3 - Kantin

56 5 0
                                    

Aku benci saat di mana rasa takut membuatku lemah.
-Arin

Setelah insiden tadi, Cia diantarkan Pak Botak menuju ke ruang Kapsek. Dan sekarang, dirinya tengah berjalan beriringan dengan Pak Botak menuju kelasnya barunya.

Sebenernya namanya bukan Pak Botak, tapi Cia lupa namanya. Dan kebetulan si bapak ini kepalanya botak, yaudah Cia panggil aja Pak Botak.

Cia melihat tulisan di sebelah pintu, XII IPA 2.

Aku gatau namanya apa. Pokoknya kayak papan gitu, dan ngegantung di sebelah pintu.

Baru saja sampai di depan kelas, suara gaduh dari dalam kelas terdengar begitu riuh. Semoga saja Cia betah dengan kelas barunya ini.

CENDOL DAWET SEGER!

SEGER APAAN?! BASI IYA

KAYAK JANJI MANTAN ASU!

GUBRAK!

BUG!

RAMA GOBLOK! SINI GAK LO!

KAU YANG TERAKHIR BAGIKU!!

HUOOO MELEPASKANMUUUU

LANJOT MANG!

ASEKKK!

SERRRR!

YAAMPUN KENAPA SUAMI GUE MAKIN HARI MAKIN GANTENG SIH?!

WOI! DIEM ELAH

EH NYONTEK PR DONG!

WOY! BAYAR KAS DULU ELAH!

BENDAHARA! ABSEN DULU YA! GUE GAK PUNYA DUIT!

HALAH! ALESAN! POKOKNYA BAYAR!

Cia menggelengkan kepalanya. Astaga ini kelas atau kebun binatang sih?

Begitu pintu kelas dibuka oleh Pak Botak, sontak suara gaduh itu lenyap. Semua siswa duduk rapi di tempat masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Botak.

"Pagi Pak!"

"Pak, kok tumben bawa bidadari? Biasanya juga bawa siksa kubur," celetuk siswa bangku paling belakang.

Kyaaaaa!

Bhahahahaha

Bully terosss! Gue dukung beribu-ribu persen

Bhakssss botak whaaaa!

Cia menahan tawanya agar tak pecah. Emang murid gaada akhlak! Masa sama gurunya gaada attutide?

"Sudah, diam kamu!" sentak Pak Botak membuat sorakan itu berhenti.

"Nak, perkenalkan diri kamu," ucap Pak Botak kepada Cia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEFENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang