2

6 1 1
                                    

“Kita bertemu lagi, senang bisa sekelas denganmu”
-Jingga-

Bapak Suprapto sudah berada di amabang pintu kelas XII IPA 1 pagi ini,beliau adalah wali kelas kami. Tapi ada yang janggal ku rasa,hari ini adalah hari selasa dan tak ada pelajaran fisika. Lalu mengapa beliau datang sepagi ini ke ruang kelas kami?

“Assalamuallaikum murid-murid semua” Bapak Suprapto membuka kata,

“Waalaikumsalam pak” sahut satu kelas serentak,

“hari ini bapak hanya ingin meminta waktunya10 menit untuk memperkenalkan murid baru” jelas pak Suprapto,

Setelah kenaikan kelas 12 dan ada murid baru, ini kejutan. Sejatinya untuk sekolah kami cukup jarang menerima pindahan murid baru, jadi cukup maklum mengapa ruang kelas mendadak gaduh, ada yang berteriak siapa pak? Lelaki atau Perempuan, Ganteng gak? Ada-ada saja mereka.
Derap langkah sepatu beradu dengan kilatan lantai meninggalkan decitan bunyi, bahwa sang murid baru telah beranjak masuk.

Dengan earphone merah yang menyantol di kedua daun telinga. Aku langsung mampu menyimpulkan tingginya kisaran 177cm kurasa, dengan mata tajam berbalut lensa berwarna hazel dan senyum sabit manisnya.

“Itu Ajun” pekikku tak percaya.

“Hai semua, perkenalkan nama saya Ajun, saya sebelumnya Homeschooling,semoga dengan kepindahanku ke sekolah ini bisa menambah teman bagi saya yang introvert ini. Terimakasih”Jelas Ajun,

dan sekali lagi membuat seisi ruang kelas gaduh. Terutama para gadis, siapa yang tak menyukai Ajun? Lelaki dengan proporsi tubuh hampir sempurna.aku sungguh cukup bahagia kini bisa satu kelas dengannya, lelaki misterius ini. Kali ini aku mendekatinya tak melulu harus ketika dia sedang asik melukis saja, saat ini aku bisa setiap saat bersua dengannya. Terimakasih semesta, membuatku berteman dengannya.

“Ajun duduklah di bangku kosong sebelah sana”tunjuk Pak Suprapto,

Bangku kosong yang di maksud pak Suprapto ada tepat di sampingku.HAH! apa aku dan Ajun satu meja? Its Crazy mana mungkin aku begitu dekat dengannya? Apa Ajun nyaman dekat denganku? Bukankah kala dia melukis saja dia tak peduli akan hadirku?, wah celaka.

“Baik Pak” jawabnya,

Ajun menjatuhkan badannya ke kursi tanpa pemilik, tepat bersisian denganku.

“Akhirnya bisa duduk juga, capek berdiri mulu sedari tadi”celetuknya,

Aku menoleh “Hahahaha” aku terbahak, melihatnya yang mendumel tak karuan,

“Kenapa tertawa?” tanya Ajun, menatap ku intens,

“Ndak papa, jangan menatapku begitu dong”celetuk ku langsung menghadap depan kembali,

“Aku punya satu rahasia mengapa aku harus menatap seseorang kala berbincang”jelas Ajun,

“Kenapa?”tanya ku spontan,
Ajun melihatku kembali lalu menatap kedepan

“belum saatnya aku memberitahumu, terlalu dini kukira,”tutupnya,

Aku hanya mengangguk mengerti,

“Senang satu kelas denganmu Jingga”ungkap Ajun tulus,

“Seharusnya aku yang berkata demikian”jawabku,

Ajun tersenyum tulus. Ah mengapa semesta mengirimkan lelaki yang begitu indah dipandang, mengalahkan senja sih? Ku kira senja begitu indah, ternyata ada yang lebih indah daripada senja, ada. Seseorang di sampingku.

Ajun & JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang