Jangan terpengaruh oleh perkataan orang lain, karena pada dasarnya mereka tidak tau apa yang sedang kita alami.
)00(
Jimin menatap gelombang air yang sedang menerpa kakinya. Begitu menyenangkan bagi Jimin, saat melihat gelombang air laut yang menghampiri kakinya dengan sedikit kasar. Ia sangat suka dengan sensasi seperti ini, saat sesuatu menghampirinya tanpa diminta dan bahkan dapat menenangkan hatinya yang sedang kacau.
Hembusan angin juga menghampiri wajah nya dengan lembut, mungkin?. Walaupun ia tak merasakan angin tersebut. Seakan-akan angin tersebut terbang ke arahnya dan pergi dengan membawa segala beban yang tengah ia alami, jauh hingga tak terlihat lagi olehnya.
Namun, itu semua hanyalah anggapan Jimin semata. Nyatanya, hembusan angin itu tak dapat menghilangkan beban yang tengah ia alami. Tapi, hanya dapat menenangkan sedikit kekhawatiran dirinya.
Kakinya mulai terlihat sedikit pucat, karena terlalu lama berada di air. Namun, itu semua tak menghentikan Jimin, yang masih setia berdiri di sana. Ia masih ingin melihat beberapa gelombang yang menghampiri kakinya.
Jimin mulai menutup matanya sejenak, mencoba menenagkan beban pikiran nya. Setelah merasa cukup, ia mulai membuka matanya kembali. Membalikkan tubuhnya pergi meninggalkan gelombang air yang sudah membelakanginya.
Ia melangkahkan kaki pelan, menelusuri jalan di tepi pantai. Hingga sesuatu terlempar kearahnya. Lalu, Ia menatap ke bawah, ada sebuah batu yang tak terlalu besar di samping kakinya.
Jimin pun mengalihkan pandangan ke samping, beralih pada seorang pemuda yang duduk sambil menatap dirinya. "Maaf, aku tidak sengaja," ucap pemuda itu. Lalu kembali pada aktivitasnya tadi, melemparkan batu kearah laut secara berturut-berturut.
Jimin mengalihkan langkahnya, yang tadinya berjalan kedepan, namun berbalik arah ke samping kiri tepat pada pemuda tadi yang masih terduduk dengan aktivitas seperti yang dilakukan sebelumnya.
Tangan Jimin terulur untuk menghentikan pergerakan tangan pemuda yang sedang berada di depan nya. Ia menggenggam pergelangan tangan tersebut, lalu menatap pemuda itu. "Hentikan, kau bisa saja melukai orang lain dan menyakiti makhluk hidup yang ada di laut."
Pemuda itu menatap jimin tak suka, lalu menghempaskan tangan Jimin dengan sedikit kasar. "Apa pedulimu? Aku 'kan sudah minta maaf padamu, kau juga tak terlihat kesakitan saat terkena batu tadi. Jadi, jangan sok menceramahiku tentang rasa sakit."
Jimin terpaku, karena kata-kata yang keluar dari pemuda itu. Ia agak sensitif jika mendengar kata yang mengatakan bahwa ia 'tak merasakan sakit' saat terkena batu atau benda tajam sekalipun. Walaupun pada keyataan, ia memang tak bisa merasakan apapun.
Pemuda itu berdiri, lalu melangkahkan kakinya ingin beranjak pergi dari hadapan Jimin. Namun Jimin menahan tangan pemuda itu. Lalu, untuk ketiga kalinya mata mereka saling bertemu.
"Aku memang tak bisa merasakan rasa sakit, tapi bukan berarti aku tak mengerti dengan rasa sakit." Jimin melepasakan tangan pemuda itu, dapat ia lihat pemuda di depan nya menatap Jimin penuh tanda tanya. Jimin tau, pasti pemuda itu bingung dengan ucapan nya.
Tak ambil pusing dan tak ingin menjelaskan apapun, Jimin memutuskan pergi dari sana. Namun, sebelum langkahnya semakin jauh, ia masih dapat mendengar kata 'menyebalkan' keluar dari mulut seorang di belakangnya.
Tak peduli, Jimin masih saja melangkahkan kaki pergi dari laut. Ia tak sakit hati dengan kata menyebalkan, karena pada dasarnya orang-orang memang sudah menganggapnya menyebalkan.
Ia pun tak tau kenapa semua orang menganggap dirinya menyebalkan. Padahal wajahnya tidak terlihat seperti orang jahat, ia terlihat manis dan imut. Dan suaranya lembut, jika dilihat ia seperti tidak bisa marah kepada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sea : Let Us Free
FanficAneh, Itulah yang tersemat pada diri mereka. Mereka bertujuh dianggap aneh karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Ralat, mungkin bukan kelebihan tapi, orang-orang disekitar mereka menyebutnya sebagai kekurangan. Nam...