Lima

197 40 2
                                    

Pagi hari yang sama kembali datang. Cerah dan dinginnya pun seperti biasa. Hanya saja, bagi Choi Soobin pagi hari ini terasa jauh berbeda dan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

Jika biasanya Soobin akan bangun pada tempat yang berbeda dan dibangunkan paksa oleh orang asing, kali ini ia bangun di sebuah ranjang empuk dan tanpa paksaan siapapun.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa tidur dengan perasaan tenang dan nyaman. Itu semua berkat kakak penolong kesayangannya, Choi Yeonjun.

Soobin melirik jam dinding yang ada. Jarum panjang berada di angka tujuh dan jarum pendek mendekati enam.

Meski ia memang tidak ditugaskan untuk memasak, tapi Soobin tetap harus bangun pagi. Banyak hal yang bisa ia lakukan, menyapu misalnya.

Karena itu, setelah ia bangkit dari ranjang, Soobin segera masuk ke kamar mandi sebelum Yeonjun bangun.

Setelah mengambil handuk dan pakaian ganti, Soobin membuka pintu kamar. Di saat bersamaan, ia berpapasan dengan Yeonjun yang telah membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

"Oh? Kakak sudah bangun? Aku kira aku yang bangun lebih dulu." Soobin mendesah kecewa.

"Aku sudah biasa bangun pagi. Mandi sana."

"Siap."

Sambil menunggu Soobin selesai mandi, Yeonjun menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Saat pagi hari, biasanya Yeonjun hanya akan memakan dua lembar roti tanpa olesan apapun. Bukan Yeonjun setidak mampu itu, dia hanya terlalu malas untuk sarapan dengan menu seperti orang-orang pada umumnya. Lagipula, Yeonjun tinggal sendiri. Ia tidak ingin terlalu ribet.

Namun, sekarang dia memiliki penghuni lain yang tinggal bersamanya. Setidaknya, Yeonjun akan menyiapkan sarapan yang terlihat layak di mata pemuda itu.

Yeonjun membuka lemari dapur, melihat apakah masih ada roti yang tersedia. Dan syukurlah, masih ada beberapa lembar roti yang tersedia.

"Pulang nanti aku harus beli persediaan roti," ucap Yeonjun seraya melepaskan penjepit bungkus roti.

Ia meletakkan dua lembar roti pada masing-masing piring. Untuknya dan Soobin. Setelah itu, ia mengambil botol kaca selai coklat yang masih tersisa banyak. Yeonjun mengamati botol itu dengan serius.

"Untung masih lama." Yang Yeonjun maksud adalah masa kedaluwarsa selai coklat tersebut.

Setelah mengoleskan selai pada roti di kedua piring, Yeonjun menyiapkan teh hangat sebagai minumannya. Ia tidak memiliki susu bubuk. Lagipula, Yeonjun jarang minum susu. Selain baginya lumayan mahal, ia sudah cukup beruntung bisa makan tanpa melengkapi 4 sehat 5 sempurna.

Semua sudah siap, namun Soobin belum kunjung selesai. Jadi, Yeonjun putuskan untuk kembali ke kamar dan mempersiapkan dirinya sebelum berangkat bekerja. Shiftnya dimulai pukul tujuh, tapi lebih baik datang terlalu awal daripada terlalu mepet.

Saat Yeonjun keluar, Soobin sudah duduk tenang di kursi makan. Sama seperti saat pertama kali Yeonjun memberinya makan.

"Dari tadi?" Yeonjun menghentikan Soobin yang memandangi roti di piring dengan antusias.

Pemuda itu menoleh, lalu menggeleng. "Tidak."

Yeonjun mengambil duduk dihadapan Soobin. Ia memandang heran pemuda tinggi itu.

"Ada apa? Ada yang aneh dengan rotinya?" tanya Yeonjun.

Soobin mendongak dan menjawab, "Ah, tidak."

Mendengar jawaban Soobin, Yeonjun tak ambil pusing. Setelah mempersilahkan untuk makan, mereka berdua makan dengan tenang. Tak ada percakapan satupun diantara keduanya. Namun, dari raut wajah Soobin, pemuda itu tampak bahagia.

Yellow LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang