SATU

215 89 125
                                    

"DELVIN!" Alecia menyebut nama itu lantang saat Delvin sibuk bermain game. Dari tadi Delvin sibuk bermain game dan tidak mengerjakan tugas yang diberi Bu Lani.

"Lo kerjain napa? Itung-itung bantu temen." Delvin masih fokus ke gadgetnya. Tak menoleh sedikit pun pada Alecia.

"Gue gak mau lagi! Gue terus yang ngerjain tugas lo." Alecia kembali ketempat duduknya. Membalik-balik buku lalu berdiri dan memukul meja. Ia geram dengan tingkah Delvin. Mau tak mau ia yang harus mengerjakan tugas Delvin. Diambilnya buku Delvin lalu dikerjakannya tugas yang sejam lalu telah diberikan.

Delvin tertawa saat tau Alecia mengambil buku tugas miliknya dari meja. "Makasih duluan." Delvin kembali fokus pada gamenya dan sesekali berteriak lalu mengucapkan kata-kata kotor.

Alecia menyalin tugasnya kebuku Delvin. Ia harus cepat mengerjakannya karna waktunya tinggal dua puluh menit lagi. Alecia tak bisa membiarkan Delvin tak mengerjakan tugas. Delvin sangat merepotkan!

Bel istirahat berbunyi, seluruh tugas dikumpulkan oleh ketua kelas. Alecia merasa letih karna harus menyelesaikan dua lembar latihan dalam waktu yang singkat.
Seluruh siswa berhambur keluar kelas, sedangkan Alecia tinggal dikelas, ia meletakkan kepalanya diatas meja lalu memejamkan matanya.

"Aww." Tak berselang lama saat ia mencoba menenangkan diri, kini Alecia membuka matanya saat sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Didepannya ada Delvin tengah tersenyum lalu menyodorkan minuman dingin itu padanya.

"Gue gak mau." Alecia menolak minuman itu lalu kembali meletakkan kepalanya diatas meja. "Gue buat dimeja lo, bentar juga lo minum." Delvin meminum minumannya santai.

Alecia menegakkan kepalanya, lalu mengambil botol minuman itu langsung meminumnya. "Gue bilang juga apa. Lo langsung minum." Delvin berdiri hendak menuju bangkunya. Melihat Delvin berdiri, segera Alecia menendang betis Delvin geram.

"Anjir, maksud lo apasih?" Delvin kembali menghadap Alecia, namun kini dengan wajah emosinya. Alecia tenang meminum minuman botol ditangannya. Ia merasa lega setelah menendang Delvin yang selalu merepotkannya.

Tak terima dengan perlakuan itu, Delvin membuka tutup minuman botolnya lalu menyiram Alecia. "Kalau punya masalah sama gue bilang, jangan main tendang aja." Delvin berjalan keluar kelas meninggalkan Alecia sendiri dikelas.

Wajah Alecia kini basah dan lengket. Minuman rasa jeruk itu membasahi leher dan seragam putihnya juga. Diambilnya tisu basah dari tasnya lalu dibersihkannya wajah dan lehernya. Dilapnya seragam itu seadanya sehingga tidak meninggalkan noda lagi. Diambilnya satu tisu lagi, lalu diusapnya matanya yang kini hampir mengeluarkan air mata.

Alecia kembali meletakkan kepalanya dan menutup matanya mencoba menenangkan pikiran. Setiap hari menjadi hari yang berat untuknya. Selagi Delvin masih berada disisinya maka semua hal menjadi rumit.

-

Delvin berjalan menuju kelas X IPA 4 untuk meminta tolong pada adek sepupunya, Sheila. Dilihatnya Sheila sedang berjalan bersama dua orang temannya. Dengan setengah berlari Delvin menghampiri Sheila.

"Shei, lo bawa hoodie kan? pinjamin gue." Sheila mengangguk lalu menuju kelasnya dan mengambil hoodie abu-abu yang dibawanya.

"Buat kak Alecia lagi? Sekarang apalagi nih masalahnya? " Sheila menyodorkan hoodie itu dan dengan cepat diambil oleh Delvin. "Kepo banget lo." Delvin meninggalkan Sheila, "Btw, makasih." Delvin berlari menuju kelasnya yang tak jauh dari sini.

Sesampainya didepan pintu kelas, Delvin mengintip melihat keadaan kelas dan kini kelas sudah ramai, sebagian siswa sudah berada dikelas. Terlihat Nayla,sebangku Alecia sedang berbicara dengan Alecia. Nayla pergi meninggalkan kelas dan langsung dicegal oleh Delvin.

DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang