Rasa kecewa terkadang dapat membuatmu mengerti, mana yang benar-benar peduli denganmu dan mana yang tidak.
)00(
Jam menunjukkan pukul 4:00, Yoongi keluar dari rumah-nya dengan rasa kecewa. Masih jelas dalam ingatan-nya, Kata-kata ibunya membuat hati Yoongi sakit.
"Yoongi, bisakah kau pergi dari sini?. Ibu minta maaf, tapi semua ini demi kebaikan keluarga kita. Ibu tau bukan kau yang membuat kakak mu terluka. Tapi, Suga yang melakukan nya. Jadi, jika kau pergi dari sini, keluarga kita akan aman." Itulah kata-kata dari ibunya yang membuat Yoongi kecewa.
Yoongi tertawa hambar, ketika mengingat ucapan ibunya. Dia telah diusir oleh keluarganya sendiri, demi keamanan keluarga?. lalu, apakah dia bukan bagian dari keluarga ini?. Itulah yang sering Yoongi tanyakan pada dirinya sendiri.
Apakah ia sangat berbahaya, hingga keluarganya takut terluka karena dirinya. Dan tentang melukai kakaknya, itu memang bukan keinginan nya.
Tapi, itu adalah keinginan dari kepribadian gandanya. Yaitu Suga, yang memiliki sifat pemarah, bertindak dengan kekerasan, tidak bisa berpikir dengan jernih dan selalu ingin mengakhiri hidupnya. Sangat berbanding terbalik dengan Min Yoongi, yang mempunyai sifat dingin, cuek, tapi baik hati dan penyayang.
Dulu, ia bukan orang yang seperti itu. Hidupnya dulu biasa-biasa saja dan normal seperti orang pada umum-nya, tapi semenjak umur-nya beranjak 10 tahun, ia mulai merasa stres berat. Hingga ia memiliki kepribadiaan ganda. Apapun yang ingin Yoongi lakukan, orang tua-nya selalu menentang dan tidak setuju.
Di umur 9 tahun, ia pernah bermimpi ingin menjadi seorang pemain piano yang handal. Ia mulai belajar main piano selama 3 bulan. Namun, orang tuanya mengetahui hal tersebut. Hingga ia diberhentikan dari les piano yang ia ikuti. Orang tuanya mengatakan, hanya dengan bermain piano tidak akan menghasilkan uang yang banyak.
Orang tua Yoongi ingin ia berkerja kantoran, seperti pekerjaan ayah-nya. Ia tau dan mengerti, bahwa orang tuanya ingin yoongi mendapatkan pekerjaan yang pasti, seperti impian mereka. Tapi, ia juga berhak menentukan apa yang ingin ia raih.
Dan disaat umur Yoongi beranjak 13 tahun, beban pikiran-nya mulai bertambah. Hingga ia mencurahkan isi pikiran-nya dalam bentuk tulisan. Terlihat sedikit aneh mungkin, berpikir bahwa yang seperti itu hanya di lakukan oleh perempuan. Namun menurut Yoongi, itu hanya pikiran yang ingin ia sampaikan pada dirinya. Bukan diary yang ingin ia pendam.
Disaat ia stres dan frustasi, kepribadian gandanya akan keluar tanpa ia minta. Seperti saat ini, kesadaran Yoongi mulai menghilang. Tapi, masih bisa mendengar bisiskan kecil dalam dirinya. "Kau lihatlah, mereka telah mengusirmu. Kau tidak dibutuhkan lagi disini. Jadi, lebih baik kita akhiri sekarang juga bersama."
"Tidak, mengakhiri hidup tidak akan menyelesaikan segala masalah." Ujar Yoongi menggeleng, meyadarkan dirinya agar tidak terpengaruh. Tapi, Yoongi gagal mengontrol dirinya. Hingga beberapa detik kemudian kesadaran-nya telah hilang sepenuhnya.
●●●
Diluar, mulai terlihat terang. Sinar matahari masuk kedalam disaat gorden terbuka, membuat Yoongi tersadar dari tidurnya. Pemuda itu mengerjap kecil ketika menyadari bahwa dia berada ditempat asing.
Ia bangun perlahan, melihat sekeliling ruangan. Hingga tatapan-nya terhenti pada sesosok pemuda berbahu lebar, berdiri tidak jauh darinya di dekat jendela.
"Aku ada dimana?," tanya Yoongi pelan pada pemuda berbahu lebar tersebut.
"Oh, kau sudah bangun ternyata. Ini rumahku," ujar pemuda di depan-nya, membuat Yoongi menyerngit bingung.
"Kau siapa? lalu, bagaimana bisa aku ada di rumah mu?," tanya Yoongi masih terlihat bingung, menuntut penjelasan.
"Kau tidak ingat?, tadi pagi kau hampir saja bunuh diri di laut." Yoongi mengkerutkan keningnya bingung, memperhatikan seseorang di depan-ya, memastikan bahwa orang tersebut sedang tidak berbohong. Tapi, sepertinya apa yang dikatakan itu memang benar. Membuat tenggerokan Yoongi sedikit tercekat.
"A-ku bunuh diri?, tapi kenapa?. Mungkinkah....Suga." gumam Yoongi di akhir kata. Karena terus mendapat pertayaan dari pemuda tersebut, Yoongi pun beranjak dari ranjang ingin keluar, tetapi sesuatu menahan tangan-nya hingga ia di suruh duduk kembali dan pemuda berbahu lebar itu juga menyuruh-nya untuk makan.
Bingung, itulah yang Yoongi rasakan saat ini. Bagaimana tidak, ia tidak di izinkan keluar jika dia belum makan. Padahal mereka baru pertama kali bertemu, tapi kenapa pemuda di depan nya terlihat begitu mengkhawatirkan nya.
Sedangkan dirinya sendiri tidak terlalu peduli dengan pola makan nya. Ada rasa hangat yang menjalar di hati Yoongi, berpikir masih ada seseorang yang peduli dan mengkhawatirkan nya, walaupun hanya orang asing.
Yoongi akhirnya menurut, memakan bubur dengan tenang, hingga pertayaan yang sama kembali dilayangkan kepadanya. Sedikit terganggu, ia hanya menjawab singkat. Tidak mungkin juga ia berkata jujur bahwa yang bunuh diri tadi bukan dirinya, tapi kepribadian ganda yang ada di dalam tubuh-nya.
Jika benar-benar ia mengatakan itu, bisa-bisa pemuda berbahu lebar tersebut menertawakan nya dan menganggap Yoongi gila. Setelah habis memakan bubur, Yoongi pun pamit. Tapi, langkah nya terhenti di saat pemuda di depan nya memperkenalkan diri secara tiba-tiba, sebagai Kim Seokjin.
Lagi-lagi Yoongi dibuat bingung, ia berpikir jika mereka mungkin tidak akan bertemu lagi. Jadi tidak perlu memperkenalkan nama. Tapi, perkataan-nya tersebut membuat pemuda berbahu lebar yang bernama Kim Seokjin itu cemberut. Sambil berjalan keluar, Yoongi merasa sedikit bersalah.
Belum sampai pintu keluar, Yoongi pun berbalik. "Terimakasih telah menyelamatkan ku," ucap Yoongi sambil tersenyum. "Dan namaku Min Yoongi." Setelah mengatakan itu, Yoongi dapat melihat senyum terukir di bibir pemuda yang bernama Kim Seokjin tersebut.
Akhirnya, Yoongi benar-benar meninggalkan rumah megah Kim Seokjin. Berjalan perlahan menyusuri sepanjang jalan yang ia temui. Karena tidak tau harus pergi kemana, ia pun memutuskan untuk ke laut.
Entah kenapa, hatinya berkata ingin pergi ke laut. Namun, ia kesana bukan untuk bunuh diri seperti tadi pagi, tapi ingin menenangkan pikiran-nya. Yoongi merasa, laut adalah tempat yang tepat untuk menjernihkan stres yang tengah ia alami. Walaupun tadi, hidupnya hampir berakhir di laut.
Sesampai di sana, Yoongi duduk termenung di tepi pantai sambil menatap langit, bersandar pada bebatuan. Dengan halus, angin menerpa wajah pucatnya. Membuat hati Yoongi merasa sedikit tenang, walaupun pikiran nya melayang entah kemana.
Yoongi menutup mata, merasakan kantuk yang mulai menyerang. Padahal tadi ia baru saja bangun dari pingsan, saat dirumah Seokjin. Dan sekarang ia ingin tidur lagi, mungkin karena beban pikiran nya terlalu berat hingga ia tidak sanggup memikirkan lagi, karena itu ia perlu mengistirahatkan pikiran dan tubuh-nya.
Suara dering pensel mengalihkan atensi Yoongi. Ia mengarahkan pandangan ke arah suara, melihat seseorang pingsan agak jauh darinya dengan tangan memegang ponsel. Ingin menolong tapi, terlebih dulu tubuh itu dibawa oleh seorang pemuda yang berlari khawatir, sambil mengangkat pemuda yang pingsan tadi pergi meninggalkan laut.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sea : Let Us Free
FanfictionAneh, Itulah yang tersemat pada diri mereka. Mereka bertujuh dianggap aneh karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Ralat, mungkin bukan kelebihan tapi, orang-orang disekitar mereka menyebutnya sebagai kekurangan. Nam...