TUJUH

64 5 4
                                    

"Delvin, lo pulang duluan aja," kata Alecia saat melihat Delvin yang  menunggunya menyusun peralatan sekolah sesaat setelah bel pulang sekolah berbunyi.

"Kenapa?" tanya Delvin menaikkan alisnya penasaran.

"Mulai hari ini pelatihannya udah dimulai, gue tau lo gak bakal mau nungguin gue sampai selesai makanya  lo pulang duluan aja." Alecia memasukkan beberapa buku lagi kedalam tasnya.

"Emang gak mau nungguin," jawabnya santai. "Terus lo pulangnya gimana?" tanya Delvin lagi masih menatap Alecia.

"Kan ada gojek bos!" ucap Alecia sambil memamerkan handphone ditangannya. "Gue pulangnya aman kok, lo mending pulang terus makan," kata Alecia sambil tersenyum.

"Lo makannya gimana?"

"Ih, gak usah sok khawatir deh! Disono ada kantin tuh, diluar ada kfc. Sekarang lo pulang aja, kerjain Pr lo pliss. Gue mungkin gak bakal sempat ngerjain Pr lo lagi." Alecia mulai mendorong bahu Delvin agar mundur dan pergi dari hadapannya.

"Iya, gue cabut, gak usah main dorong-dorong." Delvin melepaskan tangan Alecia dari bahunya, lalu berjalan keluar kelas meninggalkan Alecia.

Alecia akan melakukan pelatihan olimpiade bersama empat orang teman lainnya. Mereka berlima akan bersaing sehingga menyisakan tiga orang untuk ikut olimpiade Matematika nantinya. Haidar termasuk salah satu orang yang ikut pelatihan olimpiade Matematika, oleh karna itu Alecia tambah semangat. Semenjak pertemuan mereka di kelas, mereka semakin sering bertukar pesan online dan saling menyapa jika berpapasan, apalagi Haidar orangnya ramah dan rendah hati membuat Alecia senang berteman dengannya.

Pelatihan olimpiade dilaksanakan bersama dengan guru pembimbing. Kelima murid tersebut ternyata sangat berkompeten membuat Alecia agak minder, namun ia akan kerja keras untuk menggapai mimpinya ini.  Pelatihan berjalan sangat kondusif sampai hari berganti petang lalu berganti malam.

Sudah pukul setengah tujuh malam dan pelatihan mereka baru saja selesai. Sangat tak terasa waktu yang dihabiskan oleh mereka. Matahari sudah terbenam dan hari sudah gelap, Alecia dan Haidar segera keluar dari ruangan hendak pulang.

"Cia, lo pulangnya gimana?" tanya Haidar dengan wajah letihnya, terlihat semangat diwajahnya sudah memudar.

"Pake ojol deh kayaknya." Alecia mulai memainkan handphonenya untuk mengecek aplikasi ojek onlinenya.

"Gue antar aja ya," tawar Haidar sambil tersenyum, diambilnya handphone Alecia lalu dimatikannya.

"Nanti ngerepotin elo." Alecia berucap serius namun dibalas kekehan oleh Haidar.

Haidar menarik tangan Alecia agar berjalan menuju parkiran, "Gue anter dan sama sekali gak ngerepotin," tegasnya.

"Ya udah deh, kalau lo maksa." Alecia pun bersedia diantar pulang oleh Haidar.

-

Kini Delvin tengah menunggu Alecia pulang, bukan lagi diteras melainkan didepan gerbang hitam rumah itu. Delvin menyilangkan tangannya sambil berdiri menunggu Alecia pulang. Hari sudah gelap, tak disangka Alecia akan pulang selama ini.

Setelah kurang lebih setengah jam menunggu didepan gerbang, akhirnya sebuah motor berhenti tak jauh dari pandangan Delvin.

Terlihat Alecia dibonceng oleh siswa yang kemarin bersamanya dikantin. Alecia tersenyum sambil menyerahkan helm kepada siswa tersebut. Melihatnya saja sukses membuat jantung Delvin berdetak lebih cepat, ia tak suka dengan apa yang dilihatnya kini.

Alecia melambaikan tangannya kepada Haidar saat Haidar akan berbalik arah, ia belum menyadari Delvin tepat dibelakangnya sedang menatapnya dalam.

Alecia berbalik dan berjalan masih dengan senyuman yang sama, lalu dilihatnya Delvin yang menyilangkan tangan sambil menatapnya tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang