10

429 38 2
                                    

Author POV

Jeno berharap setelah membuka pintu kamarnya akan disuguhkan Rosé yang telah mandi dan berganti baju yang pantas, bajunya mungkin. Ternyata justru sebaliknya, Jeno tercengang karena kamarnya begitu berantakan disertai bau alkohol yang menyeruak, apalagi semalam kamar ini jelas tertutup rapat karena Jeno hanya menyalakan AC.

Sebelum masuk dia mengambil masker di laci ruang tengah untuk mencegah masuknya aroma tak mengenakkan itu.

" Rosé, bangunlah.. kau terlihat lebih menyedihkan dari yang sebelumnya, mandilah lalu ayo sarapan" perintah Jeno dengan menarik badan Rosé untuk bangun. Rosé tak bergeming.

Jeno akhirnya terpikirkan satu cara yang mungkin akan membuat Rosé langsung bangun dan tentu saja akan memarahinya karena Jeno akan menggunakan kaos kakinya yang hari ini rencananya akan dia cuci. Jeno mulai mendekatkan kaos kaki itu di depan wajah Rosé, belum bereaksi, mungkin lebih dekat. Jeno bersiap karena Rosé mulai menunjukkan reaksinya dengan mengendus barang di depannya dengan mata yang masih terpejam.

" JENO!!! APA YANG KAU... hwukk~" Rosé lari menuju kamar mandi dan terdengar suara muntahan, sebenarnya Jeno kasihan, tapi mau gimana lagi, itu demi kebaikannya.

" Sekalian mandi lalu turun ke bawah, ayo kita sarapan bersama" seru Jeno dari luar kamar mandi.

" YA!" teriak Rosé kesal.

...

" Bulan depan aku akan kembali, cepatlah berbaikan dengan Jaehyun, supaya aku tak khawatir jika kau sendirian di kota ini" ucap Jeno disela makan. Aku menghentikan makanku dan menatapnya.

" T-tapi kan papa belum pulang Jen, bagaimana hari ini kau bisa setega ini padaku? membangunkanku dengan kaos kaki baumu, sekarang beritamu yang akan segera kembali, apakah beberapa waktu ke depan kau juga akan mengejutkanku lagi dengan hal lain lebih daripada ini?" balasku sesenggukan.

Jeno mengusap kepalaku lembut "maka dari itu Rosé, aku cepat menyuruhmu berbaikan dengan Jaehyun, lagipula bulan ini papamu juga akan pulang"

" Bagaimana kau bisa tahu? Papa menelponmu? Kenapa dia tak menelponku?" curigaku padanya

" Iya, pagi ini dia menelponku jika dia akan pulang bulan ini, tapi tak tau lebih tepatnya hari apa, dia sudah menelponmu tapi ponselmu tak aktif"  Aku lupa jika semalam baterai ponselku habis dan lupa men-charge-nya. Sekarang aku bingung cara berbaikan dengan Jaehyun, dia selingkuh di depanku dan aku masih tak ingin bertemu dengannya.

" Jangan banyak berpikir! Beri dia kesempatan untuk menjelaskan, tak ada yang tahu alasan dia melakukan itu, temanmu saja mengiranya kalian kencan" aku menunduk, cara Jeno memang benar tapi aku masih belum siap.

...

Aku melihat Jaehyun berjalan ke arahku setelah semua matkul hari ini selesai, aku ingin berlari tapi aku juga ingin mendengarkan penjelasannya. Ternyata, tubuhku lebih memilih mematung di tempat. Jaehyun meraih tanganku, otomatis aku berbalik tapi masih enggan menatapnya.

" Rosé lihat aku!" serunya dan aku terpaksa menatapnya. Wajahnya lebam.

" K-kau.." aku tergagap lalu menyentuh wajahnya. Jaehyun yang mengerti posisi kita sekarang yang masih berada di area kampus akhirnya menarik tanganku pergi, dia mengajakku ke mobilnya.

Jaehyun menarik nafasnya dalam, "Kemarin Taeyong hyung memukulku tanpa sebab, saat aku masih berada di meja, dia menyeretku ke toilet dengan aku yang masih bertanya-tanya.." dia menunduk, aku mulai tertarik dengan penjelasannya walau sebenarnya aku kasihan melihatnya penuh lebam.

" Dia bilang, Jungwoo melihatmu turun dari lantai 2, dengan air muka yang tak dapat diartikan, kau beralasan saudaramu masuk rumah sakit tapi Jungwoo ragu jika alasanmu seperti itu, karena dia berpikir kenapa aku tak mengantarmu pulang jika itu darurat, dia akhirnya memberitahu Taeyong hyung jika ada gelagat aneh padamu, Jungwoo tak berani mengetahui masalahmu lebih jauh, jadi Taeyong hyung turun tangan melihat apa yang sebenarnya terjadi diatas. Saat itu mungkin dia melihatku dengan mantan kekasihku yang sedang berbincang, akhirnya dia memukulku.. aakh~" dia meringis karena luka bibirnya mungkin sedikit terbuka.

" Lalu kenapa saat itu mantanmu itu duduk disana menerima hadiah darimu dan kau melamarnya?" tanyaku sewot.

" Dia sedang menunggu suaminya lalu tiba-tiba duduk di kursimu, aku ingin melarangnya tapi aku lihat dia sedang hamil, jadi aku membiarkannya, untuk hadiah dan cincin, itu sebenarnya untukmu, dia ingin tahu apa yang aku bawa untukmu malam itu, makanya dia melihat isinya, lalu untuk cincin, dia bertanya padaku apa tanganmu seukuran dengan dia, dia memaksaku memakaikan itu untuknya. Aku dengar ibu hamil emosinya sulit dikontrol jadi.. maaf, semua itu kulakukan karena terpaksa" jelasnya panjang. Aku iba padanya lalu aku memeluknya.

" Aku berencana mengembalikan barang-barang itu dan membelikanmu barang yang baru" ucapnya disela pelukan. Aku tersenyum " Baiklah, aku menunggunya" balasku singkat.

" Sudah menjelang malam, aku tak ingin pulang ke rumahku"

" Apa maksudmu tak pulang huh?"

" Aku ingin menginap di rumahmu"

" T-tapi Jae.."

" Tak ada penolakan, aku bisa tidur dimana saja, ayo kita pulang" telak Jaehyun lalu menjalankan mobilnya.

...

Sebelum menuju rumah, Jaehyun sengaja ke supermarket untuk membeli bahan-bahan untuk masak di rumahku. Dia ingin aku melihatnya memasak walau bukan di rumahnya. Seperti yang dia bilang, Jaehyun memang pandai memasak, bahkan dia terlihat semakin tampan ketika memakai apron seperti saat ini.

" Cobalah" Jaehyun menyodorkan sesendok sup tulang sapi buatannya, aku mencobanya tanpa ragu dan.. memang seenak itu. Aku mengangguk mantap dan Jaehyun mengakhiri sesi memasaknya dengan menyiapkan semua menu di meja sedangkan aku sudah bersiap dengan liur yang hampir menetes.

" Aku tak menyangka bisa selezat ini, Jae" nilaiku pada masakannya karena sedari tadi diriku tak bisa berhenti memuji rasanya.

Jaehyun menyelesaikan makannya dan tersenyum puas kemudian mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya lalu membukanya di depanku.

" Aku sangat mencintaimu, menikahlah denganku"

TBC.

UNTITLED | Roseanne ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang