3. EPISODE 3

41 5 4
                                    

Besok adalah hari keberangkatan kami hijrah kembali ke pulau Sumatra. sedari kemarin kami sudah mulai berkemas barang yang akan dibawa. Setelah melakukan perundingan dengan Teh Syanum dan Kang Busrah yang juga dipindah tugaskan kami sepaket untuk mengendarai mobil. Akan memakan waktu yang lama dan melelahkan, terlebih Mutia yang masih sangat kecil pasti akan rewel karna bosan. Mas Akbar sudah menyarankan agar aku dan Mutia naik pesawat saja, tapi mana mungkin aku merelakan orang yang kusayangi sendiran. Kekhawatiranku pada keberangkatan besok membuatku sulit memejamkan mata.

" belum tidur sayang?" mas Akbar terbangun mendengar suara pintu yang terbuka dan menyusulku ke ruang keluarga.

" mas, sini. Mau dibuatin coklat hangat juga?"

" sayang kenapa? cerita ke mas sini?" direngkuhnya tubuhku supaya aku dapat bersandar kedada bidangnya.

" cuma belum ngantuk aja kok mas" aku mencoba berbohong sedangkan aku tau pasti mas Akbar tidak akan mempercayainya.

" Tengah malam? coklat hangat? sendirian? masih mau berkilah baik-baik saja? 2 tahun pernikahan memang belum mampu membuat mas mengenali lebih dalam, tapi sedikit banyaknya mas sudah tau adek itu bagaimana"

" grogi aja mungkin . ngeliat tumpukan barang yang mau dipindahkan, berat juga rasanya ninggalin rumah ini mas. Teringat juga gimana perjuangan melahirkan buah hati kita dirumah ini"

" semua tempat hanya persinggahan dek" dengan lembut mas Akbar membelai rambutku yang hanya sebahu ini.

" bukankah dunia juga hanya tempat persinggahan kan? sejatinya kita memang hidup tapi bukan untuk mati. Tetapi untuk hidup kembali diakhirat nanti. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ sudah jelaskan sebenarnya apa yang harus kita khawatirkan? tujuan Allah menciptakan mas, menciptakan sayang dan makhluk yang lain ndak banyak cuma supaya kita beribadah udah itu aja. ngapain mengkhawatirkan yang lain kalau ibadah kita masih melempem kan?" aku hanya tersenyum.

" Mas bener, kalau kita boleh berandai-andai. Seandainya adek dulu yang dijemput sama tukang ojeknya Allah gimana?" aku teramat seram jika mengucapkan nama malaikat Izrail karena bayangan kematian terasa semakin dekat jika menyebut namanya.

" hmm mas ya nikah lagi lah haha" 

Aku otomatis cemberut mendengar jawabannya. Padahal tadi pagi aku  membaca salah satu postingan seorang saudara seiman di media sosial tentang pertanyaan yang sama dan suaminy mengatakan akan berjihad ke Palestina dan menghabiskan sisa umurnya disana. Romantis bukan? setidaknya menurutku begitu. 

" kenapa sayang tanya seperti itu?"

" mastikan aja sayang setia atau ndak" aku masih kesal dengan jawaban mas Akbar.

" sayang kenal bunda Khadijah?"

" kenal dong, siapa yang ndak kenal sama ummul mukminin yang keindahan akhlaknya membuat iri semua wanita"

" kapan kenalannya? haha" 

" Mas ih" mukaku memerah, iya juga ya kapan kenalannya? Mas Akbar masih menggodaku yang sedang konsisten cemberut ini.

" pernah ndak dalam sirah atau suatu riwayat yang sayang baca bunda Khadijah bertanya hal seperti itu pada Rasulullah?"

"hmm" aku kehabisan kata. kami memang sudah sepakat untuk menjadikan Rasulullah dan para istri sebagai kiblat dalam berumah tangga. Pernah pada suatu hari aku uring-uringan dan bahkan mogok makan karena berat badanku naik drastis, sampai-sampai dagu seolah menjadi dua dan dengan santainya mas Akbar berkata bahwa tidak semua istri Rasullah cantik dan langsing. 

" Saudah binti Zam'ah seorang janda yang bertubuh gemuk dimuliakan Allah untuk menjadi istri Rasulullah. Beliau tidak kepikiran diet tuh kan sayang? Beliau sosok yang periang yang mampu membawa suka cita bagi sekelilingnya. Nah, disini apa yang perlu dijadikan pelajaran? akhlak yang terpuji. percuma sayang diet ketat untuk tubuh langsing, tapi waktu suaminya makan tidak mau nemenin karena alasan takut tergoda. jatuhnya malah ndak baikkan?"

EPISODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang