Saya tidak suka pacaran, saya sukanya langsung berkomitmen dengan kamu saja.
;
Juni, 2018
"Abina?"
"Iya, saya."
Perempuan kurus berpakaian rapi mengacungkan tangan dari arah belakang. Sang guru, mencoba memincingkan mata untuk melihat lebih jelas rupa perempuan itu.
"Kamu anak pindahan Abina?"
"Iya pak."
Singkat namun terdengar tegas yang mengisyaratkan ia percaya diri.
"Abina saja? Tidak ada nama belakang?"
Lagi - lagi guru itu bertanya keheranan. Bukankah aneh jika anak jaman sekarang tidak mempunyai nama belakang?
"Tidak ada pak, Abina saja."
Ucapan Abina yang terdengar sedikit dingin membuat beberapa mata memandangnya jenuh.
"Baiklah. Saya lanjutkan ya."
Sejujurnya ini sudah hampir sebulan Abina berada di sekolah barunya. Tapi ia belum berhasil mendapat teman, bahkan teman sebangkunya saja ia tidak kenal siapa.
Cukup wajar sebenarnya, mengingat Abina bukanlah anak yang terbuka terhadap orang lain. Lahir dari keluarga yang kurang sempurna menjadikan Abina pribadi yang pendiam dan murung. Ayahnya bersikap kurang baik pada keluarganya, ibunya sering pulang malam tanpa ia tahu asalannya.
Cukup lama ia menahan semua itu, sampai pada titik kedua orang tuanya bercerai. Ada rasa bahagia menyeruak didalam dadanya. Ia bebas. Sekarang ia bisa bebas dari kurungan mereka. Nyatanya tidak semudah itu, bayangan ibu dan ayahnya membuat Abina takut berinteraksi dengan orang lain.
Tahun ini ia ikut ayahnya ke kota besar ini, entah kenapa ia memilih ikut sang ayah. Mungkin ia sudah terlanjur benci dengan ibu yang pernah hampir membunuhnya, dulu.
"Stop Abina, jangan mikirin itu lagi!"
Abina sedikit bergumam tidak jelas yang menyebabkan teman sebangkunya menatapnya heran.
Abina tidak peduli. Terserah ia ingin dicap aneh atau lainnya, yang penting mereka semua tidak boleh tau masa lalu Abina.
. . .
"Abina! Eh bener Abina ya?"
Sekelompok perempuan di ujung meja kantin memanggil Abina yang hendak membeli minuman.
"Iya, bener."
Abina menjawab seadanya, bukan tidak suka atau apa. Ia hanya malas meladeni perkumpulan tidak punya tujuan dan hanya suka membicarakan orang lain. Menurutnya itu membuang waktu, dan tidak berguna.
"Gausah sok dingin gitu dong, sini gabung sama kita!"
Jangan kira itu ajakan. Itu adalah perintah. Dari yang Abina tau, mereka semua merupakan anak - anak tersohor di sekolahnya. Hah tentu saja, setiap sekolah pasti mempunyai murid seperti itu.