~ | 4 | ~

25 6 0
                                    

Seperti perkataannya kemarin Agam akan menjemput kekasihnya itu pukul sembilan pagi. Ia sudah rapi dan sedang bercermin seraya merapikan rambutnya.

Setelah uring - uringan berpikir bagaimana caranya membujuk kekasihnya itu, akhirnya semalam ia menelepon gadisnya itu dan mengikuti kemauannya untuk tetap jalan - jalan.
Namun tak ada jawaban iya atau tidak, kekasihnya itu malah mematikan sambungan telepon sepihak, dan menurut Agam itu adalah jawaban Ya dari Zalea.

Tidak mau berlama - lama langsung saja ia keluar kamar dan menuruni tangga dengan cepat. Di ruang tengah, Agam dapat melihat Papanya yang sedang duduk santai menikmati secangkir kopi. Seperti biasa ia akan cuek saja pada Papanya itu, ia merasa kecewa setelah kejadian dulu menimpa Mamanya.

"Kemana? Pagi - pagi udah rapi" tanya pria tersebut memandang putranya yang berjalan begitu saja tak meliriknya sama sekali.

"Agam pergi" ucap Agam datar dan singkat, berlalu begitu saja tanpa memandang papanya. Sudah biasa jika ia bertingkah tidak sopan begitu kepada papanya, entahlah mungkin karena rasa kecewa itu masih terasa.

Agam berjalan menuju garasi, lalu memasuki mobil BMW berwarna hitam miliknya. Ia segera menjalankan mobil dan meninggalkan pekarangan rumah.
Seraya menyetir ia memutar lagu untuk mengisi keheningan dalam mobilnya dan sedikit menyanyi ketika ia mengingat lirik dari lagu tersebut.
Ia memang suka bernyanyi sejak dulu, mungkin hanya dirinya dan mamanya yang tahu jika ia suka bernyanyi.

Setelah sampai di depan rumah Zalea, ia segera mengirimi pesan pada Zalea untuk mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan rumah. Karena tak ada balasan sama sekali, langsung saja ia menelepon gadisnya itu.

"JEMPUT KE DALEM RUMAH! LAGI MAGER JALAN KE DEPAN!!"

Tut..

Belum sempat berbicara, kekasihnya itu sudah berteriak keras tanpa membiarkan dirinya berbicara barangkali satu kata saja. Bahkan langsung mematikan sambungan telepon begitu saja.

Apakah kekasihnya itu masih dalam mode ngambek? Tak ingin berpikir keras, langsung saja ia keluar dari mobil lalu memasuki pekarangan rumah kekasihnya. Setelah berada di depan pintu, ia segera menekan bel.

"Eh, si ganteng. Masuk dulu sini.." seorang wanita cantik membuka pintu dengan senyuman. Siapa lagi jika bukan mama dari kekasihnya, Alika.

"Queen..! Agam udah dateng nih..!" Alika sedikit berteriak memanggil Zalea. Sedangkan Agam hanya terduduk manis di sofa ruang tengah.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, dan nampaklah seorang gadis cantik yang sudah rapi dengan menggendong ransel kecil yang Agam yakini berisi beberapa buku mungkin, karena Zalea akan kerja kelompok bersama temannya.

Setelah berpamitan dengan Alika, mereka segera berjalan keluar. Namun sampai di teras, Agam berjongkok. Sedangkan Zalea bingung melihatnya.

"Ngapain jongkok? Mau nabung? Kamu belum boker?" canda Zalea, habisnya ia bingung dengan kekasihnya itu.

"Katanya mager.. Sini" ucap Agam seraya menepuk nepuk bahunya, memberi kode bahwa ia akan menggendong Zalea.

Zalea benar - benar merasa speechless sekarang. Kenapa Agam tiba - tiba menjadi romantis begini. Huh! Zalea tidak bisa menebak kapan kekasihnya ini akan bertindak manis atau romantis begini, karena Agam melakukannya selalu secara tiba - tiba.

"Apaan sih..! Sejak kapan kamu berubah jadi sweet gini?" walaupun begitu Zalea tetap naik ke punggung Agam dan melingkarkan kedua tangannya di pundak Agam yang lebar. Sebenarnya sejak tadi Zalea merasa senang bahkan ia merasa ada kupu - kupu berterbangan di perutnya. Lumayan digendong walaupun hanya beberapa langkah sampai depan.

Gengsi TinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang