Terkadang, hidup memang menyakitkan dan tak selalu menyangkut dengan kata bahagia. Namun, mati pun bukanlah pilihan yang benar.
)00(
Hembusan angin menerpa wajah tampan seorang Kim Seokjin. Jam telah menunjukkan pukul 5:30. Sudah lebih satu jam ia duduk sendirian di tepi pantai, udara yang dingin bahkan tak terpengaruh pada dirinya saat ini.
Lelah,
Itulah yang ia rasakan sekarang. Pikiran Seokjin masih terbawa dalam lamunan, entah kenapa ia tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Beban pikiran nya sudah menumpuk, hingga Seokjin tak sanggup untuk memikirkan apa pun lagi.
"Haruskah aku akhiri sekarang?," Gumam Seokjin pada diri sendiri. Ia mengedarkan pandangan nya keseluruh pantai, tidak ada orang satu pun. Hingga pandangan nya terhenti pada objek yang ia lihat sekarang.
Di sebelah kanan, pada bebatuan besar ada seseorang berdiri disana. Pemuda yang ada di atas batu tersebut menatap Seokjin sekilas, membuat Seokjin menyerngit bingung. Seokjin berusaha untuk tidak peduli. Tapi ia tak bisa, karena bayangan pemuda yang ingin bunuh diri itu terpampang jelas dalam pikiran nya.
Seokjin dapat membaca pikiran orang lain, karena itulah ia tau bahwa pemuda di seberang sana ingin bunuh diri. Seokjin berusaha menutup mata agar bayangan dari pemuda diseberang sana tak terlihat lagi dalam pikiran nya.
Tapi gagal, ia pun mulai membuka mata kembali. Melihat pemuda yang berada diseberang sana berjalan perlahan hampir sampai ditengah laut. Dengan frustasi, Seokjin berlari kearah pemuda tersebut, menarik tangan pucat itu hingga kembali ke tepi pantai.
"Apa yang kau lakukan?, kau sudah gila ya?!." Teriak Seokjin pada pemuda pucat tadi, yang masih menunduk seperti kehilangan kesadaran.
"Hey, kau bisa mendengarku?." Melihat tidak ada respon dari pemuda di depan nya, Seokjin pun mulai mengguncangkan tubuh pemuda tersebut, mencoba untuk menyadar kan. Tapi tetap saja, pemuda itu masih diam tanpa bergerak sedikitpun.
Hingga, tubuh yang Seokjin pegang jatuh ke tanah. Membuat Seokjin panik. "Hey, bangunlah!," sambil menepuk pelan pipi pemuda tersebut. Melihat tidak ada tanda-tanda kesadaran, ia pun memutuskan untuk mengangkat pemuda pucat itu ke pundaknya.
Lalu, dengan tergesa-gesa Seokjin melangkahkan kaki menuju ke rumah nya yang tidak terlalu jauh dari pantai tersebut. Hingga 10 menit kemudian, ia pun sampai dan langsung membawa pemuda pucat tersebut kedalam kamar dan ia baringkan tubuh pemuda tersebut.
Setelah itu ia menelepon seseorang. "Paman, aku butuh bantuanmu. Bisakah paman datang kesini sekarang juga?." Setelah mendengar jawaban dari seberang sana, Seokjin pun berterima kasih dan menutup sambungan telepon.
15 menit telah berlalu, sampailah orang yang di tunggu Seokjin. Dapat ia lihat pria paruh baya yang menggunakan jas dokter tersebut menyerngit bingung melihat pemuda pucat yang tertidur di ranjang Seokjin.
"Siapa dia Seokjin-ah?" Tanya dokter tersebut, sekaligus paman Seokjin yang telah dipercaya untuk menjadi dokter pribadi keluarga Kim.
"Nanti akan aku jelaskan paman. Tolong periksa dia, mungkin ada yang terluka saat dia jatuh tadi."
"Baiklah"
Setelah menuntaskan tugasnya, pria paruh baya tersebut keluar bersama Seokjin menuju ruang tamu, meninggalkan pemuda pucat tadi yang masih tertidur lelap.
"Jadi, bisa jelaskan siapa dia?" tanya pria paruh baya tersebut kepada Seokjin.
"Aku juga tidak tau paman, tadi aku menemukan nya ingin bunuh diri di laut."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sea : Let Us Free
FanfictionAneh, Itulah yang tersemat pada diri mereka. Mereka bertujuh dianggap aneh karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Ralat, mungkin bukan kelebihan tapi, orang-orang disekitar mereka menyebutnya sebagai kekurangan. Nam...