Sebelas

110 32 1
                                    

Sapu yang tergeletak tak berdaya di lantai, beberapa buku berceceran dan sedikit kusut, bantal kecil di sofa yang baru mereka beli terpencar ke tempat lain—di lantai, meja ruang tamu, bahkan sampai meja makan, kursi makan pun tak berdiri dengan semestinya.

Ya Tuhan, apa yang terjadi? batin Yeonjun risau.

Yeonjun tak tau apa yang terjadi. Saat ia memasuki rumah dan mengucapkan salam seperti biasa, pemandangan tak sedap itulah yang pertama kali ia lihat. Ia memerika sekelilingnya, melihat apakah ada barang yang hilang. Dalam artian, apakah ada pencuri yang memasuki rumahnya? Namun, semua benda masih berada di tempatnya. Tak ada satupun yang kurang.

Lalu, ia teringat Soobin.

"Apa dia baik-baik saja?!" Yeonjun semakin risau. Ia melangkah cepat, hendak mencari keberadaan remaja tinggi itu.

Hanya tiga langkah ia melangkah, sosok yang ia cari datang mendekat.

"Kak Yeonjun, selamat datang," sapanya dengan ceria seperti biasa.

Yeonjun diam memperhatikan Soobin dari atas sampai bawah. Dirasa tak cukup, ia memutar tubuh Soobin, melihat secara teliti untuk memastikan bahwa tidak ada luka sedikitpun. Bahkan ia menyingkap kaos lengan pendek yang Soobin kenakan untuk melihat apakah terdapat luka di area dada dan perut.

Yang dikhawatirkan merasa bingung dengan tingkah Yeonjun. Soobin pasrah dengan segala yang Yeonjun perbuat. Ia hanya menutup mulut sampai pemuda itu selesai dengan tindakannya.

Setelah memutari tubuh tinggi Soobin sebanyak tiga kali, barulah Yeonjun merasa yakin bahwa Soobin baik-baik saja. Tidak ada luka sedikitpun yang tertinggal di kulit putih pemuda itu.

Melihat Yeonjun yang telah selesai, Soobin baru bertanya.

"Kenapa sih, Kak?"

Yeonjun yang terlampau khawatir menjawab dengan cepat. "Harusnya kakak yang tanya, kenapa berantakan kayak gini?" Ia menunjuk barang-barang yang berserakan.

Soobin mengikuti arah tunjuk Yeonjun. Sementara sang penunjuk melanjutkan, "Apa ada pencuri yang masuk? Atau orang-orang jahat? Kau sungguh baik-baik saja, kan? Tidak ada luka, kan?"

Begitu mengerti apa yang menjadi kekhawatiran Yeonjun, Soobin justru tertawa kaku. Ia mengusap tengkuk berusaha menahan rasa gugupnya. Dengan ragu-ragu ia menjawab.

"A-anu—"

"Kenapa?" tukas Yeonjun.

Yeonjun yang main potong begitu saja membuat Soobin merasa kesal. Tapi ia tahan, karena Soobin sadar diri bahwa kerusuhan tersebut adalah perbuatannya. Yeonjun seperti itu sebab ia khawatir. Ah, Choi Soobin jadi merasa bersalah. Padahal semuanya bermula karena masalah kecil.

"Begini, gak ada pencuri atau orang jahat yang masuk ke rumah kok, Kak." Yeonjun menghembuskan nafas lega.

Soobin meneruskan, "I-ini semua karena... aku." Ia melirih di kata terakhir.

"Hah? Apa?"

Soobin kembali tertawa dengan canggungnya. "Itu... gara-gara kecoak."

"Kecoak?"

Sepertinya Yeonjun telah begitu banyak mengeluarkan kalimat tanya.

"Tadi ada kecoak, terus pas mau aku tangkap, eh... terbang. Yaudah deh, aku kejar kesana-kemari." Pemuda tinggi itu malah tertawa tak berdosa.

Yeonjun bergeming. Nampaknya pemuda itu tak sadar jika ia membuka mulut dengan tak elitnya. Hingga beberapa detik berlalu dan Yeonjun menutup mulutnya. Ia menghelas nafas seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Yellow LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang