“Aku hanya tak bisa mendengar, bukan tak bisa berbicara !!! jadi tolong jangan kasihani aku seperti itu, aku tak suka”
-Ajun pada Jingga-
Sebulan berlalu dengan nyaman, ku kira semua telah mampu aku tangani dengan aman. Aku selalu memakai earphone dimanapun, agar ketika ada yang memanggilku aku mampu berkilah. Nyatanya ada dentuman keras yang menghancurkan ku seketika.Jingga yah orang yang sudah aku anggap sebagai awal warna di hidupku, menegurku tepat di hadapan murid lain.Jingga mewakili murid lain yang berkeluh kesah padanya, tepat sehabis Ulangan harian kimia, sepertinya ada panggilan yang tak ku ketahui hingga menjadi kesalah pahaman pada awalnya.
“Ajun kenapa kamu tak menoleh disaat Arka memanggilmu”tanya Jingga,
“Arka hanya ingin meminjam pulpen, bukankah kamu memiliki stok banyak” tanya Jingga lagi,
Aku tertohok, di tanya bertubi-tubi tepat disaat aku baru saja kembali ke kelas,
“Aku tak mendengar”sahutku apa adanya,
“mana mungkin kamu tak mendengarnya, sedangkan aku pun sudah memanggilmu, tetapi kamu pun tak menoleh sama sekali,asal kamu tahu ini bukanlah kejadian yang pertama kali”Jingga kembali menekan,
Aku menatapnya dengan sorot yang entah apa maksudku ini, masih saja ingin di mengerti olehnya, yang jelas-jelas Jingga tak tau apa-apa.
“Apa salahku?”tanyaku kosong,
“kamu jelas salah”suara Jingga meninggi
Aku melepas earphone yang terpasang di kedua daun telingaku,aku lempar ke lantai.
“asal kalian tau, earphone ini tak pernah mengeluarkan bunyi. Aku tak pernah menyambungkan ke Handphone yang aku bawa” aku membuka suara,
“apa maksudmu?”tanya Jingga bingung,
“Aku Tuli, aku tidak bisa mendengarkan berbagai macam bunyi, ini alasan mengapa aku harus bertatap muka bila berbicara dengan lawan bicara. kecelakaan maut tiga tahun lalu telah merenggut nyawa ayah juga bunyi-bunyian dari telingaku, ” Jelasku, Jingga refleks menutup mulut tak percaya,
Perkataan Ajun kala itu kembali terdengar di telingaku.
“Aku punya satu rahasia mengapa aku harus menatap seseorang kala berbincang”jelas Ajun,
Aku telah melukainya cukup dalam,
Seisi ruang hening seketika,
“Semua guru dan juga kepala sekolah sudah tau dengan kondisi ku, dan kamu Jingga sudah puas membuatku harus memberitahu semua orang dengan kekuranganku ini”Kalap sudah aku, suara ku melengking tinggi.
“Ma..af Ajun... aku tak tau”Suara Jingga berdecit sangat kecil,
“dan satu lagi, tolong sorot mata itu, jangan melihatku seperti itu,Aku hanya tak bisa mendengar, bukan tak bisa berbicara!!! jadi tolong jangan kasihani aku seperti itu, aku tak suka” Ajun berteriak, tepat di muka Jingga, jingga membeku. Lensa hazel itu tak lagi ramah padanya, semua karena salahnya. Aku jahat.
Aku mengambil earphoneku kembali, aku melewati Jingga begitu saja. Aku tak menyangka aku harus membuka rahasiaku seperti ini. Sungguh aku tak menyukai sorot matanya yang begitu mengasihani ku, sebegitu mirisnya kah tak bisa mendengar? Aku masih bisa berbicara aku masih bisa melihat, dan banyak hal yang masih sanggup aku lakukan sendiri. Ku mohon aku tak mau melihat mata itu lagi, sungguh mata safirnya redup dan menyedihkan. Tuk sementara aku tak ingin melihatnya,bertatap dengannya. Dia menyakiti tepat sasaran. Jingga hebat melakukannya sejadi ini.
***
Leon tersaruk-saruk mencari keberadaan seseorang, aku harus menemukannya, apakah gosip yang tersebar luas semenjak istirahat pertama benar adanya, aku harus menemuinya. Aku harap itu kebohongan belaka.
Aku menepuk pundaknya. “Ajun” panggilnya,
Ajun mendongak “Apa?” tanyanya datar,yang sedari tadi duduk melamun di pinggir lapangan basket,
“apa benar gosip itu?” tanya Leon hati-hati,
Ajun mengangguk, “benar aku tuli, dan orang yang buat ku mengakui semuanya adalah Jingga, semiris inikah? Aku sakit Le, aku sakit Leon”suaranya serak,
Sungguh aku tak pernah mengasihaninya sebelumnya, dia selalu mempunyai keahlian di bidang apapun, dia sangat berbakat melukis, dia hebat di bidang akademis, dan dia rupawan. Tapi hari ini aku sungguh mengasihaninya, dia terluka cukup parah bahkan dengan seseorang yang dia anggap sebagai sumber warna hidupnya lagi.Mengapa aku bilang demikian?
Hasil lukisannya setelah mengenal Jingga, dia bahkan meninggalkan kesan keabuan, Ajun kembali hidup dengan segala warna-warninya. Ku kira kala itu, karna kehilangan ayahnya. Ternyata aku keliru, dia kehilangan indera pendengarnya. Semesta mengapa kamu menyakitinya sejadi ini? Dia baru saja menemukan warnanya kembali? Lalu kamu meredupkannya lagi? Setega itu kah? Aku hanya mampu meremas pundaknya saja.kumohon kuatlah, ada Aku... teman mu ada disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajun & Jingga
Fiksi Sejarahini kisah mengenai Ajun, si pemuda pandai yang kehilangan pendengarannya. ini juga kisah mengenai Jingga si Gadis bermata safir yang menjadi pelangi dalam hidup Ajun secara tiba-tiba. Ajun dan Jingga bertemu tanpa sengaja, Semesta ikut andil tuk pe...