Enam

183 39 1
                                    

Kim Hoseok namanya. Pemuda yang menyapa Yeonjun dengan nada cerianya. Ia merupakan salah satu senior Yeonjun saat masih berada di sekolah menengah atas dan terpaut dua tahun. Setelah lulus sekolah, Hoseok melanjutkan kuliah di Universitas Hanyang dan mengambil program studi Media Komunikasi.

Sebenarnya Yeonjun bertanya-tanya. Seniornya itu sangat menyukai menari. Tiap ada waktu luang, pemuda itu selalu menonton dance cover di sosial media miliknya yang dibawakan oleh orang-orang. Lalu, mengapa ia tidak mengambil jurusan seni tari?

Yeonjun pernah bertanya dan Hoseok menjawab, "Menari hanya kujadikan hobi. Bukan suatu keseriusan."

Tapi benar atau tidak, Yeonjun bisa melihat jika Hoseok merasa puas dengan jurusan yang ia ambil. Mungkin memang benar, bahwa menari bagi Hoseok hanya untuk meluangkan waktu semata.

Setelah lulus, Hoseok dan Yeonjun jarang bertemu. Komunikasi mereka hanya terhubung dengan ponsel, bersama seniornya yang lain; dalam artian teman-teman Hoseok. Selain dengan Hoseok, Yeonjun juga dekat dengan senior yang lain.

Namun, setelah mereka mengetahui bahwa Yeonjun bekerja di minimarket, mereka suka menyempatkan diri untuk mampir menyapanya juga membeli sesuatu. Seperti yang dilakukan Hoseok saat ini.

Pemuda 22 tahun itu termasuk orang yang mudah berteman, easy going, ceria, juga ramah. Tak heran, jika ia dikenal oleh banyak orang sewaktu sekolah dulu, baik junior, senior, teman seangkatan, maupun para guru dan karyawan. Oleh karena itu, sewaktu Yeonjun berteman dengannya, Hoseok selalu mengajaknya mengobrol dan bertemu dengan teman-temannya.

Pertemuan pertama mereka tidak begitu menyenangkan. Hoseok adalah laki-laki pertama yang menyelamatkannya dari aksi bunuh diri yang ia lakukan. Di latar waktu dan tempat yang sama seperti ia bertemu Soobin, di situlah Yeonjun bertemu dengan Hoseok. Kim Hoseok juga yang memberinya banyak petuah dan saran agar Yeonjun menghilangkan niat bunuh dirinya itu. Bagi Yeonjun, Hoseok benar-benar pemuda yang baik. Ia layaknya malaikat.

Senyuman lebar miliknya seolah virus yang dapat menular kepada orang lain. Tak jarang, candaan konyol dari pemuda itu sering membuatnya terkekeh dan melupakan rasa kesepiannya.

Entah kebaikan apa yang Yeonjun lakukan, tapi ia merasa Tuhan berbelas kasih kepadanya saat itu.

*****

"Tumben datang pagi. Biasanya siang." Yeonjun bertanya heran. Seniornya itu beberapa kali datang ke minimarket tempatnya bekerja, namun selalu di waktu siang hari.

"Dosen tidak hadir. Jadi, aku tidak masuk," jawabnya ringan. Yeonjun mengangguk paham.

"Ah, tunggu sebentar. Aku mau ambil minum, aku haus." Hoseok tertawa kecil, lalu berjalan ke lemari pendingin yang berisi beragam minuman dan dibalas gelengan kepala oleh Yeonjun.

Ting

Bunyi notifikasi muncul dalam ponselnya. Awalnya Yeonjun pikir itu hanyalah operator, namun pesan itu benar-benar diluar dugaannya.

"Ma-ma?"

010-x-xxx-xxx-xx

Yeonjun, ini mama.
Kamu baik kan, sayang?
Mama merindukanmu. Mama ingin bertemu denganmu lagi.
Yeonjun, maafkan mama. Mama mengerti jika mama salah dan keterlaluan, tapi mama sungguh menyesal.
Tolong, maafkan mama.
Ayo kita bertemu lagi ya, Yeonjun. Tidak masalah jika mama yang menghampirimu. Mama akan datang.
Mama mohon..
Mau ya, Yeonjun?

Kedua matanya melebar dan telapak tangannya bergetar. Rasanya ia tak sanggup mengetik, bahkan hanya untuk satu katapun. Pesan itu terlalu mengejutkan baginya.

