21 [Ending]

1.7K 157 33
                                    

Lagi-lagi ayah tidak bisa pulang kesini menemaniku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi ayah tidak bisa pulang kesini menemaniku.

Tour, tour dan tour selalu saja hal itu yang dilakukannya.

Tidak sadarkah dia kalau berada di rumah sakit seharian untuk waktu yang sangat lama terasa sangat menyebalkan?

Hanya ada paman Taehyung, kakak ayah yang menjagaku. 

Paman Taehyung juga berada dalam band, namun dia tidak sesibuk ayah.

Kurasa ayah memang manusia sok sibuk.

Sudah tau anaknya sekarat di rumah sakit, dia tetap saja melaksanakan tour.

Yah, walaupun disini aku ditemani kakek, nenek dan paman Taehyung tapi tetap saja rasanya benar-benar berbeda jika tidak ada ayah.

Ayah selalu bohong padaku bahwa dia bercerai dengan ibu.

Tapi aku sudah tau bahwa ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Entah mengapa aku bisa merasakannya. Tanpa seseorang memberitahu ku, sejak 5 bulan yang lalu aku masuk ke rumah sakit dan mulai hidup disini, aku sadar bahwa ibu tidak bercerai dengan ayah.

Tapi ibu meninggalkan ayah.

Dia sudah pergi duluan ke surga.

2 bulan terakhir, aku merasa bahwa perjuanganku sia-sia.

Aku merasa tidak ada harapan lagi untukku.

Bahkan puluhan e-mail yang ku kirimkan pada ayahpun tak ada satupun yang dibalas.

Padahal semua e-mail yang ku kirimkan memiliki isi yang sama, menanyakan bagaimana kisah cinta ayah dan ibu dulu, mulai dari mereka bertemu pertama kali sampai akhirnya bercerai seperti yang ayah dustakan padaku.

Hey Choi Yeonjun tua bangka, kau fikir aku tidak tau kalau selama ini kau membohongiku? Cih.

"Seojun, ayo saatnya melakukan kemoterapi."

Paman Taehyung datang bersama dengan beberapa petugas rumah sakit, salah satu diantara mereka membantuku bangkit dan membantuku duduk di kursi roda untuk dibawa ke ruang kemoterapi.

"Paman, apa ayah sudah membalas e-mailku? Jangan-jangan dia lupa ulang tahunku?" tanyaku pada paman Taehyung saat ini berjalan disamping kursi rodaku.

"Perbedaan zona waktu. Disini tanggal 10 jam 5 pagi, di Amerika masih jam 1 siang tanggal 9 Seojun. Ayahmu tidak akan lupa, dia pasti akan membalas seluruh e-mailmu. Kau hanya perlu bersabar." 

Inilah yang ku sukai dari paman Taehyung.

Dia selalu menguatkanku.

Sedangkan Choi Yeonjun? Ayah macam apa dia masa hari ulang tahun anaknya sendiri tidak ingat.

Aku tau ayah bekerja keras untuk membayar semua biaya pengobatanku.

Tapi tidak bisakah sekali saja di hari ulang tahunku dia singgah?

Bahkan membalas e-mailku saja dia tidak bisa.

Aku melepaskan hoodie yang menutupi kepala botakku. Tetap duduk di atas kursi roda sambil menghadap cermin yang ada di ruangan tempat biasa aku dikemoterapi.

Semakin hari bibirku semakin memutih, bahkan tidak ada lagi rambut yang menghiasi kepalaku.

Aku sudah menjadi seperti mayat hidup, botak, jelek dan bau.

Setelah melakukan kemo, aku memaksa paman Taehyung untuk memberikan iPhone ku. Padahal aturannya adalah tidak boleh kontak dengan gadget apapun setelah kemo.

Setelah melalui fase muntah-muntah luar biasa seperti biasanya, aku ngotot meminta iPhoneku pada paman Taehyung. Dengan nafas terengah-engah aku berbaring sambil mencoba mengunlock screen iPhone ku, tapi rasanya berat sekali. Lemas.

Tanpa ku minta, paman Taehyung dengan wajah sedihnya merebut iPhone itu dariku, ia mengunlock screennya dan mengecek e-mail.

Dia selalu bisa membaca fikiranku dan tau yang akan ku lakukan.

Ayah sudah membalas e-mailku. Aku tersenyum senang karenanya, mencoba membacanya sendiri, namun paman Taehyung melarangku.

Jadilah dia yang membacakan seluruh isi e-mail balasan ayah dengan air matanya yang berlinangan di saat-saat terakhir.

"Jangan menangis paman." Aku meraih pipinya dan menghapus air mata yang membasahinya dengan jemari tangan kananku. Tangan yang terpasang beberapa selang yang dimasukkan dan menyambung ke dalam pembuluh darahku.

"Paman," panggilku.

"Ya Seojunaa?" 

Aku bisa melihat air mata paman Taehyung menetes terus-menerus saat itu. Ia mencengkeram tepian tempat tidur, tempatku berbaring di ruangan intensif khusus penderita kanker ini. Sambil sesekali mengusap air matanya yang terus mengalir.

"Kalau ayah pulang, katakan padanya aku menyayanginya, dan terima kasih telah jujur atas semuanya."

Setelah mengucapkan itu, paman Taehyung semakin menangis tersedu, namun suaranya semakin melemah dan tak terdengar telingaku.

Aku mulai tidak bisa merasakan kakiku.

Rasa dingin luar biasa merayapi tubuhku dari kaki hingga menuju ke perut dan dadaku.

Aku kesulitan menghirup oksigen, meskipun selang-selang penyalur oksigen dari tabung terpasang di hidungku.

Mataku sangat berat, nafasku tertahan, tubuhku dingin seolah mulai membeku.

Sayup-sayup aku melihat seseorang memakai pakaian putih berdiri di belakang paman Taehyung.

Ibu.

"Ibu, akhirnya aku bisa bertemu denganmu."




THE END

______________________

a/n hai, cerita ini sudah ditulis Josie tahun 2016 dalam waktu satu hari. Jadi maaf ya kalo singkat. Sekarang gue republished lagi cuma ganti tokoh doang.

Terinspirasi dari lagu di mulmed, baca aja liriknya kalo ngga suka musiknya.

Terima kasih sudah membaca cerita ini. Selain cerita ini, ada juga cerita Soogyu dengan judul Props & Mayhem.

Kalau kalian suka cerita semacam ini, silahkan cek works ya.

thanks,

Josie

Terrible Things ✦ YeongyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang