yang naksir Bright di kampus."
"Ya terus kenapa kalo Bright banyak yang naksir?" tanya Pluem tenang. Lebih tepatnya 'berusaha' tenang.
"Serius?" Pertanyaan ini keluar dari mulut First. "Lo mabuk apa gimana sih?"
Gawin melirik dua kaleng minuman berakohol di depan Ssing. "Dua kaleng habis. Gimana gak mabuk?" ucapnya kemudian memutar bola mata.
Bright terdiam, setelah batuknya berhenti. Ia hanya menyimak. Sungguh, dirinya masih kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ssing barusan.
Pertanyaan yang selalu ia hindari setiap kali mereka melontarkannya.
Pertanyaan yang sering muncul beberapa waktu ini.
Pertanyaan yang diam-diam dibenci olehnya.
Pertanyaan yang ia harap tidak akan muncul pada saat mereka temu kangen seperti ini.
Oh sayangnya, realita berkata lain.
"Eh gue gak mabuk ya, gue masih sober ini," ucap Ssing.
"Lo lupa apa gimana sih, Ssing?" ucap Puimek geram, "apa pantes lo tiba-tiba ngeluarin topik yang sekiranya sensitif buat Bright di tengah-tengah kita lagi kumpul seneng begini?"
Ssing berdecak. Sepertinya efek alkohol telah menyelimuti sebagian pikirannya. "Trus kapan lagi mau dibahas? Justru waktu kita kumpul bareng ini seharusnya digunakan untuk membahas itu."
"Goblok tapi gak gini juga!" Kali ini First yang bersuara. Ia sudah sangat jengkel dengan kelakuan Ssing. Bahkan sekarang ia berdiri.
"First, First, duduk." ucap Pluem tegas, ia menarik lengan First, "temen lo mabuk, ngertiin."
"Gak bisa. Gue gak bisa kalo udah menyangkut topik sensitifnya Bright gini!" First menolak agar kembali duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS • brightwin ✔
Fiksi PenggemarBright kehilangan satu-satunya sumber kebahagiaan yang ia miliki. Tak pernah tertawa. Tak pernah tersenyum. Semua berubah ketika dirinya mendengar suara tawa merdu dari seorang lelaki bernama Win Metawin. [COMPLETED] SOCIAL MEDIA & NARRATION BY © d...