"Ba-bagaimana bisa mama mendapatkan nomorku?" Suaranya pun turut bergetar.

"Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan wanita itu! Dia bilang merindukanku, hah? Sialan!" ucapnya dengan kesal. Yeonjun terlalu fokus pada pesan itu, hingga ia tak sadar Hoseok memperhatikannya di depan kassa.

"Siapa yang sedang kau maki?" tanya Hoseok penasaran.

Yeonjun terlonjak kaget dan itu menimbulkan tanda tanya dalam pikiran Hoseok. Ia tidak bersuara keras dan bermaksud mengejutkan, tetapi reaksi Yeonjun tampak berlebihan di matanya.

Sementara itu, Yeonjun menjawab dengan cepat, namun terbata-bata. "A-ah, bu-bukan siapa-siapa. Tidak apa-apa kok."

Pemuda bermarga Kim memandang dengan lekat. Tentu ia tidak percaya begitu saja. Hoseok tau pemuda 2 tahun lebih muda darinya itu tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi, Hoseok tidak akan memaksa Yeonjun untuk bercerita jika memang ia tidak mau. Dipaksa pun tidak akan ada gunanya. Jika pemuda itu bersedia, dengan senang hati Yeonjun akan bercerita. Seperti dulu.

"Ini belanjaanku," ucapnya seraya menyerahkan satu kopi kaleng, satu bungkus biskuit keju dan dua bungkus sandwich.

"Tunggu sebentar." Yeonjun melakukan tugasnya sebagaimana yang harus ia lakukan. Selagi menunggu total harga keluar, Hoseok bercerita.

"Kau tau, Yeonjun, ayahku tiba-tiba muncul."

Yeonjun memandang Hoseok bingung. "Maksudnya?"

"Ayah kandungku."

Pemuda berprofesi kasir itu terdiam sejenak. Kemudian, ia bersuara. "Mengapa tiba-tiba? Apa dia mengganggu keluarga kakak?"

"Aku tidak tau pastinya. Ibu yang bertemu dengannya. Akupun tau saat tidak sengaja mendengar ibu yang bercerita ke ayah," jawabnya dengan suara lesu.

Ayah yang dimaksud Hoseok adalah ayah tiri. Ibu dan ayah tirinya menikah saat Hoseok berusia 12 tahun. Sementara ayah kandungnya, pria itu pergi meninggalkan istri dan anaknya saat Hoseok berusia 7 tahun. Dia pria tak bertanggung jawab. Ibunya lah yang bekerja keras sewaktu ayah kandungnya masih ada maupun sudah pergi. Sampai pria baik hati bernama Kim Joowon hadir dalam kehidupan mereka. Pria itu dengan tulus mencintai sang ibu, menerima segala kekurangannya, menerima ibunya yang berstatus janda, menerima Hoseok sebagai anaknya, dan akan bertanggung jawab akan kehidupan mereka.

Lalu, setelah sekian lama, pria itu tiba-tiba hadir. Entah apa tujuannya.

Yeonjun tidak tau harus memberikan respon seperti apa. Tapi, jika ia berada di posisi Hoseok, Yeonjun akan menghajar pria itu habis-habisan. Melampiaskan rasa sakit dan kecewa sang ibu, meski rasa sakit yang akan diterima pria itu tidak akan sebanding.

"Berdoa saja, semoga mereka hanya berpapasan dan bukan bermaksud buruk kepada keluarga kalian."

"Hm, aku juga berharap begitu."

Yeonjun menyerahkan barang yang telah ia total kepada sang pembeli. Bersamaan dengan itu, giliran ia yang bercerita.

"Mama mengirimiku pesan."

Kini, gantian Hoseok yang menatap dengan bingung. "Apa? Maksudmu... ibu kandungmu?"

Yang lebih muda mengangguk. "Iya. Barusan dia mengiriku sms. Aku tidak tau dia dapat nomorku darimana."

"Jadi, dia orang yang kau maki tadi?" Yeonjun mengangguk.

Hoseok tertawa kecil. "Benar-benar mengejutkan, kan? Sepertinya, kita berdua sama-sama mendapatkan kejutan besar dari keluarga sendiri."

Yeonjun tertawa, membenarkan ucapan seniornya itu.

"Benar."

Bersambung...

Reblacc

Yellow LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang