Sebenarnya bukan tujuan hidupku atau pun mimpiku bisa masuk ke dalam dunia yang sangat keras dan penuh dengan hal-hal mengerikan ini, jika disuruh memilih aku pasti akan pilih hidup sebagai lelaki biasa dan tinggal dengan tenang dipedalaman kota Wasingthon untuk mengurus perkebunan gandum oma dan opaku, aku bukan dari keluarga yang kaya bahkan bisa dibilang aku berasal dari keluarga paling miskin di Amerika, dan orang tuaku telah lama meninggal.
Semua ini berawal dari 2 tahun yang lalu, ketika aku tengah pergi berkencan dengan kekasihku. Salah satu putri dari petani gandum tetangga omaku, baru pertama kali kami menginjakkan kota yang bernama LA, kota yang membuat kami takjub dan seakan begitu kecil ditengah bangunan-bangunan pencakar dunia dengan ribuan orang. Sampai kejadian naas itupun datang, ketika aku sedang mencari penginapan untuk kami, tak sengaja ada beberapa agen FBI yang salah mengira jika aku adalah mafia yang dia kejar, mirisnya saat aku dipukuli Rose datang ntah dari mana dan berhambur menghampiriku dengan wajah khawatirnya, sampai pada akhirnya kekasihku Rose tertusuk oleh salah satu orang berjas itu tepat didepan mataku, dan aku secara pengecut hanya bisa melihatnya mati mengenaskan didalam pelukanku, tanpa aku bisa membalas orang yang telah menusuk Rose, tanpa aku bisa menuntut lelaki biadab itu.
Tapi satu pesan yang Rose berikan padaku, pesan terakhir yang mampu menjadikan titik awal dari hidupku. Ya, dia menginginkan aku menjadi salah satu orang diantara orang yang telah membunuhnya, tapi dia melarangku untuk melakukan hal yang sama dengan lelaki biadab itu, dia menyuruhku menjadi salah satu anggota itu agar aku bisa melindungi orang-orang yang pantas untuk ku lindungi.
Dan aku yakin kalau dia hidup pasti dialah yang begitu ingin aku lindungi, sejak itu aku betekad didalam hati, aku akan melakukan apa saja untuk memenuhi pesan terakhir Rose, pesan terakhir gadis yang sangat kucintai. Dan beruntungnya, tak lama setelah kejadian itu aku berada tepat dikantor agen FBI Lucky Wiltson yang merupakan ketua dari agen FBI kebetulan adalah perwira tertinggi di kepolisian Amerika itu melihatku, melihat tubuhku yang melebihi rata-rata serta otot-ototku yang kekar karena terlalu sering membajak ladang ditempat opaku, akhirnya dia mengangkatku menjadi anaknya, dan memasukkanku secara sukarela menjadi salah satu agen rahasia di FBI, namakupun berubah namaku yang awalnya William Robert wolthood menjadi William Robert Wiltson.
"Sampai kapan kau melamun terus seperti itu William?"
Aku memiringkan wajahku ketika mendengar suara berat menyapaku, kulihat lelaki tua dengan penuh karismatik duduk di sebelahku.
"Aku hanya melihat orang-orang berlatih. Ayah." jawabku masih memiringkan wajahku agar aku bisa melihat lelaki baik hati yang mau mengangkatku yang bukan siapa-siapa ini sebagai anaknya.
"Kau tahu, seminggu lagi kau akan mendapatkan tugas ke limamu bulan ini, dan ini memakan waktu sangat lama kurasa."
Orang yang dua tahun telah kupanggil Ayah itu nampak memikirkan sesuatu didalam otaknya, seolah enggan melepas kepergianku kali ini.
"Apakah untuk membunuh seseorang? Ataukah untuk menyelidiki seseorang?" tanyaku tanpa basa-basi, Ayah melihat kearahku sambil menepuk bahuku sekali.
"Untuk menjaga seorang putri dari keluarga Arvey."
Aku mengerutkan keningku sedikit tak mengerti, bagaimana seorang menyewa pembunuh bayaran untuk menjaga putrinya?
"Anak kedua dari keluarga Arvey adalah harta karun berharga bagi orang tuanya, karena seluruh warisan akan diberikan menyeluruh kepada putri keduanya, karena hal itulah banyak sekali sanak saudara dari keluarga Arvey yang tidak terima dan ingin sekali membunuhnya." jelas ayahku.
"Kenapa putri kedua? Lalu anak yang pertama?" tanyaku mulai tertarik dengan perbincangan ini.
"Ntahlah..nampaknya putri yang pertama hanya mendapatkan 20% dari kekayaan pihak istri Harvey, bukan dari keluarga Arvey."
"Mungkin dia bukan anak kandung keluaga Arvey." simpulku membuat ayah mengangguk.
"Dan kau masih ingat bukan tentang semua syarat yang harus berlaku dalam anggota ini William."
Aku terdiam saat ayah mengatakan hal yang bahkan diapun tak pernah mengingatkan padaku.
"Jangan sekali-kali pakai hati, jangan sekali-kali menggunakan perasaan, terlebih jangan pernah jatuh cinta dengan orang yang kau jaga."
Aku mengerutkan keningku lalu menatap ayahku lurus-lurus.
"Kenapa ayah berkata seperti itu, apakah ayah meragukanku selama 2 tahun ini?"
Ayah menghela napas panjang dan beranjak dari tempat duduknya, melangkah ke depan membuatku mengikuti langkahnya.
"Aku sangat percaya denganmu Willam, anak yang palingku andalkan, tapi..." kini Ayah melihatku sambil menatap wajahku lurus-lurus. "Bagaimanapun juga aku sangat yakin, jauh didalam hatimu yang masih mati pasti ada rasa kesepian bukan,"
Kesepian? Bahkan aku sendiri sudah lupa rasa kesepian itu seperti apa, pernah saat rekanku meninggal, semua orang yang ada di sini menangis, dan aku tidak bisa mengeluarkan air mata, aku sudah lupa cara tertawa, dan aku pun sudah lupa caranya menangis, jadi apa masalahnya disini.
"Meski begitu aku berharap suatu saat nanti kau bisa kembali seperti William yang dulu."
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan ayahku, kemudian melangkah bergabung dengan rekan-rekanku yang sedang sibuk berlatih.
*****
Pagi ini sekitar pukul 09.00 aku sudah sampai dikediaman keluarga Arvey, aku keluar dari mobilku sambil menebarkan pandanganku keseluruh tempat, sebuah bangunan besar bergaya eropa klasik dengan warna perak menyala, ada beberapa patung berdiri dengan megahnya disetiap sudut bangunan itu, seakan mengatakan siempunya adalah keluarga yang sangat disegani dikawasan Amerika.
"Ma‟af...dengan Tuan Wiltson?"
Aku menoleh kesumber suara, seorang lelaki berjas hitam menyapaku, lelaki yang aku yakini adalah salah satu bodyguard dari keluarga Arvey. Lelaki itu langsung menuntunku untuk masuk kedalam rumah, dan tak lama kami berjalan, kamipun berhenti disalah satu ruangan yang kuyakini adalah ruangan kerja dari tuan Arvey.
"Ma‟af Tuan, Tuan Wiltson sudah datang."
Seorang lelaki berusia 40an tahun keluar dari ruangannya membuatku menundukkan tubuhku.
"Oh Wiltson ...kau tak perlu bersikap terlalu sopan dan formal, aku sangat menghormatimu mengingat ayahmu adalah perwira tertinggi dikepolisian Negara ini, jadi kedudukan kita sejajar." ujarnya membuatku mengangguk.
"Jadi, tugas apa yang anda berikan untuk saya, Tuan?" tanyaku tanpa basa-basi, lelaki itu menghela nafas panjang kemudian menatap wajahku.
"Ikutlah denganku," ucapnya,
"Kau pria yang sangat tampan, kenapa ayahmu sampai memasukkanmu kedalam pekerjaan yang begitu berbahaya? Bukankah seharusnya dia memasukkanmu menjadi salah satu CEO atau pemilik Bank dibeberapa perusahaan miliknya."
"Ini adalah keinginan saya tuan, ayah hanya menyetujuinya saja." jawabku jujur
"Memang, buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya,,,seorang anak perwira pasti akan menuruni keahlian ayahnya, dan aku sangat bangga padamu," pujinya padaku, Aku hanya diam menanggapinya. "Putriku bernama Amanda Jenifer Arvey, usianya baru 19 tahun, dia gadis yang sedikit nakal dan manja..aku harap kau bisa sabar menghadapinya Wiltson."
"Ma‟af, panggil saja saya William," sanggahku, Tuan Arvey tersenyum untuk kesekian kalinya.
"Ma‟af, aku sudah puluhan kali membawakan seorang pengawal pribadi untuknya tapi dia menolak mentah-mentah, dan aku harap kau jadi yang terakhir."
"Tenang saja, Tuan, akan saya pastikan putri anda tidak akan menolak saya." janjiku meski aku sendiri ragu dengan itu, seorang gadis berusia 19 tahun, gadis belia yang sulit diatur batinnku. Tuan Arvey menghentikan langkahnya tepat dihalaman belakang rumah, aku bisa melihat seorang gadis kecil berambut coklat tengah memeluk boneka beruang besarnya sambil memunggungiku dan tuan Arvey. "
"Jenny, mulai sekarang dia akan menjadi pengawal pribadimu, dia adalah salah satu anggota terbaik di FBI dan daddy harap kau suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Sheriff
Romansa'Orang pertama yang membuatku jatuh cinta adalah dia' 'Orang pertama yang membuatku berubah adalah dia' 'Orang pertama yang merasakan tubuhku adalah dia' 'Dan orang pertama yang membuatku patah hati adalah dia' 'Dia,adalah pengawal pribadiku yang sa...